Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Aflahul Abidin
TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Samsul Hidayat, salah satu korban selamat tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, menceritakan bagaimana bisa selamat.
Warga Desa Benelan Lor, Kecamatan Kabat itu bertahan selama sekitar lima jam terombang-ambing di tengah laut hingga pertolongan tiba.
"Kejadiannya cepat sekali. Cuma tiga menit," kata Samsul, saat tiba di Posko Pelabuhan Ketapang, Kamis (3/7/2025) sore.
Samsul bercerita, tragedi diawali dengan ombak besar yang menerjang kapal menjelang tengah lama.
Gelombang tinggi itu membuat kendaraan-kendaraan yang ada di kapal tergeser posisinya.
"Lalu ada gelombang lagi. Mesin langsung mati," lanjut dia.
Dalam sekejap, kapal pun berangsur tenggelam. Bersama banyak penumpang lain, Samsul yang ada di atas kapal akhirnya memutuskan untuk melompat menyelamatkan diri.
Waktu itu, Samsul melompat tanpa memakai taket pelampung.
Saat badan kapal lenyap ditelan lautan, beberapa jaket pelampung terlihat mengambang di perairan.
Samsul pun memilih untuk berpegang dengan salah satunya agar tetap mengambang.
Sambil terombang ambing di lautan, Samsul mencoba untuk tetap bertahan.
Sambil berharap pertolongan cepat tiba. Kondisi yang gelap gulita menjadikan moment tersebut terasa amat dramatis.
"Saya itu di tengah laut sama orang-orang (penumpang) lain sekitar lima jam," aku dia.
Samsul merasa lega saat melihat kapal nelayan melintas di sekitarnya. Saat itu sekitar pukul 5 pagi.
"Jam 5 pagi itu, saya ditolong oleh nelayan," lanjutnya.
Oleh nelayan, Samsul kemudian diangkut ke daratan menuju perairan sekitar Pelabuhan Gilimanuk.
Ia pun dievakuasi ke Posko di pelabuhan tersebut sebelum akhirnya dipindahkan ke Pelabuhan Ketapang.
Setelah selamat, Samsul sempat berkontak dengan keluarganya di rumah.
Ia meminta keluarga tenang dan tak datang ke posko. Tujuannya agar keluarga tak terlalu khawatir dan histeris.
Samsul memilih untuk pulang sendiri dan berkumpul kembali dengan keluarganya