Grid.ID- Dedi Mulyadi sampaikan belasungkawa atas kasus kematian Ibu Tasmi di Malaysia. Gubernur Jawa Barat sebut hal itu sebagai sebuah pembelajaran.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan belasungkawanya atas kematian Tasmi, warga negara Indonesia (WNI) asal kabupaten Cirebon yang meninggal dunia di Malaysia. Diketahui, Tasmi berstatus sebagai tenaga kerja ilegal.
“Semoga Ibu Tasmi diterima iman Islamnya, diampuni segala dosanya, dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Kepada keluarganya, saya doakan semoga diberikan ketabahan,” ucap Dedi Mulyadi dilansir dari Kompas.com.
Menurut informasi yang diterima Dedi Mulyadi dari anggota DPRD Provinsi Jawa Barat daerah pemilihan Cirebon, Edwin, jenazah almarhumah dalam proses administrasi pemulangan ke Tanah Air. Hal ini juga dibantu dengan koordinasi dari kementerian Luar Negeri yang ada di Malaysia.
“Seluruh biaya pemulangan jenazah dari Kuala Lumpur ke Jakarta, lalu dari Jakarta ke Cirebon, telah ditanggung oleh Bank Jabar Peduli,” katanya.
Selain menyampaikan belasungkawa, Dedi Mulyadi juga menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi warga Jawa Barat agar tidak lagi menjadi TKI ilegal. Dia juga meminta kepala desa, lurah, camat di seluruh Jabar untuk memantau warga yang berencana ke luar negeri tanpa prosedur resmi.
"Ini adalah pembelajaran yang penting untuk warga Jawa Barat, jangan lagi pergi ke luar negeri menjadi TKI ilegal, karena resikonya sangat berat," ungkap Dedi Mulyadi.
"Untuk itu, kepada seluruh kepala desa, kepala kelurahan, kepala camat mohon dimonitor apabila ada yang bepergian ke luar negeri dengan sebagai tenaga kerja ilegal, mohon diinformasikan kepada kami untuk dicegah, agar tidak timbul masalah yang beratkan keluarganya," lanjutnya.
Adapun, Tasmi diketahui meninggal dunia di tempat kosnya di Malaysia, setelah 12 tahun tak pernah pulang. Hal ini disampaikan oleh sangadik Apandi (42) yang baru mengetahui kakaknya meninggal setelah mendapatkan telepon dari anak Tasmi bernama Puji.
Melansir dari Wartakotalive.com, Tasmi diketahui berangkat ke Malaysia sejak tahun 2013. Di negri jiran itu, Tasmi dikabarkan pernah menjadi asisten rumah tangga hingga cleaning service.
"Kalau dihitung dari 2013, berarti sudah 12 tahun kakak saya di sana, dan belum pernah pulang. Tapi komunikasi masih jalan, terakhir itu akhir Juni kemarin, dia bilang lagi sakit dan pengen pulang," ucapnya.
Sayangnya, keinginan tersebut tak sempat terwujud, lantaran keterbatasan biaya yang menjadi penghalang besar. Berdasarkan keterangan kasus kematian Ibu Tasmi, jasad korban ditemukan di bilik kosnya di Malaysia, pada 9 Juli 2025.
"Meninggalnya katanya karena sakit, di kos-kosan, di biliknya. Jenazahnya sekarang katanya sudah di Hospital Kuala Lumpur, itu anaknya yang cerita ke saya," jelasnya.
Pihak keluarga kemudian mengatakan bahwa mereka kebingungan, mencari cara bagaimana membawa pulang jenazah Tasmi. Mereka kemudian meminta tolong pada pemerintah dan Presiden Prabowo untuk bisa memulangkan jasad kakak Apandi itu.
"Karena di sana kakak saya enggak punya saudara dan kami di sini keterbatasan biaya, saya minta tolong ke pemerintah, ke Pak Presiden Prabowo Subianto, supaya bisa bantu memulangkan jenazah kakak saya ke Indonesia," pintanya.
Adapun, menurut Apandi, kakanya itu tak pernah mengeluh persoalan lain selain kesehatannya. Adapun, Tasmi diketahui memiliki riwayat diabetes, namun tetap aktif bekerja dan menafkahi sang anak dari jauh.
"Saya adik Tasmi paling bungsu dari empat bersaudara. Kakak saya Tasmi anak sulung. Dua kakak saya yang lain sudah meninggal. Sekarang tinggal saya sendiri," ucapnya.