TIMESINDONESIA, PONOROGO – Larungan Telaga Ngebel bisa diartikan sebagai bentuk kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan hidayahnya kepada umatNya. Demikian dikatakan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko di sela-sela acara larungan Telaga Ngebel, Jumat (27/6/2025).
Bupati Sugiri Sancoko juga menjelaskan, rasa syukur kepada Tuhan bisa diapresiasikan dengan cara apa saja.
"Seperti halnya larungan ini sebagai bentuk tradisi yang menggambarkan rasa syukur masyarakat kepada penciptaNya," jelasnya.
Sebagai masyarakat Jawa yang punya berbagai macam adat dan tradisi, banyak dituangkan dengan berbagai simbol.
"Semisal sedekah bumi dengan hasil panen melimpah biasanya wujud kesyukurannya dibagikan kepada masyarakat lain atau dilarungkan ke laut atau di telaga seperti ini," ulas Bupati Sugiri Sancoko.
Bumi, laut, dan sungai adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. "Dan ini salah satu bentuk komunikasi antara manusia dengan TuhanNya dan larungan ini yang dikemas dalam tradisi," jelasnya.
Larungan Telaga Ngebel masih termasuk rangkaian perayaan Grebeg Suro menyambut 1 Muharram 1447 Hijriah.
Hadir dalam acara larungan Telaga Ngebel tersebut, selain Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan Wakil Bupati Lisdyarita, juga hadir Sekda Ponorogo Agus Pramono, Ketua DPRD Ponorogo Dwi Agus Prayitno, Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo, Dandim Ponorogo Letkol Inf Dwi Soerjono, beberapa Kepala OPD Pemkab Ponorogo, serta ribuan masyarakat Ponorogo yang tumpah ruah di area Telaga Ngebel. (*)