Banjir Peserta, Tradisi 1 Suro di Petilasan Sri Aji Jayabaya Kediri Diminati Turis Asal Prancis
Sudarma Adi June 28, 2025 12:30 AM

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Peringatan 1 Suro 2025 di Petilasan Sri Aji Jayabaya Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri Jawa Timur berlangsung meriah dan penuh semangat budaya.

Tak hanya diikuti warga lokal, kirab budaya yang menjadi puncak perayaan menyedot perhatian wisatawan mancanegara, termasuk 12 orang turis asal Prancis, Jumat (27/6/2025).

Mereka hadir mengenakan busana adat Jawa dan ikut serta dalam kirab dari Balai Desa Menang menuju petilasan Sri Aji Jayabaya sejauh 500 meter. Prosesi kirab ini merupakan bagian dari penghormatan kepada sosok legendaris Prabu Jayabaya yang dikenal melalui ramalan Jongko Joyoboyo.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kirab budaya ini menjadi magnet wisata religi dan budaya yang sarat nilai spiritual. Tradisi ini telah berlangsung puluhan tahun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Kediri.

Pemandu Wisatawan Prancis, Anne Marie Wirjo menuturkan bahwa kunjungan ke Petilasan Jayabaya adalah salah satu pengalaman budaya paling berkesan. Dia dan rombongannya sangat antusias bisa ikut langsung dalam rangkaian kirab dan menyaksikan upacara adat yang penuh khidmat.

"Budaya Jawa sangat indah dan luar biasa. Kirab Ritual 1 Suro ini adalah bentuk pelestarian yang sangat penting dan harus dijaga. Tolong jangan pernah tinggalkan budaya ini," pesan Anne Marie yang juga aktif mempromosikan wisata berbasis spiritual dan budaya ke mancanegara.

Anne menambahkan, selain ke Kediri, rombongannya juga telah mengunjungi beberapa lokasi wisata di Indonesia yang memiliki nilai-nilai kepercayaan lokal dan nuansa mistik yang kuat. Hal ini, menurutnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan Eropa.

Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa peringatan 1 Suro tidak hanya sebatas ritual, tapi juga mampu menjelma menjadi magnet wisata budaya yang mendunia. Tradisi ini memberi ruang untuk refleksi spiritual, sekaligus memperkenalkan kekayaan tradisi Jawa ke dunia internasional.

Di tempat yang sama, Keluarga Yayasan Hondodento Yogyakarta Chatarina Eti yang menjadi pionir dilaksanakannya kirab ini mengaku haru melihat konsistensi warga dalam menjaga tradisi. Dia menyebut Petilasan Jayabaya sebagai tempat pamoksan Sang Prabu memiliki nilai sejarah dan spiritual yang sangat tinggi. 

Dulunya, kirab ini hanya dilakukan oleh keluarga dari keturunan Hondodento sejak tahun 1975. Namun seiring dengan perkembangannya, pihak keluarga memberikan izin bagi Pemerintah Kabupaten Kediri dan juga desa untuk dilanjutkan.

"Kami sangat berterima kasih kepada warga Desa Menang. Upacara ini telah berkembang menjadi agenda budaya nasional dan terus menarik perhatian banyak kalangan," ucapnya.

Pada tahun ini dengan bergejolaknya negara Timur Tengah, seperti Israel dan Iran, Chatarina berdoa agar di Indonesia warga masyarakat diberikan kesehatan dan tidak ada peperangan. Selain itu, kesejahteraan dan perdamaian dunia juga bisa terwujud supaya tidak ada korban jiwa. 

"Semoga selalu dalam lindungan yang Maha Kuasa, diberikan keselamatan dan tidak terjadi peperangan," ungkapnya. 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.