Kasus Leptospirosis di Bantul 2025 Tertinggi dalam Tiga Tahun Terakhir
GH News July 10, 2025 08:04 PM

TIMESINDONESIA, BANTUL – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat lonjakan signifikan kasus leptospirosis sepanjang 2025. Hingga pertengahan Juli, tercatat 162 kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Bantul, Samsu Aryanto, mengungkapkan bahwa kasus leptospirosis tahun ini melampaui angka pada 2023 dan 2024. Pada 2023 terdapat 168 kasus dengan 10 kematian, sementara pada 2024 menurun drastis menjadi 56 kasus dengan enam kematian.

“Tahun ini kasusnya memang tinggi, tetapi kami bersyukur tidak ada kematian karena semua pasien dapat ditangani dengan baik,” ujar Samsu, Kamis (10/7/2025).

Lonjakan kasus ini tersebar di hampir seluruh wilayah Bantul. Kasus terbanyak tercatat di Kapanewon Bantul sebanyak 32 kasus, disusul Jetis dan Kasihan masing-masing 15 kasus. Kemudian Pandak, Pleret, Sanden, dan Sewon masing-masing mencatat 13 kasus. Pajangan menyumbang 10 kasus, Imogiri dan Sedayu masing-masing 9 kasus, sementara Bambanglipuro dan Srandakan masing-masing 7 kasus. Banguntapan mencatat 3 kasus, Kretek dan Pundong masing-masing 2 kasus, Dlingo 1 kasus, dan Piyungan menjadi satu-satunya wilayah tanpa laporan kasus leptospirosis hingga pertengahan Juli.

Menurut Samsu, tren peningkatan ini menjadi peringatan akan pentingnya upaya pencegahan yang berkelanjutan. Dinkes Bantul terus menggencarkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta kewaspadaan terhadap gejala awal leptospirosis.

“Kami fokus pada pencegahan melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat agar bisa mengenali gejala lebih dini dan segera mencari pertolongan medis,” jelasnya.

Masyarakat juga diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan serta mengendalikan populasi tikus, yang menjadi vektor utama penyebaran penyakit ini.

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan melalui air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan, terutama tikus. Gejala awal meliputi demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan muntah. Bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.