Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren membeli pakaian thrifting atau barang preloved kini semakin digemari, terutama oleh generasi muda.
Harga yang terjangkau, model yang unik, hingga merek-merek ternama menjadi alasan utamanya.
Bahkan hanya dengan membuka e-commerce dan mengetik kata kunci "thrifting" atau "pre-loved", pembeli akan langsung disambut oleh deretan pakaian menarik dengan harga miring.
Namun di balik keuntungan finansial dan mode ini, ada bahaya tersembunyi yang mengintai, terutama dalam hal kesehatan.
Health Management Specialist dari Corporate HR Kompas Gramedia Dokter Santi, mengungkapkan, pakaian bekas yang telah digunakan oleh orang lain bisa membawa berbagai mikroorganisme berbahaya jika tidak ditangani dengan benar.
“Ikut serta bisa bakteri, bisa virus, bisa parasit, bisa jamur," ungkapnya pada kanal YouTube Sonora FM, Sabtu (5/7/2025).
Benda-benda tak kasat mata ini bisa saja masih tertinggal meski secara visual pakaian terlihat bersih dan wangi.
Bahkan pakaian yang telah melalui proses laundry pun belum tentu benar-benar bebas dari mikroorganisme tersebut.
Semua tergantung pada cara mencuci, mengeringkan, dan menyimpannya.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa tidak semua mikroorganisme langsung menyebabkan penyakit.
Namun ketika bakteri atau jamur dari pemilik sebelumnya menempel pada kulit pengguna baru, interaksi antar mikroba bisa memicu reaksi.
Terutama jika mikroorganisme tersebut jumlahnya besar atau tubuh penggunanya memiliki kekebalan yang lemah.
Tak hanya itu, jika pakaian berasal dari orang yang mengalami gangguan kulit seperti kutu, skabies, atau infeksi bakteri tertentu, maka besar kemungkinan mikroorganisme itu ikut pindah.
Hal ini bisa menyebabkan bisul, ruam, hingga infeksi kulit yang lebih serius.