Sejarah Peta Dunia, Butuh Ribuan Tahun untuk Sampai pada Wujudnya yang Sekarang Ini
Moh. Habib Asyhad July 14, 2025 05:34 PM

Menurut peta bumi yang mirip cakram dari Abad Pertengahan, konon, Taman Firdaus terletak di Benua Asia. Bagaimana sejarah peta dunia dari bentuknya yang paling awal hingga sekarang ini?

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Peta yang menggambarkan kenampakan permukaan kulit bumi punya sejarah panjang. Perlu ribuan tahun untuk sampai pada wujudnya seperti sekarang, yang digital dan multiguna. Tak sekadar bernilai informatif, tetapi juga ekonomis, hukum, strategis, dan politis.

Kemenangan AS dalam Perang Teluk bertahun yang lalu tidak bisa tidak karena keunggulan informasi dan teknologi. Keakuratan posisi pengeboman dan kemampuan membuat skenario peperangan di lapangan, tidak terlepas dari adanya peta yang cukup lengkap dan akurat.

Pernah jugaseorangahli geologi Indonesia yang dituduh membocorkan rahasia negara yang ternyata berwujud peta. Mungkin ini "tidak terlalu benar", karena negara-negara maju dengan teknologi satelit seperti AS atau Prancis misalnya, dengan gampang bisa mengintip permukaan bumi kita ini, sehingga, berdasarkan kenampakan alam yang ada, akan dapat diketahui potensi alam kita. Ini baru satelit komersial, padahal sudah diketahui umum bahwa teknologi intip-mengintip yang paling maju dimanfaatkan untuk kepentingan militer.

Peta juga pernah membantu pemerintah DKI Jakarta untuk memecahkan persoalan PBB alias Pajak Bumi dan Bangunan.

Semua gambaran itu menunjukkan adanya pergeseran fungsi dan peran peta. Dari penggambaran posisi manusia dengan lingkungannya menjadi benda yang mempunyai nilai ekonomis, hukum, strategis, politis, dan multiguna.

Peta dari masa ke masa

Beberapa peninggalan sejarah menunjukkan sudah sejak dulu manusia membuat peta. Bentuknya memang masih sederhana. Sekeping tanah liat dari Babylonia (3800 SM) telah memuat peta daerah antara Lebanon dan Persia. Di Mesir, tahun 2600 SM, diadakan berbagai pengukuran untuk pembuatan peta bagi kepentingan pembangunan piramid.

Sementara itu kaisar Cina (1060 SM) telah memerintahkan pemetaan negara Cina. Berbagai ilmu dan rumusannya telah diterbitkan di dalam buku Tschio-ly. Bumi pada masa tersebut masih dianggap berbentuk datar. Kemajuan didapat setelah Aristoteles membuktikan bahwa bumi itu bulat (340).

Perkembangan peta sesudah Masehi bertambah pesat. Dimulai dengan adanya rencana pemetaan yang lebih luas dan penjelajahan dunia-dunia baru. Tujuannya, selain membuktikan bahwa bumi itu bulat, juga untuk mencari daerah taklukan. Walaupun demikian belum didapat adanya kesatuan, sehingga setiap pihak menggambar menurut persepsi dan kepentingannya masing-masing.

Peta bumi Ebstorf (1235) menggambarkan Yerusalem sebagai pusat dunia. Kemudian muncul peta laut yang pertama dibuat di Spanyol (1310) dan peta dunia Frau Mauro (1459). Tahun 1492 Martin Behaim membuat globe. Portugis mengeluarkan peta lautnya tahun 1504 yang dinamakan Carta Marina.

Di tahun 1569 Mercator membuat peta Eropa Tengah sambil mengenalkan proyeksinya. Perkembangan selanjutnya dimulai dengan dikenalkannya bermacam-macam proyeksi yang digunakan untuk memindahkan gambaran bumi (bentuk bulat), ke dalam bidang datar (peta). Terjadi perdebatan ada dalam hal penggepengan bumi. Ada yang berpendapat bumi gepeng di equator atau di kutub (ellipsoid). Maka dan itu dilakukan serangkaian pengukuran di berbagai belahan dunia. Akhirnya sebuah ekspedisi Prancis membuktikan bahwa bumi itu ellipsoid (1736).

Teknologi pemetaan pun mengalami kemajuan setelah berkembangnya teknologi foto dan penerbangan. Peta kemudian dibuat berdasarkan hasil pemotretan, baik langsung atau dan udara. Pada PD II, sejalan dengan kepentingan militer, mutu dan hasil pemotretan semakin baik. Kenampakan bumi semakin jelas dan peta yang dibuat semakin teliti.

Peta masa kini

Perkembangan pembuatan peta semakin lama semakin canggih. Pemotretan tidak hanya dilakukan lewat pesawat udara, tetapi juga lewat satelit.

Satelit Landsat pada mulanya mempunyai resolusi 200 m. Pada perkembangan selanjutnya Landsat D mampu mengamati resolusi 75 m. Satelit SPOT milik Prancis bahkan sudah bisa mengamati bumi dengan resolusi 10 x 10 m dan dalam keadaan normal dapat mengamati lokasi yang sama setiap 28 hari sekali.

Foto-foto yang dihasilkan pun ada yang berdasarkan kenampakan langsung, radar, atau infra merah. Dari hasil warna misalnya akan dapat diketahui berapa besar tanaman yang tidak sehat, yang didapat dengan melihat kenampakan hijau daunnya. Dapat juga dilihat adanya bencana kekeringan atau kebakaran hutan.

Peta-peta yang ada saat ini bukan hanya dalam bentuk peta biasa (kertas), tapi juga dalam bentuk digital. Dengan demikian pengolahannya akan semakin mudah. Seluruh perubahan akan cepat diantisipasi. Kenampakannya dapat dilakukan secara 3 dimensi. Ini semua sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi komputer.

Perkembangan selanjutnya, telah tersedia peta-peta berdasarkan kebutuhan masing-masing, ada peta cuaca, peta untuk keperluan industri, pemantauan hutan, perencanaan, perikanan, pengeboran lepas pantai, arsitektur, arkeologi, dan lainnya.

Yang cukup populer adalah GIS (Geographical Information System) dan LIS (Land Information System). Suatu pusat basis data dari peta-peta menurut tema tertentu didirikan. Dengan demikian para pemakai dapat menggunakan fasilitas tersebut. Misalnya BPN (Badan Pertanahan Nasional) akan memakai peta batas kepemilikan lahan, peta klasifikasi tanah. Pihak PU memakai peta topografi. Sedangkan Bappenas mungkin membutuhkan peta tata guna lahan.

Pada masa-masa mendatang, pemanfaatan peta yang terpadu dan terkoordinasi mungkin dapat memecahkan berbagai masalah seperti pertanahan, perencanaan wilayah, pemantauan perkembangan hutan, pemilihan lokasi industri, dan kebutuhan lain. (Nur Hidayat Agam/tayang pertama di Majalah Intisari edisi November 1993)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.