Hadiri KTT BRICS di Brasil, Hotel Prabowo Menghadap ke Samudra Atlantik
Anita K Wardhani July 06, 2025 08:31 AM

Laporan Wartawan Tribun Network dari KTT BRICS 2025 di Rio de Janeiro

TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO – Presiden Prabowo Subianto dikabarkan memilih menginap di Sheraton Grand Rio Hotel & Resort saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Rio de Janeiro, Brasil, pada 6-7 Juli 2025. 

Hotel mewah itu dikenal sebagai satu-satunya resort tepi pantai yang memiliki akses langsung ke Pantai Leblon yang juga salah satu kawasan elite di Rio de Janeiro.

Sheraton Grand Rio dikenal sebagai hotel langganan pejabat tinggi dunia yang berkunjung ke Rio De Janeiro. Berlokasi di Avenida Niemeyer, Leblon, hotel ini menawarkan pengalaman menginap kelas atas dengan pemandangan Samudra Atlantik yang memukau.

Selain itu, hotel tersebut juga menyediakan pengamanan ketat, kenyamanan, serta privasi untuk para tamu VVIP.

Sheraton Grand Rio Hotel & Resort ini memiliki lebih dari 550 kamar, termasuk suite presiden, dilengkapi balkon pribadi dengan panorama pantai dan bukit Vidigal.

Semua kamar dilengkapi tempat tidur Sheraton Signature Sleep Experience, Wifi berkecepatan tinggi, serta layanan kamar 24 jam. 

Selain fasilitas kamar premium, Sheraton Grand Rio juga memiliki kolam renang besar, jacuzzi outdoor, pusat kebugaran, lapangan tenis, hingga akses eksklusif ke pantai pribadi dengan layanan sunbed dan bar. 

Dari pantauan Tribunnews di lokasi 2 hari menjelang digelar KTT BRICS, area Sheraton Grand Rio sudah dijaga ketat oleh aparat keamanan Brasil. Sejumlah kendaraan berplat diplomatik dan pengawalan terlihat lalu-lalang di pintu masuk utama.

Prabowo menghadiri KTT BRICS setelah mengakhiri lawatannya di Arab Saudi. Kehadiran Prabowo menjadi perhatian lantaran pertama kali Indonesia menjadi anggota tetap BRICS.

Selain Prabowo, beberapa kepala negara anggota BRICS juga akan hadir dalam KTT kali ini. 

Di antaranya Perdana Menteri Mesir Mustafa Madbouly, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Bolivia Luis Alberto Arce Catacora, Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel Bermúdez, hingga Perdana Menteri Malaysia Anwar bin Ibrahim. Adapun Presiden China Xi Jinping akan diwakili oleh Perdana Menteri Li Qiang. Sedangkan Presiden Rusia Vladimir Putin akan hadir secara online.

Selain mengikuti KTT BRICS yang akan digelar di Museum of Modern Art (MMA), Rio de Janeiro, Brasil, Presiden Prabowo dijadwalkan juga akan menghadiri pertemuan bilateral RI-Brasil di Brasilia pada 8-9 Juli 2025. Dalam pertemuan nanti, Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva diperkirakan akan membahas insiden meninggalnya Juliana Marins. 

"Kita dengarlah nanti, mungkin ada pembicaraan di sela-sela pembicaraan bilateral antara Presiden Prabowo dan Presiden Brasil akan dikemukakan," kata Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (4/7/2025). 

PENGAMANAN HOTEL PRABOWO - Panser Marinha milik Angkatan Laut Brasil tampak berjaga di depan Hotel Sheraton, Rio de Janeiro, Brasil, Sabtu (5/7/2025) dini hari waktu setempat. Hotel tersebut menjadi tempat menginap Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto guna hadiri Konferensi Tingkat Tinggi BRICS 6–7 Juli 2025. 
PENGAMANAN HOTEL PRABOWO - Panser Marinha milik Angkatan Laut Brasil tampak berjaga di depan Hotel Sheraton, Rio de Janeiro, Brasil, Sabtu (5/7/2025) dini hari waktu setempat. Hotel tersebut menjadi tempat menginap Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto guna hadiri Konferensi Tingkat Tinggi BRICS 6–7 Juli 2025.  (Igman Ibrahim)

Sejauh ini, jelas Yusril, Pemerintah Indonesia belum pernah menerima surat atau nota diplomatik apa pun dari Pemerintah Brasil yang mempertanyakan wafatnya Juliana Marins. Pemerintah Brasil, kata Yusril, hanya mengirimkan pesawat Angkatan Udara-nya ke Bali untuk membawa jenazah Juliana pulang dan tidak ada komplain ataupun pertanyaan tentang kasus tersebut. 

Kendati begitu, ia mengatakan bahwa memang terdapat banyak pernyataan yang muncul dari keluarga maupun pembela hak asasi manusia (HAM) dari The Federal Public Defender's Office of Brazil (FPDO). Namun, Yusril memaklumi bahwa keluarga Juliana sedang sedih dan berduka atas meninggalnya salah satu anggota mereka. Yusril juga memahami tugas FPDO yang fokus terhadap HAM, layaknya Komisi Nasional (Komnas) HAM di Indonesia. 

Meski terdapat potensi pembicaraan Presiden RI dengan Presiden Brasil terkait insiden Juliana, Yusril menuturkan kemungkinan Prabowo bertemu dengan FPDO sangat kecil karena tidak pada levelnya. "Tapi, kalau Presiden (Prabowo) mau bertemu keluarga Juliana saya belum tahu. Itu pribadi ya dan kami belum menerima ada permintaan seperti itu," ucapnya. 

Yusril juga meminta semua pihak menjaga hubungan baik Indonesia dengan Brasil sehubungan dengan insiden wafatnya warga Juliana Marins di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, pada 26 Juni. "Hubungan baik serta kerja sama bilateral antara Indonesia dan Brasil harus tetap dijaga dan tidak boleh terganggu dengan insiden kematian Juliana Marins ini," ujar Yusril. 

Dia menegaskan bahwa pemerintah Indonesia sangat fokus dan berduka atas kematian Juliana akibat terjatuh ke dalam jurang sedalam 600 meter di tebing Gunung Rinjani. Pemerintah, kata Yusril, menganggap insiden tersebut merupakan insiden kecelakaan yang dapat terjadi pada setiap pendaki gunung, terutama lantaran medan Rinjani yang berat dan cuaca ekstrem sedang terjadi saat itu.(tribun network/igm/dod)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.