Intelijen Turki & Delegasi Hamas Gelar Pertemuan Rahasia, Bahas Gencatan Senjata dan Bantuan Gaza?
Wahyu Gilang Putranto June 30, 2025 09:31 PM

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan Intelijen Nasional Turki (MIT), İbrahim Kalın, menggelar pertemuan tatap muka rahasia dengan delegasi Hamas pada Minggu (30/6/2025).

Pertemuan yang diselenggarakan di lokasi yang tidak diungkapkan ini, dilakukan intelijen Turki bersama sejumlah delegasi Hamas yang dipimpin oleh Muhammad Darwish, kepala dewan kepemimpinan kelompok Palestina Hamas.

Pertemuan ini dilakukan di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap kedua pihak yang bertikai untuk menghentikan kekerasan yang telah menewaskan ribuan warga sipil di Gaza dalam beberapa bulan terakhir.

Tak dirinci isu apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut, namun mengutip laporan Al Mayadeen, pertemuan tersebut digelar untuk membahas upaya mendesak.

Mewujudkan gencatan senjata permanen dan membahas tragedi kemanusiaan di Gaza serta upaya Turki untuk mengakhiri perang tersebut, memastikan pengiriman bantuan segera ke wilayah tersebut.

"Mereka juga berbicara tentang perlunya mencapai konsensus di antara kelompok-kelompok Palestina selama masa kritis ini...(dan) langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai gencatan senjata permanen di Gaza," kata sumber yang dikutip media Turki tersebut.

Selain krisis eksternal, dalam kesempatan itu Turki kabarnya turut mendorong Hamas untuk memperkuat rekonsiliasi nasional dengan faksi Palestina lainnya seperti Fatah.

Persatuan internal dipandang penting untuk meningkatkan posisi Palestina secara diplomatik, serta memudahkan pencapaian kesepakatan damai jangka panjang.

Turki menyatakan siap menjadi mediator aktif dalam proses perdamaian antara Israel dan kelompok-kelompok Palestina.

Lebih lanjut, Ankara juga menyatakan komitmennya untuk berkontribusi dalam pembangunan kembali Gaza, terutama dalam penyediaan fasilitas umum dan layanan dasar seperti sekolah, rumah sakit, dan listrik.

Turki Ingin Jadi Mediator di Timur Tengah

Keterlibatan Turki dalam pembicaraan ini bukan hal baru.  Turki adalah salah satu negara yang secara terbuka mendukung perjuangan Palestina, termasuk hak untuk merdeka dan mengakhiri penjajahan di wilayah Gaza dan Tepi Barat.

Dukungan tersebut diberikan lantaran hubungan Turki dan Hamas sudah terjalin sejak lama dalam konteks solidaritas dan diplomasi alternatif.

Dengan menjalin kontak langsung dengan Hamas, Turki menunjukkan inisiatif nyata untuk mendamaikan konflik dan menyelamatkan warga sipil.

Pemerintah Turki menilai bahwa situasi di Gaza sudah sangat mendesak dan berpotensi memicu bencana kemanusiaan yang lebih luas.

Oleh karena itu, Ankara aktif mendorong terciptanya gencatan senjata yang berkelanjutan dan dapat dipertahankan, bukan hanya jeda sementara.

Ankara juga menyatakan akan terus mendorong solusi damai dan menyediakan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.

Dengan terlibat langsung dalam dialog dengan Hamas, Turki menegaskan peran strategisnya sebagai negara mediator dan pelaku diplomasi aktif di kawasan.

Israel Didesak Sepakati Gencatan Senjata

Di tengah isu pertemuan Intelijen Turki dengan delegasi Hamas,  Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, mendapatkan tekanan dari AS untuk segera menyepakati usulan gencatan senjata dengan Gaza.

Adapun desakan ini dilontarkan pemerintah AS usai Dermer melakukan kunjungan ke Washington pada Senin (30/6/2025).

Dalam pertemuan itu, Israel didesak untuk segera menyetujui gencatan senjata jangka panjang demi mengakhiri penderitaan warga sipil di wilayah tersebut.

Bukan tanpa alasan, pasalnya situasi kemanusiaan di Gaza semakin buruk, dan jeda kemanusiaan saja tidak cukup untuk meredakan krisis oleh karenanya pemerintah AS mendorong Israel untuk berkomitmen pada kesepakatan damai yang lebih luas.

Sementara itu, pemerintah Israel masih belum menyatakan sikap final terkait gencatan senjata jangka panjang.

Beberapa pejabat Israel menyatakan kekhawatiran bahwa gencatan senjata akan dimanfaatkan Hamas untuk memulihkan kekuatan dan kembali menyerang.

Namun, AS menilai bahwa kesepakatan damai dapat disertai dengan mekanisme pengawasan internasional agar tetap stabil dan berkelanjutan.

(Tribunnews.com / Namira)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.