TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Industri ritel kopi di Indonesia kini mengalami pertumbuhan pesat, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) lebih dari 10 persen dan nilai pasar yang diproyeksikan mencapai USD1,7 miliar pada tahun 2028.
Urbanisasi, peningkatan daya beli, serta konsumen muda yang melek digital menjadi pendorong utama meningkatnya permintaan terhadap konsep kedai kopi modern.
Jaringan kopi modern baru menguasai sekitar 10?ri total pasar, meninggalkan peluang besar di industri yang masih sangat terfragmentasi.
Flash Coffee melihat potensi ini dan menargetkan ekspansi ke 500 toko atau lebih di seluruh Indonesia, guna menangkap pangsa pasar yang belum tergarap secara optimal.
Chief Executive Officer (CEO) Flash Coffee yang baru, Bardon Matthew mengatakan butuh inovasi dan peningkatan kualitas agar bisa unggul dan bertahan.
Oleh karena itu, menurut dia, sangat penting memberdayakan tim yang solid.
“Ketika tim diberdayakan dan sistem terstruktur dengan baik, kita bisa terus berinovasi dan meningkatkan kualitas untuk mencapai keunggulan dan ketahanan. Saya sangat bersemangat memimpin Flash Coffee dalam misinya untuk tumbuh secara cerdas dan efisien, sembari terus menghadirkan pengalaman terbaik bagi pelanggan di tanah air saya," ujar Bardon Matthew, Selasa (1/7/2025).
Bardon Matthew mengatakan segmen menengah ke atas membutuhkan kafe modern yang berkualitas, berorientasi komunitas, dan mudah diakses.
"Segmen ini masih kurang terlayani, namun menunjukkan prospek cerah, seiring dengan pertumbuhan kelas menengah dan peningkatan GDP nasional," kata dia.
Flash Coffee menargetkan 80 toko aktif hingga akhir 2025, termasuk ekspansi ke dua kota baru di luar Jakarta dan Bandung. Pertumbuhan ini akan berlanjut pada 2026, dengan target 130 toko, sejalan dengan visi jangka panjang perusahaan untuk mengoperasikan lebih dari 500 toko di seluruh Indonesia.
“Setelah pemulihan yang sangat sukses di 2024 dan performa solid di awal 2025, kini saatnya melangkah lebih jauh,” kata ujar Jakob Angele, Executive Chairman Flash Coffee.
Jumlah pemain industri kopi semakin meningkat. Oleh karena itu, inovasi dan diferensiasi menjadi faktor krusial agar bisa tetap bertahan.
Pengamat waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim, menyarankan agar brand kopi lokal fokus pada peningkatan brand awareness dan brand equity.
"Selain itu, bisnis perlu melakukan inovasi dari sisi produk, layanan yang lebih cepat, serta harga yang kompetitif," ujarnya.
Laporan dari United States Department of Agriculture (USDA) bertajuk 'Indonesia Coffee Annual'menyebutkan, konsumsi kopi di Indonesia pada periode 2024/2025 diperkirakan akan meningkat sebesar 10.000 kantong.
Dari 4,45 juta kantong pada periode 2020/2021 menjadi 4,8 juta kantong pada tahun ini. Satu kantong kopi setara dengan 60 kg kopi sehingga akumulasi konsumsi kopi pada tahun ini sekitar 288.000 ton kopi.
USDA menyebut, peningkatan konsumsi ini didorong oleh stabilitas ekonomi yang terus membaik, terutama di sektor makanan dan minuman, perhotelan, serta sektor terkait lain yang mendukung pertumbuhan konsumsi kopi.
Sementara itu, Statista mencatat, nilai pasar kopi instan dan sangrai, baik untuk konsumsi di rumah maupun di luar rumah, diperkirakan akan terus meningkat pada 2024 hingga 2028. Nilai pasar kopi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 11,58 miliar dollar AS.
Rinciannya, pendapatan di dalam negeri, yakni pendapatan yang diperoleh di supermarket dan toko serba ada, senilai 2,74 miliar dollar AS. Sementara itu, pendapatan dari konsumsi di luar rumah, yakni pendapatan yang diperoleh dari restoran dan bar, senilai 8,84 miliar dollar AS pada tahun ini.
Caption:
INOVASI - Bardon Matthew ditunjuk menjadi Chief Executive Officer (CEO) Flash Coffee. Bardon Matthew mengatakan butuh inovasi dan peningkatan kualitas agar bisa unggul dan bertahan di industri kopi.