Grid.ID - Tragedi kapal tenggelam di Selat Bali menyisakan cerita pilu dari para korban yang selamat. Salah satu penumpang, Bejo, mengaku harus bertahan hidup sambil memegangi jasad sahabatnya di tengah lautan, seperti apa kisahnya?
Peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Kamis (3/7/2025) dini hari kini masih terus jadi sorotan. Kapal yang mengangkut 53 penumpang dan 12 kru kapal itu karam dalam perjalanannnya dari Pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk.
Awal mula tragedi ini diduga akibat ada kebocoran di ruang mesin. Hal ini kemudian memicu kerusakan teknis dan kapal mengalami blackout sebelum terbalik di tengah lautan.
"Pukul 23.20 WIB kami menerima informasi dari perwira jaga bahwa KMP Tunu Pratama Jaya mengirimkan sinyal distress," jelas Koordinator Pos SAR Banyuwangi, Wahyu Setiabudi dikutip Grid.ID dari Kompas.com, Kamis (3/7/2025).
Setelah 15 menit berlalu, Kapal Tunu Pratama Jaya tampak terlihat tenggelam sekitar pukul 23.35 WIB. Kemudian pada pukul 00.18 WITA, tim gabungan pun dikerahkan untuk melakukan pencarian.
Hingga berita ini diturunkan, sudah ada 31 orang yang berhasil diselamatkan. Sementara sisanya ditemukan meninggal dunia dan ada pula yang masih dalam pencarian.
Salah satu korban selamat dari tragedi kapal tenggelam di Selat Bali ini adalah Bejo. Namun, di balik selamatnya Bejo, ada kisah pilu yang harus ia alami.
Bejo dan empat orang temannya mengaku telah berusaha sekuat tenaga bertahan hidup setelah KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam. Namun sayang, salah satu temannya justru harus kehilangan nyawa di tengah kondisi mengerikan itu.
Kepada awak media, Bejo mengaku bahwa mereka sempat terombang-ambing di laut selama lebih dari enam jam. Dan selama itu, Bejo pun terus memegangi jasad temannya yang meninggal dunia hingga bantuan tiba.
Menurut Bejo, sejak awal perjalanan, KMP Tunu Pratama Jaya sudah dihantam ombak besar.
"Awal pertama kapal jalan ke Pelabuhan Gilimanuk ombak itu memang arusnya sudah besar, kapal oleng," kata Bejo dikutip Grid.ID dari Surya Malang, Jumat (4/7/2025).
Setelah sekitar 30 menit berlayar, material muatan kapal tiba-tiba miring ke kiri.
"Tadinya masih bisa bolak-balik, sekitar 3 menit kapal sudah miring sekali. Beberapa orang loncat ke air, muncul dari air kapal sudah terbalik," kata dia.
Dalam keadaan darurat, para penumpang dan kru berusaha menyelamatkan diri dengan melompat ke tengah laut.
"Yang di atas kita tidak bisa jamin selamat, karena kapal terbalik, ada yang di dalam mobil, ada yang di dalam ruangan kapal. Yang bisa loncat itu kan yang posisi di atas dak, di luar," tuturnya.
Mereka pun mencoba bertahan hidup dengan bantuan pelampung yang tercecer di tengah laut.
"Ada pelampung yang tercecer, kita pakai. Ada 20-30 orang yang loncat itu tidak bisa bareng-bareng," kata Bejo.
Menurut Bejo, kondisi para korban di tengah laut saat itu saling berpencar.
"Saya berempat, yang lain terpencar mengikuti arus masing-masing," kata dia.
Sejak kejadian sekitar pukul 23.00 WIB, ia bersama ketiga temannya terus bertahan di dinginnya air laut. Namun seorang temannya, sudah tidak sanggup dan akhirnya meninggal dunia di tengah laut.
"Sampai jam 03.00 WIB teman saya meninggal. Kita berempat, satu meninggal, jadi yang satu itu kita ikat, kita bantu," tutur Bejo.
Ia pun masih terombang ambil di tengah laut sambil memegangi jasad temannya. Hingga akhirnya mereka menemukan kapal nelayan yang sedang mengevakuasi korban. Bejo pun ikut dievakuasi bersama jasad temannya.
"Jam setengah 6 kita lihat nelayan 1 orang, nelayan sudah menyelamatkan 1 ABK, mesinnya mati. Karena mesin mati itu teriakan saya didengar oleh nelayan," tuturnya lagi.
Sementara itu, menurut Tribun Bali, total ada 6 orang korban meninggal dunia tragedi KMP Tunu Pratama Jaya yang telah ditemukan. Dari update data hingga pukul 21.00 WITA, jumlah korban yang ditemukan sebanyak 35 ditemukan.
Dari jumlah tersebut, 6 penumpang ditemukan meninggal dunia, 29 dievakuasi selamat dan 30 orang lainnya masih pencarian. Saat ini, operasi SAR masih berlangsung dengan dukungan armada laut dan tim penyelamat dari berbagai instansi terkait.
Terhadap penumpang yang selamat, khususnya asal Banyuwangi, selanjutnya akan diserahkan kepada pihak keluarga. Pemulangan korban selamat, akan dikawal kapal langsung dari ASDP maupun pemiliknya.
Para penumpang kapal tenggelam di Selat Bali yang selamat akan dipulangkan pukul 16.30 Wita. Mereka menaiki kapal Dharma Rucitra yang berangkat pukul 16.50 Wita. Operasi pencarian dan pertolongan (SAR) telah dilakukan sejak dini hari oleh Tim Gabungan dari unsur Basarnas, TNI/Polri, Syahbandar, KPLP, ASDP, serta unsur terkait lainnya di bawah koordinasi Kantor Pencarian dan Pertolongan.
Sementara, untuk keluarga penumpang yang mencari informasi terkait perkembangan terbaru, dapat menghubungi dua nomor telepon yang menjadi pusat layanan informasi. Yaitu di nomor 081234429667 dan 082360703299, dan bisa langsung ke Pelabuhan Ketapang, di pusat informasi di monitoring room serta ruang tunggu.