Kasus DBD Naik, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Gencarkan Edukasi dan PSN Berbasis Sekolah
raka f pujangga July 01, 2025 07:30 PM

TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pekalongan terus meningkat pada semester pertama tahun 2025.

Sebagai respons, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan kini memfokuskan upaya pencegahan melalui penguatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan edukasi kader jumantik berbasis sekolah, menyasar kelompok usia anak yang paling rentan terpapar.

Hingga akhir Mei 2025, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan mencatat 103 kasus DBD, dengan satu kasus meninggal dunia. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Menghadapi situasi ini, Dinkes melakukan langkah konkret dengan menggencarkan edukasi tentang DBD dan pemberdayaan masyarakat melalui kaderisasi jumantik, khususnya di lingkungan sekolah dasar.

Menurut Epidemiolog Dinkes Kota Pekalongan, Opick Taufik, tren peningkatan kasus ini berasal dari laporan fasilitas kesehatan di berbagai wilayah kota.

Salah satu fokus utama pencegahan diarahkan pada usia anak sekolah, yang tercatat sebagai kelompok dengan tingkat infeksi tertinggi.

"Sebanyak 68 persen kasus menyerang anak usia 5-14 tahun. Ini menunjukkan bahwa lingkungan sekolah dan rumah menjadi lokasi penting dalam upaya pengendalian DBD," ungkap Opick, Selasa (1/7/2025).

Sejak tahun 2024, Dinkes telah melatih guru UKS dan siswa SD/MI menjadi kader jumantik cilik yang mampu melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di lingkungan sekitarnya.

Kader-kader ini tidak hanya aktif di sekolah, tetapi juga diberdayakan untuk memberikan edukasi di rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka.

"Anak-anak ini menjadi agen perubahan. Mereka ikut bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan lingkungan dan bisa mengingatkan orang tuanya untuk rutin menguras bak mandi atau menutup tempat air," tambahnya.

Opick juga menegaskan bahwa fogging bukan langkah utama dalam pencegahan DBD.

Menurutnya, fogging hanya efektif membunuh nyamuk dewasa yang sudah terinfeksi virus, dan penggunaannya harus melalui prosedur ketat berdasarkan temuan kasus.

"Yang paling penting adalah PSN. Itu artinya kita harus memberantas jentik nyamuk dari sumbernya, dan itu hanya bisa dilakukan dengan kerja sama seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak," tegasnya.

Pola cuaca yang tidak menentu juga menjadi faktor pendukung penyebaran nyamuk Aedes aegypti.

Kombinasi antara hujan sore hari, dan panas terik di siang hari menciptakan habitat ideal bagi nyamuk berkembang biak.

Sebagai upaya berkelanjutan, Dinkes tidak hanya memusatkan edukasi di sekolah, tetapi juga memperluas pelatihan kader jumantik hingga tingkat RT/RW agar pengawasan jentik lebih menyeluruh dan berkesinambungan.

"Pencegahan DBD adalah tanggung jawab bersama. Keterlibatan anak-anak dalam upaya ini memberi harapan baru bagi pengendalian penyakit yang belum memiliki vaksin massal ini. Mari kita mulai dari lingkungan terkecil, yaitu rumah dan sekolah," pungkas Opick. (Dro)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.