TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, seorang mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Destinasi Pariwisata Fakultas Interdisiplin (FId) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Panji Satyawan Tri Putranto, berhasil menorehkan prestasi gemilang di bidang sejarah.
Mahasiswa yang akrab disapa Panji ini resmi dinobatkan sebagai Duta Peduli Sejarah Jawa Tengah 2025 dan meraih juara 1 dalam ajang bergengsi “Kompetisi Duta Peduli Sejarah Jawa Tengah Tahun 2025”, baru-baru ini.
Kompetisi Duta Peduli Sejarah Jawa Tengah merupakan ajang bergengsi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan rasa peduli generasi muda akan pentingnya sejarah dan budaya Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Tengah.
Maju ke Tingkat Nasional
Prestasi gemilang ini mengantarkan Panji melaju ke tingkat nasional sebagai perwakilan dari Provinsi Jawa Tengah.
Saat ini ia tengah mempersiapkan diri secara teknis, mental dan emosional.
“Intinya, saya ingin menunjukkan bahwa sejarah bisa dikemas dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, terutama oleh generasi muda,” ujar Panji ketika disinggung mengenai persiapannya.
Dalam wawancara yang dilakukan belum lama ini Panji mengungkapkan bahwa Duta Peduli Sejarah bukan hanya sekadar gelar saja, melainkan amanah yang harus dijalankan untuk melestarikan budaya dan sejarah bangsa.
“Menjadi bagian dari Duta Peduli Sejarah membuat saya sadar bahwa sejarah bukan sekadar pelajaran di buku, tetapi cermin dari jati diri dan karakter bangsa."
"Melalui sejarah, kita belajar untuk tidak mengulang kesalahan, serta mengambil inspirasi dari perjuangan dan nilai-nilai luhur para pendahulu,” ungkapnya.
Cinta Sejarah
Rasa syukur dan kebahagian terpancar jelas di wajahnya.
“Saya merasa sangat bersyukur dan bangga bisa meraih juara dalam ajang ini."
"Pengalaman yang luar biasa dan tak terlupakan,” ungkapnya.
Kecintaan Panji terhadap sejarah ternyata sudah tumbuh sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Hal inilah yang mendorong pemuda kelahiran Cirebon tersebut untuk mengikuti ajang Duta Peduli Sejarah.
Rupanya, perjalanan Panji meraih juara 1 dalam lomba tidaklah mudah, berbagai tantangan harus ia hadapi untuk mengharumkan nama Kampus Indonesia Mini di tingkat provinsi.
Salah satunya adalah memahami sejarah secara lebih mendalam, tidak hanya dari sisi hafalan, tapi juga pemahaman kritis terhadap peristiwa dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
“Untuk mengatasi masalah tersebut saya harus pintar membagi waktu antara belajar sejarah, latihan public speaking, dan menyiapkan program atau proyek sejarah yang relevan."
"Di sisi lain, saya juga membangun sistem dukungan dari orang-orang di sekitar serta rutin memperkaya wawasan dan mengikuti diskusi sejarah,” terangnya.
Sebagai Duta Peduli Sejarah terpilih tahun ini, Panji mengungkapkan harapan besarnya agar sejarah tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan atau hanya sebatas hafalan peristiwa masa lalu.
Ia ingin sejarah menjadi sesuatu yang hidup, inspiratif, dan relevan bagi kehidupan anak muda masa kini.
Tak hanya itu, dirinya juga mau membangun ekosistem ramah dan kreatif untuk menyampaikan sejarah dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat luas.
“Saya memiliki tanggung jawab moral untuk terus mengedukasi, menginspirasi, dan menjadi jembatan antara generasi muda dengan warisan sejarah bangsa."
"Ke depannya semakin banyak ruang yang terbuka untuk kolaborasi lintas generasi dan lintas bidang dalam pelestarian sejarah, baik melalui media digital, seni, pendidikan, maupun komunitas,” jelasnya.
Selain itu, dukungan dari fakultas dan universitas sangat besar dalam memenuhi berbagai kebutuhan, baik dari aspek akademik, moral, maupun fasilitas.
Ia pun berharap dapat membalas dukungan tersebut dengan membawa nama baik kampus di tingkat provinsi maupun nasional.
“Saya merasa beruntung bisa berasal dari lingkungan kampus yang peduli terhadap pengembangan potensi mahasiswa,” bebernya.
Torehan prestasi ini menandaskan komitmen UKSW untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 pendidikan berkualitas.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 31 Prodi Unggul dan A.
Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.
Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (Laili S/***)