Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Misbahul Munir
TRIBUNJATIM.COM, BOJONEGORO - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menggelar Festival Geopark 2025 yang megah dan meriah.
Festival mengusung perpaduan kuat antara ritual budaya, edukasi geologi, serta aksi kolaboratif anak muda ini dipusatkan di wisata Kayangan Api berlokasi di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.
Festival yang berlangsung selama empat hari, mulai Kamis hingga Minggu (26–29 Juni 2025), menjadi momentum penting untuk mempromosikan kekayaan geologi, budaya lokal, serta semangat masyarakat Bojonegoro menuju pengakuan sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark (UGGp).
Festival ini mengusung perpaduan kuat antara ritual budaya, edukasi geologi, serta aksi kolaboratif anak muda melalui kegiatan Jambore Taruna Budaya.
Dimulai dengan prosesi sakral pengambilan minyak bumi di Wonocolo dan Malam Ngaturi pada malam 1 Suro, pada kamis (26/6/2025). atmosfer sakral menyelimuti kawasan Kayangan Api sebagai simbol pelestarian kearifan lokal.
Keesokan harinya, pada Jumat (27/6/2025), digelar Ruwatan Murwakala, sebuah upacara pembersihan diri dan bumi yang menampilkan pertunjukan wayang.
Dalam ritual ini, dipimpin oleh Dalang Ki Ngaesan memainkan lakon “Murwakala” sebagai pengantar pembuangan sengkala (kesialan). Momen ini bukan hanya pelestarian tradisi, tapi juga menjadi kearifan tradisi dan budaya lokal yang kental.
Sementara puncak acara berlangsung Sabtu (28/6/2025) besok. Acara dimeriahkan oleh Tari Kayangan Api yang akan di ikuti oleh 2025 peserta dari SMP dan SMA/SMK se-Bojonegoro. Sekaligus memecahkan Muri.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pengukuhan pengurus baru Taruna Budaya, disusul dengan penandatanganan kerja sama dengan badan pengelola Geopark.
Festival ini menandai dimulainya kolaborasi strategis lintas daerah dalam jaringan Geopark Indonesia. Tak hanya seremoni, kegiatan dilanjutkan dengan GEO Adventure menjadi daya tarik utama bagi peserta dari berbagai daerah yang mengikuti jambore.
Rute petualangan ini membawa peserta menelusuri jejak sejarah geologi Bojonegoro, dimulai dari Pusat Informasi Geopark, Museum 13, Kampung Samin, hingga Padangan Heritage dan kawasan minyak tua Wonocolo.
Rangkaian workshop juga disiapkan untuk generasi muda dengan tema: “Peran Pemuda dalam Pemajuan Kebudayaan” serta pelatihan pemanfaatan media sosial untuk promosi budaya.
Para peserta Jambore Taruna Budaya, perwakilan dari berbagai kabupaten/kota di Indonesia, menampilkan pentas seni hingga parade band sebagai wujud ekspresi budaya lintas daerah.
Festival kemudian ditutup pada Minggu (29/6/2) dengan kegiatan Geo Adventure Taruna Budaya, menyusuri situs geologi dan kebudayaan mulai dari Texas Wonocolo hingga Blimbing Ngringinrejo.
Tak ketinggalan, hiburan rakyat seperti Nguber Drummer feat. Oklik Bojonegoro, lomba mewarnai dan menggambar, serta parade musik turut menyemarakkan hari terakhir.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Welly Fitrama, Festival Geopark Kayangan Api merupakan tonggak awal menuju target lebih besar, yakni menjadikan Bojonegoro sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark.
“Ini bukan hanya soal pengakuan dunia, tapi juga komitmen kita melestarikan warisan budaya dan alam untuk edukasi generasi mendatang,” ujarnya.
Dengan semangat api yang tak pernah padam, Bojonegoro kini menyalakan harapan baru memadukan identitas lokal untuk makin moncer dipanggung dunia dan diakui dalam UNESCO Global Geopark (UGGp).