Garuda-Lion Group Kompak Minta Rombak Rute Penerbangan Domestik
kumparanBISNIS July 01, 2025 07:40 PM
Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Tbk) (GIAA), Lion Group hingga Sriwijaya Air sepakat adanya perombakan rute penerbangan domestik Indonesia.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Pandjaitan membeberkan masukan terkait rute penerbangan yang selama ini telah beroperasi.
Salah satu contoh rute yang kemungkinan akan mengalami perombakan yaitu Jakarta-Denpasar. Perombakan ini salah satunya bertujuan untuk menghemat bahan bakar yang digunakan.
Menurut dia, saat ini jarak penerbangan Jakarta-Denpasar adalah 605 nautical mile dengan kebutuhan bahan bakar 4.353 kg dan waktu terbang 2 jam 3 menit.
“Namun tentunya ini dapat terlihat bahwa kita akan memotong daerah latihan yang ada di Iswahyudi atau Madiun,” tutur Wamildan dalam Rapat dengan Panja Khusus (Pansus) Pengelolaan Ruang Udara DPR RI, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (1/7).
Dia juga menyoroti rute penerbangan sebaliknya dari Denpasar ke Jakarta yang diatur oleh Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (LPPNPI) atau AirNav. Rute penerbangan ini akan diarahkan terbang sedikit ke arah utara.
Sehingga jarak penerbangan Denpasar-Jakarta ini lebih jauh dari penerbangan sebaliknya, yaitu menjadi 670 nautical mile, dengan penggunaan fuel 4.609 kg bahan bakar dan waktu 2 jam 3 menit.
Sementara, jika penerbangan ini dilakukan berdasarkan garis lurus tanpa terbang sedikit ke arah utara, maka jaraknya berkurang menjadi 652 km dengan bahan bakar yang dihabiskan 4.511 kg dan waktu yang lebih singkat yaitu 2 jam 1 menit.
“Apabila kita bandingkan, baik dari Cengkareng-Denpasar dan juga Denpasar-Cengkareng, di sini ada perbedaan jarak sejauh 22 nautical mile dengan fuel yang lebih hemat 119 kilogram, namun untuk waktunya ini hanya menghemat kurang lebih 2 menit,” jelasnya.
Perbesar
Pesawat Lion Air jenis Boeing 737-9 MAX yang dilarang terbang Kemenhub. Foto: Thunisfly/Shutterstock
Sepakat dengan Wamildan, Presiden Direktur Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro melihat perlunya pengelolaan ruang udara saat ini untuk pertahanan nasional dan menyediakan konektivitas atau kebutuhan transportasi udara yang baik dalam negeri.
“Jadi penataan ruang udara saat ini dari jaringan navigasi yang kita miliki, narasinya saat ini memang perlu beberapa evaluasi,” tutur Daniel dalam kesempatan yang sama.
Daniel menyoroti mahalnya biaya atau komponen yang harus dikeluarkan oleh maskapai dalam beroperasi. Sehingga dengan pengelolaan ruang udara ini, menurut dia maskapai bisa membanderol harga tiket yang lebih baik.
“Nah, dari tahun 2019, kita belum me-review mengenai tarif. Tapi dengan pansus yang khusus pengelolaan ruang udara, kami sangat berharap adanya efisiensi,” jelasnya.
Daniel kemudian memberikan contoh rute penerbangan Yogyakarta-Denpasar yang dianggap bisa lebih efisien jika rute atau peta jaringan penerbangan dirombak.
Sama seperti rute Jakarta-Denpasar yang disebutkan oleh Dirut Garuda Wamildan Tsani, rute Yogyakarta-Denpasar ini juga melewati wilayah udara terbatas dan terlarang, yaitu Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahyudi.
Dengan demikian, penerbangan Yogyakarta-Denpasar ini sedikit ke arah utara melewati Semarang, kemudian Surabaya dan sampai di Bali.
“Antara air navigasi Whiskey 45 dan Whiskey 17, itu sebetulnya dengan ada terusannya Whiskey 17, itu jika ditarik garis lurus ke Bali, maka Jogja ke Bali itu sangat singkat, termasuk juga Solo ke Denpasar. Solo ke Denpasar itu juga tidak sampai satu jam jadinya,” jelasnya.
Perbesar
Pesawat Lion air mendarat di Bandaran Soekarno Hatta di kawasan Tangerang, Banten. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Serupa dengan rute Yogyakarta-Denpasar, Daniel juga melihat penerbangan Jakarta-Makassar juga bisa ditarik garis lurus.
Sementara rute penerbangan saat ini mengharuskan pesawat dari Jakarta menuju Makassar terbang ke Semarang terlebih dahulu untuk kemudian mengudara lebih tinggi.
“Kalau kita bicara efisiensi, sangat banyak bahan bakar kami yang paling besar memberi kontribusi terhadap biaya operasi pesawat, 35-40 persen, ini menjadi, kami menjadi tidak efisien, dan dampaknya adalah harga tiket yang menjadi mahal,” jelasnya.
Senada, Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena juga sepakat dengan Wamildan dan Daniel tentang penataan ruang udara dan pembentukan Panja Khusus (Pansus) Penataan Ruang Udara.
“Secara umum, kami sependapat dengan apa yang disampaikan oleh rekan-rekan kami dari Lion Air dan Garuda. Karena dasarnya kami juga sama bahwa kami melayani rute-rute yang mirip dan permasalahan dihadapi juga sama,” tuturnya.