TRIBUNNEWS.COM - Fenomena suhu dingin tengah menyelimuti sebagian wilayah Indonesia seperti di Pulau Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ada tiga faktor penyebab cuaca dingin yang kini dirasakan.
Pertama, saat ini indonesia sedang memasuki musim kemarau yang ditandai dengan dominasi angin timuran atau Monsoon Australia.
Munculnya angin Monsoon atau angin muson biasanya ditandai dengan curah hujan yang tinggi.
Angin ini bersifat kering dan membawa udara dingin dari Benua Australia ke wilayah Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa.
Penyebab kedua, dikutip dari akun Instagram BMKG, adalah langit cerah di malam hari.
Langit yang cerah di malam hari cenderung dapat mempercepat radiasi balik atau pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer.
Akibatnya, adalah penurunan suhu permukaan secara signifikan yang terjadi pada pagi hari.
Penyebab terjadi suhu dingin ketiga adalah hujan sporadis dan awan dingin.
Hujan yang terjadi secara tidak merata di beberapa tempat dalam waktu singkat (hujan sporadis) dapat membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan bumi.
Selain itu, tutupan awan juga dapat menghambat pemanasan sinar matahari pada siang hari.
BMKG juga membantah penyebab suhu dingin saat ini akibat fenomena aphelion sebagaimana banyak beredar di media sosial.
"Cuaca dingin belakangan ini bukan karena aphelion," tulis akun BMKG.
Diketahui, Aphelion adalah fenomena astronomi tahunan ketika posisi Bumi berada pada titik terjauhnya dari Matahari, yang biasanya terjadi pada bulan Juli.
Instansi yang dipimpin Dwikorita Karnawati ini mengimbau masyarakat agar tidak langsung percaya pada informasi yang viral di media sosial, tanpa mencantumkan sumber resmi.
Masyarakat juga diimbau tetap tenang dan siaga dalam menghadapi cuaca ekstrem. Misalnya suhu dingin, hujan lebat, angin kencang, atau gelombang tinggi, serta memahami langkah evakuasi jika diperlukan.
(mg/Rifqi Fawwaz Rijandra)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)