TRIBUNJAKARTA.COM - Agam Rinjani mengaku sudah sembilan tahun sebagai relawan di Gunung Rinjani.
Ia mengaku peristiwa evakuasi pendaki Brasil, Juliana Marins yang tewas terperosok jurang sedalam 600 meter merupakan evakuasi tersulit selama Agam menjadi relawan.
"Ini kejadian paling sulit di antara puluhan-puluhan kasus yang ada evakuasi di Rinjani," katanya seperti dikutip dari YouTube YIM Official yang tayang pada Minggu (29/6/2025).
Agam menyinggung mengenai peristiwa yang terjadi pada Agustus tahun 2022 silam ketika dia dan rekan-rekan relawan mengevakuasi pendaki Israel di Rinjani.
"Ingat Agustus 2022, bule Israel jatuh dari puncak 180 (meter) saya bilang ini sulit, ini lebih sulit, lebih jauh lagi, Julia lebih sulit," katanya.
Agam bercerita ketika harus mengevakuasi jasad Juliana Marins.
Saat membawa jasad Juliana dari jurang, Agam dan rekan-rekan dihujani batu.
"Sempet kami naikkan (jasad Juliana Marins) ada hujan batu. Hujan air tiba-tiba berkabut, tiga detik tiba-tiba batu di depan. Setiap ada gerakan di atas, batu dari 400 meter mengarah ke muka semua. Saya sempet nunduk, itu ribuan batu yang jatuh, saya pilih yang kecil-kecil ditangkis pakai helm, yang besar saya hindari," katanya.
Menurut Agam, evakuasi Juliana Marins tak kaleng-kaleng.
Para petugas terpaksa harus bertaruh nyawa demi menuntaskan misi kemanusiaan.
Agam juga membantah tudingan tim penyelamat yang lambat dalam menangani jenazah Juliana Marins.
"Bukan masalah lambat karena memang kondisi medannya yang tidak memungkinkan," katanya.
Para petugas tidak menyerah dengan kondisi demikian.
Mereka tetap berjuang keras mengevakuasi Juliana agar citra Indonesia tak buruk di mata dunia.
"Kalau Juliana tidak bisa naik, Indonesia akan dicela oleh negara-negara lain, gmana sistem rescue-nya semua, makanya yang bikin kami semangat," pungkasnya.
Agam, masih mengingat jelas momen saat tubuhnya tergantung di antara tebing curam Gunung Rinjani.
Bersama enam relawan lainnya, ia melakukan rappelling sedalam 400 meter untuk mengevakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang ditemukan tewas di lereng Rinjani.
Malam itu, medan curam dan gelap memaksa mereka bermalam di tebing dalam posisi menggantung.
“Kami merapat ke dinding, cari tempat aman, bikin anchor baru. Kami ngebor batu lagi, bawa dinabol, hammer, bikin anchor buat turuni lagi tebing,” ujar Agam di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Menurutnya, kondisi makin berbahaya saat tim mulai menjemput korban.
Proses turun dilakukan bergantian: dimulai tim Basarnas, lalu SAR, dan terakhir relawan. Agam turun paling akhir untuk menyiarkan kondisi langsung dari lapangan.
"Pas turun itu ngeri. Batu jatuh dari atas. Batu kecil jatuh, ikut yang besar. Kami bertujuh di bawah, harus hindari tali, kayak main game. ‘Awas batu, awas batu,’" katanya.
Jarak pandang terbatas karena kabut, sementara batu-batu bisa muncul secara tiba-tiba dari berbagai arah.
“Mata harus fokus betul. Tiba-tiba batu sudah di depan muka, jarak cuma 2 meter, dilempar dari ketinggian 400 meter. Itu berat banget,” ucapnya.
Agam menuturkan bahwa dari pantauan drone, medan tampak datar. Namun saat dituruni, kenyataannya sangat miring dan licin.
“Ternyata miringnya kayak gitu. Saya berdiri aja bisa kepleset. Kami ambil posisi kiri, pasang anchor, turun lagi karena waktu itu korban sudah kelihatan,” jelasnya.
Karena medan yang ekstrem, tim memutuskan menunda evakuasi hingga pagi dan bermalam sambil menggantung di tebing, dengan ruang berpijak yang nyaris tidak ada.
"Kalau kami sentuh, bisa meluncur lagi 180 meter ke bawah. Jadi kami biarin, tunggu pagi. Kami tidur sambil menggantung, pakai anchor di batu. Tempat paling datar cuma sejengkal, itu pun miring,” ungkap Agam.
Proses penarikan jenazah Juliana memakan waktu sekitar 12 jam.
Selama itu, tim berada di medan ekstrem tanpa makanan berat, hanya mengandalkan cokelat dan air minum.
"Sampai di atas, baru semua bersorak: ‘Merdeka! Merdeka!’ Itu momen paling lega,” ucap Agam.
(TribunJakarta.com/Kompas.com).
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya