4 Hari Keluarga Cari La Noti karena Tak Pulang usai Berkebun, Ternyata Ada di Dalam Perut Ular Piton
Mujib Anwar July 07, 2025 07:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Sudah empat hari kurang lebih keluarga mencari-cari keberadaan La Noti, seorang pria di Buton Selatan, Sulawesi Tenggara.

La Noti dicari-cari oleh keluarga akhirnya ditemukan meski dalam kondisi sangat mengenaskan.

Hal tersebut lantaran La Noti ditemukan dalam perut seekor ular piton.

Misteri hilangnya seorang pria di Kelurahan Majapahit Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara itu akhirnya terjawab.

La Noti pria berusia 63 tahun dilaporkan hilang sejak Jumat (4/7/2025) pagi.

Ia terakhir pamit hendak berangkat ke kebun.

Nahasnya, ia kemudian ditemukan di dalam perut ular piton sepanjang delapan meter dalam keadaan meninggal dunia pada Sabtu (5/7/2025) petang.

Warga menemukan korban masih dalam perut piton dengan jarak sekitar 500 meter dari permukiman di Jalan Usaha Tani.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Buton Selatan, La Ode Risawal mengatakan, korban sebelumnya dilaporkan hilang saat pergi ke kebunnya.

“Kami menerima laporan dari masyarakat bahwa seorang warga telah hilang sejak kemarin pagi, keluar dari rumah mengatakan korban yang bersangkutan menuju areal kebun namun belum kembali,” kata La Ode Risawal melalui pesan pendeknya, Minggu (6/7/2025).

Korban menuju ke kebunnya dengan menggunakan sepeda motornya pada Jumat (4/7/2025) pagi.

Namun hingga Sabtu sore, korban belum juga kembali sehingga keluarga dan warga melakukan pencarian.

La Ode Risawal menjelaskan, saat itu pihaknya sedang melakukan langkah koordinasi dengan Pos SAR Baubau untuk melakukan pencarian terhadap korban.

Warga Kelurahan Majapahit Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi tenggara, temukan korban masih dalam perut korban dengan jarak sekitar 500 meter dari pemukiman di jalan usaha tani, Sabtu (5/7/2025).
Warga Kelurahan Majapahit Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi tenggara, temukan korban masih dalam perut korban dengan jarak sekitar 500 meter dari pemukiman di jalan usaha tani, Sabtu (5/7/2025). (Tribun Medan)

“Sementara kami menyusun langkah, tiba-tiba datang informasi bahwa korban telah ditemukan warga Kelurahan Majapahit,” ujarnya.

Warga yang melakukan pencarian terhadap korban menemukan seekor ular piton di sekitar area perkebunan dengan perut yang telah membesar.

Warga yang curiga kemudian mengamankan ular piton yang sudah tidak banyak bergerak itu.  

Sekitar 9 orang dewasa beramai-ramai mengangkat ular tersebut dibawa ke Jalan Usaha Tani di dekat pemukiman warga.

Warga yang curiga memegang perut ular yang membesar dan mencurigai dalam perut adalah tibuh manusia.

Seorang anggota keluarga korban pun menangis histeris di samping ular.

Warga kemudian membelah perut ular dan menemukan korban dengan kondisi sudah terbujur kaku tak bernyawa.

Korban kemudian dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan dan dikuburkan dengan layak.

Di Kabupaten Buton Selatan, tercatat sudah empat kali ular piton dengan panjang sekitar 8 meter muncul di dekat permukiman warga.

Warga diimbau selalu berhati-hati dan tidak sendirian bila beraktivitas di kebunnya.

Warga Munggung Tangkap Ular Piton Yang Mangsa Hewan Ternak Sabtu, (24/2/2024).
Ilustrasi ular piton - Warga Munggung Tangkap Ular Piton Yang Mangsa Hewan Ternak Sabtu, (24/2/2024). (TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum)

Di bagian negara lain, seorang pria yang merupakan manusia justru kebal dengan bisa dan gigitan ular.

Pria tersebut bernama Tim Friede, asal Amerika Serikat.

Tim kini menjadi harapan dunia untuk terciptanya antiracun universal.

Sejak awal 2000-an hingga 2018, pria yang bukan ilmuwan maupun dokter ini, membiarkan dirinya digigit ular lebih dari 200 kali.

Serta menyuntikkan bisa ular ke tubuhnya sebanyak 650 kali.

“Saya tahu persis rasanya sekarat karena gigitan ular,” ujar Friede kepada AFP, dikutip dari Kompas.com.

Pernyataan itu bukan bualan.

Setelah disengat dua ular berbisa, ia sempat koma selama empat hari.  

Alih-alih jera, pengalaman mendekati maut itu justru mendorongnya melanjutkan eksperimen ekstrem demi mencapai kekebalan total terhadap racun ular.

Meski demikian, motivasi Friede tak sekadar membuktikan daya tahan tubuhnya.

Ilustrasi ular.
Ilustrasi ular. (Pexels)

Ia percaya tubuhnya yang “terlatih” menoleransi berbagai jenis bisa bisa membuka jalan menuju antiracun yang lebih efektif.

“Saya pikir, kalau mereka bisa buat antiracun dari kuda, kenapa saya tidak bisa jadi versi manusianya?” kata Friede, mengacu pada metode lama pembuatan antiracun, dengan menyuntikkan racun ular ke tubuh kuda untuk menghasilkan antibodi.

Namun, upaya Friede bertahun-tahun kerap dianggap tak ilmiah dan bahkan berbahaya.

Butuh waktu hingga 2017 bagi seorang ilmuwan untuk menanggapi serius kegilaannya tersebut.

Awal kolaborasi ilmiah

Jacob Glanville, ahli imunologi asal AS yang sebelumnya mengembangkan vaksin universal, adalah sosok pertama yang membuka pintu kolaborasi dengan Friede.  

Glanville mengaku sedang mencari peneliti ular amatir yang mungkin tak sengaja beberapa kali tergigit.

Ia lalu menemukan video Friede diserang ular secara beruntun.

Saat mereka akhirnya berbicara, Glanville mengatakan, “Saya tahu ini terdengar aneh, tapi saya ingin mengambil sampel darah Anda.”

Friede hanya menjawab, “Saya sudah menunggu telepon ini sejak lama.”

Hasilnya, dua antibodi dari darah Friede kini menjadi komponen utama dalam antiracun eksperimental yang baru dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi Cell.

Dalam uji coba pada tikus, kombinasi antibodi tersebut bersama obat bernama varespladib mampu memberikan perlindungan penuh dari 13 dari 19 spesies ular berbisa yang diuji.

Sisanya menunjukkan perlindungan parsial.

Menurut Glanville, target akhirnya adalah membuat antiracun universal yang bisa disuntikkan seperti EpiPen, dengan kemungkinan produksi massal di India agar biayanya tetap rendah.

Kini, Friede bekerja di perusahaan Glanville, Centivax, dan berhenti menyuntikkan bisa sejak 2018 demi alasan hukum perusahaan.

Meski begitu, ia mengaku rindu dengan ritual ekstremnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.