Kalau Bukan Mistis, Kenapa Ketindihan Selalu Bikin Merinding? Ada Alasan Neurologisnya
GH News July 01, 2025 05:03 PM

Banyak orang pernah mengalami sensasi 'ketindihan' saat tidur, seolah tubuh tak bisa digerakkan, sulit bernapas, bahkan merasa ada 'makhluk' yang menindih. Pengalaman ini sering dikaitkan dengan hal mistis atau supranatural, seperti ketiban jin dan sebagainya.

Tak sedikit yang menggambarkan momen ini sebagai pengalaman paling menegangkan selama tidur. Salah satunya dialami Permata (25), seorang wakil manajemen di Pekanbaru. Ia mengaku panik dan takut lantaran melihat hantu saat mengalami 'ketindihan'.

"Napas jadi ngos-ngosan, tubuh kaku, dan tidak bisa digerakkan," jelas Permata kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Ada juga yang merasa mulutnya tak bisa bergerak, bahkan sulit berteriak. Kondisi serupa dialami Dhanu (27), seorang karyawan swasta di Jakarta Selatan.

"Awalnya saya bisa melihat sekitar, tetapi tubuh rasanya tidak bisa bergerak. Mau bicara juga tidak bisa, dan badan terasa lemas setelahnya," kata Dhanu.

Tak hanya itu, dr Stephanie Rennie Anindita, seorang dokter forensik yang sempat viral karena sering berbagi pengalaman mistis, juga pernah mengalami 'ketindihan'. Ia mengaku beberapa sosok sempat mencoba berkomunikasi, bahkan diduga sampai 'melukai' dirinya.

dr Stephanie bercerita ia pernah bertemu sosok korban yang mengganggunya hingga bermimpi 'ketindihan'. Sosok tersebut disebut menampakkan diri dalam mimpi dan meninggalkan bekas kebiruan di tubuhnya saat ia bangun tidur.

"Ketika dia berkomunikasinya cukup keras sampai waktu saya tidur dia menampakkan di mimpi saya, sampai mencoba bangun, sulit. Waktu itu saya ketindihan dan pagi-pagi saya bangun, kok ada bekas memar di tempat yang tadi dia coba sentuh saya," cerita dr Stephanie dalam program detikPagi, Jumat (12/5/2023).

Namun, ia tidak langsung percaya bahwa luka itu disebabkan oleh sosok tersebut. Ia mempertimbangkan kemungkinan adanya faktor non-mistis yang jadi penyebab.

"Ini 'kan pengalaman yang tidak bisa dijelaskan, mungkin juga saat saya tidur tidak terasa terkena sesuatu," jelasnya.

Sebagai dokter forensik yang sering praktik di kamar jenazah, ia mengakui ada kasus-kasus yang belum bisa dijelaskan secara medis. Meski bukan seorang indigo atau memiliki 'kelebihan', dr Stephanie memang sering mengalami kejadian semacam itu, karena menurutnya para korban kerap mencoba berkomunikasi.

1. Fakta Medis dan Penyebab Ketindihan Saat Tidur

Adapun fenomena 'ketindihan' saat tidur dalam dunia medis dikenal sebagai sleep paralysis dan memiliki penjelasan ilmiah yang jelas. Ahli neurologi sekaligus dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Yeni Quinta Mondiani, SpN, mengatakan, tidur merupakan proses fisiologis yang berulang, ditandai dengan penurunan kesadaran secara reversibel.

Ketika seseorang sedang tidur, ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif sehingga otak tak bisa merespons penuh terhadap stimulus sekitar.

dr Yeni mengatakan, siklus tidur manusia terbagi menjadi lima fase, yakni empat fase Non-Rapid Eye Movement (NREM) dan satu fase Rapid Eye Movement (REM). Kelima siklus ini dapat terjadi berulang kali dalam satu siklus tidur.

"Fase 3 dan 4 NREM dikatakan sebagai fase tidur yang paling dalam. Fase ini berfungsi mengembalikan kesegaran tubuh dan restorasi kondisi tubuh setelah beraktivitas," jelasnya, dikutip dari laman resmi IPB University, Selasa (1/7/2025).

Fase Tidur NREM Tahap 1

Dikutip dari Cleveland Clinic, fase tidur NREM tahap 1 merupakan tahap tidur yang paling ringan. Seseorang memasuki tahap 1 tepat setelah tertidur. Tahap ini biasanya hanya berlangsung beberapa menit, yakni sekitar 5 persen dari waktu tidur. Setelah itu, tidur akan menjadi lebih nyenyak, dan beralih ke fase NREM tahap 2.

Fase Tidur NREM Tahap 2

Fase tidur NREM tahap 2 masih merupakan tidur ringan, tetapi lebih dalam dari tahap 1. Pada tahap ini, gelombang otak melambat dan memiliki jeda yang jelas di antara semburan aktivitas listrik yang pendek dan kuat. Para ahli berpendapat, semburan tersebut adalah otak yang mengatur memori dan informasi dari waktu yang dihabiskan saat terjaga.

Fase tidur NREM tahap 2 mencakup sekitar 45 persen dari waktu tidur, paling lama dari semua tahap. Seseorang akan melalui beberapa putaran tidur NREM tahap 2, dan biasanya, setiap putaran lebih lama dari putaran sebelumnya. Setelah tahap 2, seseorang akan memasuki tahap fase tidur NREM tahap 3 atau REM sleep.

Fase Tidur NREM Tahap 3 dan 4

Tahap terdalam dari fase tidur NREM adalah tahap 3 dan 4. Dikutip dari Simply Psychology, periode ini merupakan fase tidur yang paling dalam dan berlangsung selama 20 hingga 40 menit. Pada tahap ini, detak jantung dan pernapasan melambat ke tingkat terendah, sementara otot-otot menjadi sangat rileks, sehingga membangunkan seseorang bisa menjadi sangat sulit.

Dikutip dari Cleveland Clinic, pada orang dewasa, tahap ini mencakup sekitar 25 persen dari total waktu tidur. Sementara itu, bayi dan anak-anak membutuhkan porsi lebih besar dari fase tidur NREM tahap 3, sedangkan kebutuhan tahap ini cenderung menurun seiring bertambahnya usia.

"Fase ini secara fisiologis memiliki ambang yang tinggi untuk terbangun, dan diduga pula sering diasosiasikan dengan berbagai gangguan tidur seperti sleep walking dan sleep terror," jelasnya dr Yeni.

Fase Tidur REM

Fase tidur Rapid Eye Movement (REM) adalah tahap tidur saat sebagian besar mimpi terjadi. Nama fase ini berasal dari gerakan mata yang cepat di balik kelopak mata saat seseorang bermimpi. Selama tidur REM, aktivitas otak terlihat sangat mirip dengan saat tubuh berada dalam kondisi terjaga.

"Pada fase REM terjadi hambatan sinyal motorik (untuk pergerakan) yang sangat kuat. Hanya sedikit gerakan yang muncul pada fase REM," tambahnya.

2. Apa itu Sleep Paralysis?

dr Yeni menjelaskan, sleep paralysis atau kerap disebut 'ketindihan' termasuk dalam jenis gangguan tidur yang disebut parasomnia. Parasomnia adalah keadaan yang ditandai dengan terbangunnya tidur, baik saat awal tidur maupun selama tidur, yang tidak mengubah kualitas maupun kuantitas tidur.

Ia mendefinisikan sleep paralysis sebagai ketidakmampuan tubuh untuk bergerak saat awal atau akhir tidur, meski kesadaran sudah kembali.

"Sleep paralysis itu sendiri adalah ketidakmampuan bergerak pada saat awal atau akhir tidur, sementara subjek telah terbangun."

Gangguan ini terjadi pada fase REM, yakni ketika seharusnya otot tidak dapat digunakan sementara subjek tertidur.

"Bahasa mudahnya, pada sleep paralysis, tubuh kita masih pada sleep mode tetapi otak kita sudah aktif," ujar dr Yeni memberikan analogi.

3. Penyebab Sleep Paralysis

Menurut dr Yeni, sleep paralysis umumnya muncul pertama kali pada usia 15 hingga 35 tahun. Kondisi ini dapat muncul secara sporadis dan dipicu oleh sejumlah faktor, seperti:

  • kurang tidur
  • stres
  • gangguan kecemasan
  • faktor keturunan
  • kondisi medis seperti narkolepsi

Selain itu, obat-obatan tertentu hingga gangguan penggunaan zat juga bisa memicu sleep paralysis menurut Cleveland Clinic.

"Sebagian besar subjek tertidur dengan posisi terlentang dan tidak dapat bergerak, sekalipun napas dan jantung bergerak secara normal. Tiap episode biasanya beberapa detik hingga menit," paparnya.

Selama kejadian, seseorang masih memiliki kesadaran terhadap keadaan yang terjadi, sehingga seringkali diikuti perasaan ketakutan, meskipun pada beberapa subjek bisa merasa sangat rileks.

4. Gejala Sleep Paralysis

Selama episode sleep paralysis, seseorang bisa menyadari keadaan sekitar, tetapi tak dapat bergerak atau berbicara. Bahkan ada juga yang dapat menggerakkan mata dan bernapas. Selain itu, gejala lain yang mungkin dirasakan, antara lain:

  • takut
  • panik
  • ketidakberdayaan

"Hal ini bisa menyebabkan rasa takut pada subjek. Episode ini dapat berakhir secara spontan," imbuhnya.

Sleep paralysis juga dapat memicu halusinasi yang menyeramkan, seperti bayangan hitam, suara aneh, atau perasaan seolah ada sosok di dekat tempat tidur. Kondisi ini dapat meningkatkan rasa takut dan kecemasan, sehingga memicu respons tubuh berupa sensasi merinding.

"Jadi waktu otot relaksasi maksimal, kita bangun makanya kita ngga bisa gerak. Kadang dibarengi dengan halusinasi," jelas dokter neurologi yang juga seorang praktisi kesehatan tidur, dr Daniel Thomas Suryadisastra, SpN, RPSGT saat ditemui detikcom di Tangerang, Kamis (19/9/2024).

5. Penanganan dan Pencegahan Sleep Paralysis

Penanganan utama, menurut dr Yeni, adalah dengan memperbaiki gaya hidup, antara lain:

  • memperbaiki pola tidur
  • menerapkan sleep hygiene seperti mengatur jam tidur dan bangun
  • membatasi konsumsi kafein
  • membatasi makanan berlemak hingga cepat saji

"Langkah lain dengan melakukan exercise ringan dan mengatur perangkat elektronik di sekitar kita," sarannya.

Jika gejala cukup mengganggu aktivitas harian, ia menganjurkan untuk berkonsultasi ke dokter. "Perlu berobat ke dokter spesialis untuk pemberian obat antidepresan, dan tata laksana untuk penyakit underlying-nya seperti narkolepsi," pungkasnya.

Saksikan Live :




© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.