Gelaran Piala Presiden Genap 10 Tahun, Maruarar Sirait Tegaskan Komitmen Transparansi
Hasiolan Eko P Gultom July 13, 2025 07:30 PM

Gelaran Piala Presiden Genap 10 Tahun, Maruarar Sirait Tegaskan Komitmen Transparansi

TRIBUNNEWS.COM - Sepuluh tahun lalu, ketika sepak bola nasional tengah dilanda krisis akibat sanksi FIFA, Maruarar Sirait menggagas Piala Presiden sebagai inisiatif untuk mengisi kekosongan kompetisi dan menjaga semangat pecinta sepak bola Indonesia.

Turnamen ini bukan hanya menjadi solusi sementara, tetapi juga fondasi bagi kebangkitan sepak bola Tanah Air.

Digelar pertama kali dalam kondisi darurat, Piala Presiden dirancang dengan prinsip profesionalisme dan transparansi sejak awal.

Maruarar Sirait—atau yang akrab disapa Ara—menginisiasi turnamen ini tanpa bergantung pada anggaran negara.

Seluruh pembiayaan berasal dari sponsor swasta, tanpa menggunakan dana APBN, APBD, atau BUMN.

Untuk menjamin akuntabilitas, sejak edisi pertama, audit keuangan dilakukan oleh lembaga independen berskala internasional, PricewaterhouseCoopers (PwC).

Kini, satu dekade berselang, Piala Presiden telah tumbuh menjadi salah satu turnamen pramusim paling bergengsi di Indonesia dan mulai mendapat pengakuan di tingkat regional.

Dari edisi ke edisi, peningkatan terus terlihat—baik dari sisi teknis penyelenggaraan, infrastruktur stadion, pemanfaatan teknologi pertandingan, hingga nilai hadiah yang ditawarkan. Pada 2025, nilai total hadiah mencapai Rp11,8 miliar, tertinggi dalam sejarah turnamen tersebut.

Piala Presiden 2025 juga mencatat sejarah baru dengan keikutsertaan dua klub luar negeri: Oxford United dari Inggris dan Port FC dari Thailand, menandai babak baru keterlibatan internasional dalam ajang ini.

Ara aktif mengawal langsung pelaksanaan turnamen, mulai dari kesiapan teknis, kondisi stadion, hingga pemberdayaan pelaku UMKM yang dilibatkan dalam ekosistem penyelenggaraan.

Baginya, Piala Presiden bukan sekadar ajang olahraga, tetapi juga sarana mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat.

“Turnamen ini harus bermanfaat bagi rakyat. Tidak hanya sebagai tontonan, tapi juga memberikan peluang ekonomi bagi UMKM,” ujar Ara, Minggu (13/7/2025).

Meski berperan besar dalam keberlangsungan Piala Presiden, Ara menekankan pentingnya kerja kolektif di balik keberhasilan ini.

“Ini bukan kerja Super Man, tapi kerja Super Tim,” ujarnya.

Setelah sepuluh tahun, Piala Presiden tidak hanya menjadi ajang pemanasan bagi klub-klub sebelum musim kompetisi dimulai.

Ia telah tumbuh menjadi simbol kebangkitan dan transformasi sepak bola nasional—dibangun dari masa krisis, diperkuat lewat semangat kolaborasi, dan diarahkan menuju masa depan yang lebih terbuka dan profesional.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.