Hasil Uji Lab Keracunan Massal di Wonorejo Tulungagung, Warga Sempat Mual Usai Santap Soto Posyandu
Ndaru Wijayanto July 01, 2025 08:30 PM

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung bersama Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUD dr Iskak Tulungagung telah selesai menguji sampel keracunan massal di Desa Wonorejo, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung.

Hasil uji laboratorium pada sampel makanan menunjukkan, terjadi kontaminasi bakteri Salmonella s dan Enterobacter.

Hasil yang sama juga didapat dari uji sampel di laboratorium di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Surabaya.

Sementara pada sampel feses pasien ditemukan adanya aktivitas bakteri yang tidak normal.

”Kesimpulannya, memang terjadi keracunan makanan. Dari 68 orang yang makan, terdapat 58 orang keluhan utama diare,” jelas Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Tulungagung, Desi  Lusiana Wardani, Selasa (1/7/2025).

Keracunan ini terjadi setelah warga makan makanan yang diberikan dari Posyandu 1 Desa Wonorejo, pada Senin (16/6/2025).

Makanan dari program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ini berupa nasi soto, dalam satu porsi terdiri nasi, irisan daging ayam, telur rebus, kuah soto, irisan wortel, irisan kubis dan bihun.

Dari semua bagian makanan ini, hanya bihun yang tidak terkontaminasi bakteri.

Sebenarnya ada 70 anak sasaran PMT ini, namun banyak yang tidak datang ke Posyandu.

Makanan dari Posyandu juga dibawa pulang, sehingga bukan hanya balita peserta Posyandu yang makan, namun juga anggota keluarga yang lain.

Dari 68 orang yang makan soto dari PMT ini, 58 di antaranya mengalami keracunan.Sehingga dari jumlah anak peserta Posyandu, 0-5 tahun hanya ada 20 pasien.

Sisanya 6-14  tahun ada 7 pasien, 15-44 tahun ada 24 pasien, 45-59 tahun ada 4 pasien, dan di atas 60 tahun ada 3 orang.

”Meski dipastikan ada pencemaran bakteri, belum dipastikan sumber pencemaran itu,” tambah Desi.

Kepala Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUD dr Iskak Tulungagung, dr Rendra Bramasti, mengatakan sumber pencemaran bakteri ini belum bisa dipastikan.

Bakteri bisa berasal dari lingkungan, maupun dari penjamah makanan atau orang yang memasak.

Untuk memastikan, orang yang memasak menu ini juga sudah diperiksa dengan mengambil sampel swab rectus, dan hasilnya negatif.

”Dugaan awal memang dari orang yang masak, tapi ternyata bukan. Hasil uji laboratorium, bakteri pada pemasak beda dengan yang ada di makanan,” ungkap dr Rendra.

Dengan demikian, dugaan terkuat cemaran bakteri ini berasal dari lingkungan.

Dokter Rendra memaparkan, bisa saja bakteri ini dari bahan makanan yang sudah terkontaminasi, lalu cara memasaknya kurang maksimal.

Proses pembersihannya kurang, kemudian proses memasaknya juga kurang masak sehingga kuman tidak mati.

Untuk mencari sumber pencemaran, Dinas Kesehatan juga menguji sampel air dari sumber yang dipakai memasak.

”Jika sejak awal sudah ada kontaminasi bakteri, makanan akan mudah basi. Tapi jika tidak ada bakteri, maka basinya bisa lebih lama,” ujarnya.

Sebelumnya Dinkes bersama RSUD dr Iskak sudah berkoordinasi terkait protokol tetap kasus keracunan makanan.

Salah satunya untuk mendapatkan sampel makanan yang bagus, yang benar sehingga memberi kesimpulan yang tepat

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.