TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di bawah kepemimpinan Anindya Bakrie, mendorong upaya pembukaan peluang bisnis dan investasi baru, terutama di tengah gejolak ekonomi global.
Satu di antara bentuk konkret dari komitmen tersebut adalah partisipasi aktif dalam forum internasional, seperti "China-ASEAN Business and Investment Summit" yang digelar di Nanning, China pada 23–27 Juni 2025.
Dalam forum tersebut, KADIN Indonesia diwakili oleh Wakil Ketua Umum Bidang Diplomasi Multilateral, Andi Anzhar Cakra Wijaya.
Sosok yang juga dikenal sebagai mantan President Committee Respect to International Humanitarian Laws of the Inter-Parliamentary Union (IHL-IPU) itu hadir sebagai pembicara yang mewakili Indonesia.
"China-ASEAN Forum (ini) berusaha mengkonsolidasi bisnis dan investasi dengan total populasi market sebanyak dua miliar penduduk," ujar Andi Anzhar dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Senin (30/6/2025).
Dalam kesempatan itu, Andi Anzhar juga menekankan pentingnya sertifikasi produk halal sebagai bagian dari prioritas kerja KADIN Indonesia.
"Program jaminan produk halal juga menjadi program prioritas KADIN Indonesia untuk menjadikan produk-produk dari dan ke pasar China lebih terjamin kehalalan produknya," ucapnya.
Ia menambahkan, forum tersebut membuka potensi besar dalam kerja sama ekonomi dan investasi, dengan proyeksi nilai investasi mencapai USD 2,7 miliar.
"Lalu, rantai pasok, inisiatif Nanning adalah memperkuat konektivitas rantai pasok regional," sebutnya.
Dari sisi perdagangan dan aspek hukum, Andi menyoroti pentingnya kehadiran pusat arbitrase untuk menjamin kepastian hukum.
"Hadirnya pusat arbitrase dagang dapat meningkatkan kepastian hukum bisnis," ucapnya.
Ia juga menyinggung peluang percepatan integrasi lewat proses FTA 3.0.
"Proses Free Trade Agreement (FTA) 3.0 atau Perjanjian Perdagangan Bebas, itu akan dapat berjalan paralel didukung analisis dan pelaporan resmi," lanjutnya.
Menurut Andi, penyelenggaraan forum ini membawa sejumlah dampak positif bagi kawasan, termasuk Indonesia.
"Pertama, akses pasar lebih besar untuk produk pertanian, manufaktur, dan digital," ujar pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum ICMI bidang politik, hukum, dan hubungan luar negeri itu.
Kemudian, perlindungan investor ASEAN jadi lebih baik di China dan sebaliknya.
Selain itu, UMKM akan turut merasakan manfaat dari sisi ekspor digital.
"Serta terciptanya harmonisasi prosedur bea cukai, sertifikasi, dan keamanan siber lintas-batas," pungkasnya.