Ekspor Mulai Pulih, Surplus Neraca Dagang RI per Mei 2025 Diperkirakan Meningkat
kumparanBISNIS July 01, 2025 11:41 AM
Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 diperkirakan akan kembali mencatatkan surplus yang lebih besar dibanding bulan sebelumnya. Pemulihan aktivitas ekspor usai libur Lebaran serta meredanya ketegangan global menjadi dua faktor utama pendorong perbaikan ini.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca dagang pada Mei 2025 akan meningkat signifikan menjadi USD 2,29 miliar, jauh lebih tinggi dari surplus USD 158,8 juta pada April 2025. Lonjakan ini terutama disebabkan oleh normalisasi aktivitas perdagangan setelah Lebaran dan membaiknya kondisi perdagangan global seiring tercapainya kesepakatan antara Amerika Serikat dan China.
"Usai libur Lebaran, aktivitas ekspor Indonesia biasanya mengalami penguatan kembali seiring pulihnya operasional sektor riil dan industri, sehingga ekspor diproyeksikan meningkat sebesar 11,76 persen secara bulanan pada Mei 2025 setelah sempat turun tajam sebesar 10,77 persen di bulan sebelumnya," kata Josua kepada kumparan, Selasa (1/6).
Secara tahunan, ekspor tetap tumbuh positif meski melambat menjadi 3,84 persen dibanding 5,76 persen pada April 2025.
Perbesar
Pekerja melihat aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/9/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
Permintaan China terhadap produk Indonesia juga menunjukkan tren positif, dengan peningkatan 1,80 persen secara bulanan dan 10,22 persen secara tahunan pada Mei 2025, setelah kontraksi pada April.
Di sisi lain, impor diperkirakan tumbuh moderat 1,49 persen secara bulanan, jauh lebih rendah dibanding lonjakan 8,80 persen pada April, yang sempat terjadi akibat percepatan impor untuk mengantisipasi kenaikan tarif.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan surplus neraca dagang Mei 2025 mencapai USD 2,91 miliar, juga naik tajam dari USD 0,16 miliar pada April. Menurut Andry, kenaikan ini didorong oleh normalisasi hari kerja setelah Idul Fitri serta moderasi impor mesin.
"Ekspor diperkirakan tumbuh sebesar 0,70 persen yoy atau 8,38 persen mom," ujarnya.
Pertumbuhan bulanan menunjukkan pemulihan aktivitas perdagangan, sedangkan kenaikan tahunan sebagian dipengaruhi oleh antisipasi tarif tambahan yang disebut tarif Trump, yang mendorong percepatan ekspor ke AS.
Meski ekspor diperkirakan meningkat, Andry menekankan bahwa kinerja ekspor masih menghadapi hambatan akibat harga komoditas yang moderat.
"Namun demikian, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan tetap terbatas karena berlanjutnya moderasi harga komoditas," jelasnya.
Perbesar
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
Sektor komoditas utama seperti batu bara, CPO, dan nikel masih menghadapi tekanan harga, di tengah aktivitas manufaktur global yang melemah dengan PMI manufaktur Indonesia tetap berada di zona kontraksi.
Di sisi impor, Andry memproyeksikan adanya penurunan 4,93 persen mom pada Mei 2025, meskipun secara tahunan masih tumbuh 0,88 persen yoy. Penurunan ini terkait normalisasi setelah lonjakan impor mesin pada bulan sebelumnya, serta melemahnya aktivitas industri domestik yang tercermin dari PMI manufaktur yang hanya berada di level 47,4.
Selain itu, pertumbuhan impor dari mitra dagang utama Indonesia tetap positif, terutama dari China dan Taiwan, yang mencatat pertumbuhan dua digit pada Mei. Hal ini mencerminkan kebutuhan industri dan antisipasi pasar global yang tetap tinggi meskipun tekanan eksternal masih ada.