Pantang Menyerah Lawan Stroke, Sempat Lumpuh Kini Bisa Finish Half Marathon
GH News June 30, 2025 08:03 AM

Seorang pria di Jakarta Barat, Alfa (46), membagikan kisahnya yang sempat berjuang melawan stroke. Meski sempat lumpuh akibat kondisi tersebut, Alfa pantang menyerah untuk bisa bangkit kembali dan pulih. Bahkan kini dirinya berhasil menyelesaikan half marathon yang diadakan oleh BTN Jakarta International Marathon (JAKIM) 2025 pada Minggu (29/6).

Kepada detikcom, Alfa menceritakan kronologi terkena serangan stroke akibat tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tak terkontrol yang terdeteksi saat usianya baru 35 tahun.

Awalnya, Alfa menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check up. Hasil menunjukkan dirinya memiliki tekanan darah tinggi. Namun, pada saat itu, Alfa menolak untuk mengonsumsi obat lantaran dirinya merasa menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga hingga menjaga makan.

"Kan saya orangnya aktif, saya olahragawan gitu. Maksudnya bukan orang yang mager gitu kan. Kemudian ya udah dijaga makanan ya," ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

Pada saat itu, dokter menganjurkan Alfa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up ulang di usianya yang ke-38. Hasilnya, tekanan darah Alfa kembali terdeteksi tinggi. Akhirnya, dokter menyarankan agar ia mengonsumsi obat. Sayangnya, Alfa tidak meminumnya secara rutin.

"Pada akhirnya tekanan darah saya memang tidak teratur gitu kan. Saya memang kadang-kadang nggak minum obat karena lupa, atau memang, 'wah habis minum kopi nih pagi'. 'Wah, nggak usah deh besok aja dah," lanjutnya lagi.

Tak hanya itu, Alfa juga sempat mengalami stres berat pada awal pandemi COVID-19, tepat di usianya yang ke-41 tahun. Ia menyebut kondisi tersebut ikut memicu peningkatan tekanan darah.

Beberapa waktu kemudian, saat mencoba menjaga kebugaran dengan berolahraga pada masa pandemi, Alfa mengaku berlari sekitar 3 hingga 5 kilometer di sekitar rumahnya.

Usai berlari tanpa jeda, ia langsung melanjutkan aktivitas fisik dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya saat itu meningkat tajam hingga menyentuh angka 160 bpm.

Tak lama kemudian, Alfa merasakan pusing hebat seperti vertigo. Tubuhnya tak stabil dan ia segera menyender ke tembok balkon sebelum akhirnya duduk perlahan di lantai. Saat hendak berpindah ke dalam rumah, ia menyadari tubuh bagian kirinya tidak lagi dapat digerakkan. Tangan dan kaki kiri lumpuh, sementara kemampuan bicaranya juga terganggu, mulut menjadi perot dan suara hanya keluar lirih.

Dengan sisa tenaga, Alfa menyeret tubuh menggunakan kaki kanan untuk masuk ke dalam rumah dan tergeletak di ruang tamu. Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

"Nah, ada lega tuh. Itu tuh jam 8 pagi, istri saya baru pulang dari kantor jam 9 malam. Dan itu adalah, kalau orang ngomong tuh, 'gila lo ya'. Golden time (stroke ) kan cuma 3-4 jam," ucap Alfa.

"Saya melewati hampir 12 jam terkapar di dalam rumah. Waktu itu di dekat ruang tamu gitu kan. Dan saya dari pagi sampai siang itu, sampai malam itu hanya yang bisa saya lakukan adalah doa dan doa," lanjutnya lagi.

Alfa kemudian langsung dibawa ke salah satu rumah sakit Surabaya. Pada saat itu, posisi Alfa tengah berada di kota Surabaya. Alfa langsung menjalani MRI dan hasilnya menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter. Dokter menyarankan tindakan operasi segera, namun sang istri sempat meminta opsi lain.

Untuk menilai kelayakan operasi, dokter melakukan pemeriksaan memori dan kesadaran terhadap Alfa. Pria yang kini berusia 46 tahun itu masih bisa menyebut nama sang istri dan menjawab berbagai pertanyaan terkait memori jangka pendek maupun panjang dengan tepat.

Setelah melihat hasil pemeriksaan tersebut, dokter akhirnya memutuskan Alfa untuk tidak dioperasi, tetapi tetap harus menjalani perawatan intensif di ruang ICU.

Selama dirawat di ICU selama tiga minggu, kondisi Alfa terus menunjukkan perbaikan. Volume pendarahan yang semula 60 mililiter berkurang menjadi sekitar 40 mililiter pada hari ketujuh, 30 mililiter pada hari ke-14, dan mendekati 15 mililiter di hari ke-21. Setelah dinyatakan stabil dan pendarahan berkurang signifikan, ia pun dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

"Dan dokter langsung bilang, ini kondisinya membaik dan perdarahannya sudah berkurang, sehingga bapak besok pindah ke ruangan biasa," ucapnya.

Alfa kemudian dipindahkan ke ruang perawatan biasa untuk pemantauan lanjutan. Selama tujuh hari dirawat, kondisinya dinyatakan cukup stabil sehingga diperbolehkan pulang. Pada saat itu, ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya belum bisa berjalan dan hanya bisa berpindah menggunakan kursi roda.

NEXT: Masa-masa awal pasca stroke


Masa-masa awal pasca stroke menjadi titik terendah bagi Alfa. Ia sempat merasa kehilangan harapan. Meski begitu, dukungan dari sang istri menjadi titik balik dalam proses pemulihannya.

"Kamu bukannya nggak bisa jalan, tapi kamu belum bisa jalan," begitu kata-kata afirmatif yang terus diulang oleh istrinya.

Dengan semangat yang dipupuk lewat kata-kata positif itu, Alfa memulai proses rehabilitasi medis secara intensif. Karena situasi pandemi, ia menjalani fisioterapi di rumah dengan bantuan tenaga kesehatan yang datang langsung (home care). Perlahan tapi pasti, perkembangan positif mulai terlihat.

Dalam waktu tiga bulan sejak serangan stroke, Alfa akhirnya berhasil berdiri dan berjalan tanpa bantuan kursi roda maupun tongkat. Semangatnya semakin terpacu ketika sang istri, yang akan berulang tahun, hanya meminta satu hadiah yakni Alfa bisa berjalan tepat di hari ulang tahunnya.

Permintaan itu menjadi motivasi besar. Dengan tekad dan latihan keras, satu minggu sebelum hari ulang tahun istrinya, Alfa berhasil berjalan tanpa alat bantu. Ia bahkan merekam momen tersebut sebagai hadiah video, yang kemudian ia kirimkan sebagai 'early gift'. Momen itu pun menjadi titik emosional yang menguatkan semangat keduanya.

Tak berhenti di situ, Alfa terus melanjutkan proses pemulihannya. Ia tidak hanya kembali berjalan, tetapi juga berlari. Tahun 2022, ia kembali mengikuti ajang lari 5K dalam Mangkunegaran Run. Setahun kemudian, ia menaklukkan jarak 10K di Borobudur Marathon 2023. Dan pada 2025, ia berhasil mencapai garis finis di kategori Half Marathon pada BTN Jakarta International Marathon.

Perjalanan panjang dari terkapar di ruang tamu hingga kembali berlari sampai ke garis finish menjadi bukti bahwa tekad, dukungan, dan semangat tak pernah sia-sia. Bagi Alfa, setiap langkah hari ini adalah kemenangan dari perjuangan yang dulu nyaris membuatnya menyerah.


© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.