Beras Biofortifikasi Mulai Dikembangkan untuk Ketahanan Gizi dan Stabilitas Harga Pangan
Seno Tri Sulistiyono June 29, 2025 04:32 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekosistem beras biofortifikasi berskala industri mulai dikembangkan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Beras biofortifikasi dinilai menjadi langkah strategis untuk memperbaiki gizi masyarakat sekaligus menjaga stabilitas harga pangan. 

Inisiatif ini dibentuk melalui kemitraan strategis pentahelix antara Pandawa Agri Indonesia, Danone-AQUA, IPB University, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Perum Bulog, dan Bank Indonesia. 

“Beras biofortifikasi merupakan solusi strategis untuk mengatasi ‘Hidden Hunger’ dalam skala besar. Kita tidak lagi hanya menangani kekurangan gizi, tetapi mulai mencegahnya langsung dari sumber pangan utama,” ujar Guru Besar Ilmu Gizi dan Pangan IPB University Evy Damayanthi, dikutip dari Kontan, Minggu (29/6/2025).

Direktur Sistem Gizi Nasional di Badan Gizi Nasional (BGN),  Nurjaeni,  menekankan relevansi inisiatif ini dengan rencana jangka panjang peningkatan status gizi masyarakat. 

“Beras biofortifikasi menawarkan pendekatan berbasis pangan untuk mengurangi kekurangan zat gizi mikro, serta sejalan dengan Program Makan Bergizi Gratis dan target nasional penurunan stunting. Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana inovasi di hulu dapat mendukung hilirisasi,” kata dia. 

Inti dari inisiatif ini adalah budidaya varietas padi biofortifikasi yang diperkaya dengan zat besi (Fe) dan zinc (Zn)—dua mikronutrien penting untuk tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu. 

Pada tahap awal, ekosistem ini diuji di lahan seluas 5 hektar menggunakan varietas Nutrizinc, yang memiliki kandungan zat besi dan zinc 25–50 persen lebih tinggi dibandingkan padi biasa. 

Meski Nutrizinc telah menunjukkan hasil gizi yang tinggi, di tahap selanjutnya ekosistem ini memperkenalkan varietas benih yang telah disempurnakan seperti IPB 9G dan IPB 15S, sekaligus menjajaki varietas padi biofortifikasi lainnya dengan kandungan gizi tinggi. 

Varietas-varietas ini menggabungkan kandungan mikronutrien yang tinggi dengan hasil panen yang lebih baik, sehingga lebih cocok untuk diperluas adopsinya di lapangan.

Sebagai bagian dari upaya mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan produktif, inisiatif ini mengintegrasikan Teknologi PPAI dari Pandawa Agri Indonesia, perusahaan inovasi pertanian yang berbasis di Banyuwangi. 

Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan tanah, serta telah terbukti efektif mendorong praktik budidaya yang lebih ramah lingkungan dan berdaya saing secara ekonomi. 

Selain itu, budidaya ini juga menerapkan metode irigasi Alternate Wetting and Drying (AWD) yang dapat mengurangi penggunaan air secara signifikan dan berdampak minimal terhadap lingkungan. Kombinasi antara Teknologi PPAI® dan AWD secara keseluruhan mendorong praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dalam budidaya padi. 

Riset IPB University menunjukkan bahwa penerapan Teknologi PPAI dapat menurunkan emisi metana hingga 24%. 

Sementara itu, kombinasi antara AWD dan Teknologi PPAI membuat budidaya padi 213% lebih efisien dalam penggunaan air dibandingkan metode konvensional. 

Temuan ini menjadi kontribusi nyata terhadap pencapaian target iklim di sektor pertanian Indonesia. 

“Riset ini menunjukkan bahwa dengan teknologi dan praktik yang tepat, padi yang selama ini dikenal sebagai tanaman boros air dapat dibudidayakan dengan cara yang hemat air, rendah emisi, dan tetap produktif,” ujar Kukuh Roxa, CEO Pandawa Agri Indonesia. 

Sekretaris Institut IPB University, Agus Purwito, menambahkan, 

“Inisiatif ini menunjukkan bagaimana inovasi dari dunia akademisi, mulai dari pengembangan benih hingga pengukuran emisi bisa langsung diterapkan untuk memperbaiki sistem pertanian di lapangan."

Kekuatan dari ekosistem ini terletak pada pendekatan rantai nilai yang terintegrasi. 

Tak hanya fokus pada produksi, kolaborasi ini juga memastikan akses pasar yang stabil dan berkelanjutan melalui pembeli institusional seperti Perum Bulog, sehingga menjamin produk dapat terserap secara optimal dan kualitasnya tetap terjaga dari hulu ke hilir. 

“Dalam persiapan pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis pada skala besar, ketersediaan pangan pokok yang bernutrisi dan dapat ditelusuri asal-usulnya menjadi sangat krusial,” ujar Langgeng Wisnu, Pimpinan Wilayah Bulog Provinsi Jawa Timur. 

Manfaat program yang menyentuh berbagai aspek ini turut mendapat dukungan dari Bank Indonesia, yang melihat inisiatif ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat stabilitas harga pangan dalam jangka menengah dan panjang dengan meningkatkan produktivitas sebagai upaya memastikan ketersediaan pasokan. 

Dukungan ini juga sejalan dengan pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), yang menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dan nilai tambah komoditas pangan lokal. Melalui program ini, Bank Indonesia mendorong kolaborasi antara seluruh mitra kerja untuk memperkuat kapasitas produksi sekaligus meningkatkan daya saing pangan daerah. 

Pengembangan padi biofortifikasi dinilai selaras dengan strategi pengendalian inflasi, mengingat beras merupakan komoditas dengan bobot inflasi terbesar di Banyuwangi. 

Selain mendukung stabilitas harga, program ini juga berkontribusi terhadap peningkatan gizi masyarakat secara luas. 

Dengan dukungan kuat dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, ekosistem ini terus berkembang dan ditargetkan mencakup hingga 500 hektar lahan budidaya pada tahun depan yang secara langsung berkontribusi terhadap pencapaian tujuan nasional dalam penurunan stunting serta mitigasi perubahan iklim. 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.