TRIBUNJATIM.COM - Ulah Samsuden alias Azis (30) berpura-pura menangis padahal untuk menutupi kasusnya.
Azis merupakan pemuda di Lamandau, Kalimantan Tengah.
Diketahui, Azis membunuh ibu kandungnya akibat cemburu.
Menurut Azis, ia cemburu dengan adiknya.
Azis bahkan berpura-pura menangis saat membawa jasad ibu kandungnya ke puskesmas.
Hal itu dilakukan pelaku demi menutupi kejahatannya terhadap ibu kandungnya sendiri.
Padahal, aksi pembunuhan sadis itu sudah direncanakan Azis sejak lama karena disadari dendam.
Azis mengakhiri nyawa sang ibunda dengan cara mengerikan, menusukkan senjata tajam secara membabi buta sehingga menyebabkan 30 luka menganga di sekujur tubuh.
Bukan dipicu karena harta, bukan karena warisan, tetapi karena rasa cemburu yang dalam dan tak tersalurkan.
Sakit hati, katanya. Merasa tak disayang seperti adiknya.
Adapun peristiwa pembunuhan itu terjadi di kebun kelapa sawit di di Desa Bukit Jaya, Jumat (20/6/2025) pukul 08.30 wib.
Kapolres Lamandau, AKBP Joko Handono mengungkapkan,tersangka bangun pagi, menuju dapur, dan mengambil pisau.
Kemudian, tersangka ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Joko menyebut, sebelum keluar dari kamar mandi, tersangka mengasah pisau di dinding kamar mandi.
"Setelah itu, tersangka menuju kamar untuk menggunakan pakaian dan memasukan pisau ke dalam tas selempang untuk persiapan menuju rumah korban," tambahnya.
Setelah bersiap, tersangka mengendarai sepeda motor menuju toko swalayan untuk membeli rokok dan obat batuk merk komix sebanyak 1 pack atau 30 sachet.
Sebelum melanjutkan perjalanan menuju rumah korban, tersangka terlebih dahulu mengkonsumsi komix sebanyak 12 sachet.
Sesampainya di jalan dekat rumah korban, tersangka kembali meminum komix sebanyak 6 sachet.
Setelah itu, tersangka mengamati sekitar rumah korban.
Tak lama kemudian tersangka melihat korban dan adiknya melintas menuju sekolah melalui jalan pintas di perkebunan kelapa sawit.
"Tersangka mengikuti korban sambil bersembunyi di antara pohon kelapa sawit dan menunggu korban balik dari sekolah," tutur Joko.
Kapolres Lamandau menambahkan, tidak lama menunggu, tersangka melihat korban berjalan sendirian dari sekolah menuju ke rumahnya.
Melihat hal tersebut, tersangka menyerang korban dari belakang dengan menusukkan pisau ke arah punggung korban berulang kali sehingga korban terjatuh ke tanah.
"Setelah korban terjatuh ke tanah tersangka kembali menusukan pisau ke arah dada, perut dan dagu korban," ucap Joko.
Korban sempat menangkis tusukan tersebut menggunakan tangan kiri korban mengakibatkan tangan korban luka.
Joko mengungkapkan, setelah korban tak berdaya, tersangka meninggalkan korban dan membuang pisau ke semak belukar, lalu meninggalkan lokasi tersebut.
"Pada saat korban di bawa oleh masyarakat ke puskesmas Desa Bukit Jaya, tersangka juga ikut melihat kondisi korban yang pada saat itu sudah meninggal dunia," beber Joko.
AKBP Joko Handono bereaksi, menyebut jika aksi yang dilakukan pelaku ini tindakan yang sadis.
Total ada sekitar 30 tusukan ditemukan di tubuh korban, termasuk di area vital seperti jantung.
Beberapa saat kemudian, masyarakat Desa Bukit Jaya geger setelah menemukan Ratna tewas dalam kondisi bersimbah darah akibat luka tusuk.
Ironisnya, saat korban dibawa ke puskesmas dalam keadaan tak bernyawa, Azis turut di dalamnya.
Ia berpura-pura menangis bersedih sembari membantu membawa jasad sang ibu.
Pelaku turut melihat tubuh sang ibu terbujur kaku sembari menyembunyikan raut bersalahnya, seolah luka-luka itu bukan hasil dari tangannya sendiri.
Tetapi, akting Azis tak mampu mengelabui polisi.
Melalui serangkaian penyelidikan, polisi kemudian diarahkan untuk memeriksa sang anak, pelaku, lebih lanjut.
Benar saja, setelah diperiksa secara intensif, terungkap bahwa Azis adalah pelaku pembunuhan sang ibu kandungnya sendiri.
Motif Cemburu Kurang Kasih Sayang
Diketahui, Ratna sudah bercerai sejak 10 tahun lalu.
Ia kemudian menikah lagi dan memiliki seorang anak.
Kapolres menyebut, pelaku menyimpan dendam kepada ibunya karena merasa tidak diperhatikan setelah perceraian orang tuanya.
Azis merasa disisihkan dan tidak lagi dianggap sebagai bagian dari keluarga.
"Dua hari sebelum kejadian, pelaku sempat bertengkar dengan korban di rumah. Ini diduga jadi pemicu utama aksi sadis tersebut," ujarnya.
“Motif pembunuhan ini karena tersangka sakit hati kepada korban, karena menurut tersangka, korban lebih menyayangi adiknya dibandingkan dengan tersangka sendiri,” kata Joko.
Modus yang dilakukan pelaku tergolong kejam dan terencana. Ia menggunakan sepeda motor miliknya untuk menuju TKP dan telah mengintai gerak-gerik korban.
Obat batuk cair digunakan untuk menghilangkan empati.
Tidak ada pekerjaan tetap, kondisi ekonomi yang sulit, dan gangguan hubungan keluarga menjadi kombinasi tragis dari pembunuhan ini.
Dari peristiwa itu, pihak kepolisian mengamankan satu helai baju gamis berwarna abu-abu berbintik putih milik korban, satu helai baju lengan panjang warna hitam, dan satu helai celana pendek warna hijau hitam milik tersangka.
Selain itu, polisi juga mengamankan satu unit kendaraan roda dua merk Yamaha Jupiter MX milik tersangka dan sepasang sandal putih bertuliskan MY milik tersangka.
Kini, Azis harus menghadapi konsekuensi hukumnya.
Dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, ia terancam hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Namun lebih dari semua itu, ia harus memikul beban moral yang tak kalah berat: Menyadari bahwa ia telah membunuh satu-satunya manusia yang rela menukar nyawanya demi keselamatan anaknya sendiri.