Anggota DPR Bamsoet Dorong Perfilman Jadi Lokomotif Industri Kreatif Nasional
Content Writer July 06, 2025 09:32 PM

TRIBUNNEWS.COM – Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo didapuk bermain film kembali bersama bintang film asal Malaysia Anna Jobling dan para artis serta aktor film nasional lainnya.

Bamsoet yang kali ini berperan sebagai seorang dokter dalam film layar lebar tersebut menegaskan pentingnya menjadikan industri perfilman sebagai salah satu pilar utama dalam penguatan ekonomi kreatif nasional.

Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perkembangan teknologi dunia perfilman, sinema Indonesia harus menjadi sektor strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja, dan memperkuat diplomasi budaya di tingkat global.

“Film bukan hanya karya seni, tetapi juga industri yang mampu menggerakkan ekonomi secara luas. Produksi satu film bisa menyerap ratusan tenaga kerja, menghidupkan UMKM lokal, hingga mengangkat potensi daerah melalui lokasi syuting,” ujar Bamsoet saat menghadiri syukuran bersama para artis, para pendukung serta kru film Bravo Romeo Production di Parle Senayan, Jakarta, Minggu (6/7/2025).

Kru film Bravo Romeo Production hadir antara lain Producer/Director Boy Rano, Executive Producer Jeane Sompie dan para artis Anna Jobling, Naomi Zaskia, Pangeran Lantang, Erlando, Tiara Permata, Dewi Jane, Julian Kunto, Said Bajuri dan Samuel Rizal.

Bamsoet memaparkan, kontribusi sektor film terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif terus menunjukkan tren positif. Pada tahun 2024 sektor perfilman mampu menyumbang lebih dari Rp 3,4 triliun terhadap PDB ekonomi kreatif nasional.

Angka ini diperkirakan Bamsoet akan terus meningkat seiring dengan naiknya permintaan terhadap konten lokal dan keberhasilan film-film nasional menembus pasar global.

"Di era digital, peluang industri film justru semakin terbuka lebar. Kehadiran platform Over The Top (OTT) seperti Netflix, Disney+ Hotstar, Vidio, dan Amazon Prime Video membuat distribusi film tidak lagi berfokus pada layar bioskop. Film Indonesia kini bisa dinikmati jutaan pasang mata di berbagai belahan dunia, menjangkau penonton dari lintas negara," kata Bamsoet.

Lebih lagi ia menambahkan, tantangan ke depan adalah membangun ekosistem industri film yang inklusif dan berdaya saing tinggi. Salah satunya dengan memperluas akses pendanaan, memperkuat pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia perfilman, serta memperbaiki distribusi film ke luar wilayah Jawa yang selama ini masih sangat timpang. 

"Seluruh pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, komunitas kreatif, investor swasta, hingga lembaga pendidikan, harus menjadikan dunia perfilman sebagai kekuatan bersama dalam membangun peradaban bangsa. Perfilman tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri sebagai industri hiburan semata, melainkan harus diposisikan sebagai bagian integral dari strategi pembangunan nasional berbasis ekonomi kreatif," pungkas Bamsoet. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.