Kasus HIV pada Remaja Meningkat, Pakar: Aktivitas Seksual Aktif sejak Usia 13 Tahun
Willem Jonata June 26, 2025 05:32 PM

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan ungkap adanya peningkatan remaja usia 15-19 tahun yang hidup dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV). 

Peningkatan kasus HIV di kalangan remaja menjadi perhatian serius. 

Pakar Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman ungkap salah satu faktor utama yang dianggap sangat berkaitan adalah aktivitas seksual berisiko yang dilakukan di usia muda, tanpa edukasi dan perlindungan yang memadai.

Ia menjelaskan bahwa HIV ditularkan terutama melalui hubungan seksual.

Sehingga peningkatan kasus pada remaja tak lepas dari maraknya perilaku seksual di kalangan usia muda.

“Apakah ada kaitannya peningkatan kasus HIV di remaja ini dengan banyaknya remaja melakukan aktivitas seksual berisiko di usia muda? Tentu sangat terkait. Karena HIV adalah penyakit yang ditularkan utamanya melalui hubungan seksual,” kata Dicky pada keterangannya, Kamis (26/6/2025).

Hubungan Seksual Dimulai di Usia Sangat Dini

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa data global dan nasional menunjukkan bahwa usia awal remaja melakukan hubungan seksual semakin dini. 

Beberapa kasus bahkan terjadi pada usia 13 atau 14 tahun. 

"Bahkan beberapa ada yang dimulai (aktif seksual) usia 13 atau 14 tahun. Dan banyak remaja yang melakukan hubungan seksual tanpa pengetahuan risiko, apa lagi penggunaan kondom," imbuhnya. 

Sayangnya, mayoritas remaja tersebut melakukannya tanpa pemahaman memadai tentang risiko penularan HIV maupun penggunaan alat perlindungan seperti kondom.

Kurangnya informasi, minimnya pendidikan seks yang komprehensif, serta stigma di lingkungan sekolah dan keluarga turut memperparah situasi ini.

Selain itu, akses terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi dinilai masih rendah, terutama di luar kota besar. 

Hal ini menyebabkan banyak remaja tidak mendapatkan informasi atau bantuan medis yang seharusnya mudah diakses.

Faktor lain yang turut memicu peningkatan perilaku seksual berisiko adalah paparan konten pornografi dan pengaruh media sosial. 

Remaja yang tumbuh tanpa pengawasan orang tua yang memadai lebih mudah terdorong untuk bereksplorasi secara seksual, tanpa pemahaman yang benar.

“Pergaulan bebas tanpa pengawasan pada gilirannya mendorong eksplorasi seksual tanpa edukasi yang memadai,” jelas Dicky.

Selain itu, tekanan dari teman sebaya, norma seksual yang semakin permisif, dan ketimpangan gender juga menjadi penyebab. 

Banyak remaja perempuan kesulitan menolak permintaan pasangan karena tidak memiliki kendali dalam hubungan.

Salah satu akar masalah lainnya adalah kurangnya pendidikan seks yang komprehensif di sekolah. 

Padahal, sekolah seharusnya menjadi tempat pertama untuk membekali remaja dengan pengetahuan yang benar tentang tubuh mereka, risiko penyakit menular seksual, serta cara menjaga diri.

Peningkatan kasus HIV di kalangan remaja menandakan bahwa strategi pencegahan saat ini belum menyentuh akar persoalan. 

Diperlukan edukasi seks berbasis realitas, dukungan layanan kesehatan yang mudah diakses, serta keterlibatan keluarga dan sekolah dalam menciptakan lingkungan yang aman dan informatif bagi remaja.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.