Dedi Mulyadi Nangis Lihat Kondisi Bogor, Sang Gubernur Sindir Aktivitas Tambang hingga Sentil Konglomerat
Widy Hastuti Chasanah July 16, 2025 07:34 AM

Grid.ID - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi nangis lihat kondisi alam di Bogor. Dedi pun menyentil aktivitas tambang yang dianggap menimbulkan kerusakan lingkungan.

Seperti diketahui, sosok Dedi Mulyadi memang kerap jadi sorotan. Apalagi sejak Dedi Mulyadi menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2025-2030.

Pasalnya, Dedi Mulyadi kerap melahirkan kebijakan-kebijakan yang menuai pro kontra publik. Kerap jadi sorotan, baru-baru ini nama Dedi Mulyadi kembali ramai diperbincangkan.

Hal itu karena Dedi Mulyadi meluapkan kegundahan hatinya terkait aktivitas tambang di Bogor yang dianggap menimbulkan banyak kerusakan. Bahkan, Dedi Mulyadi nangis lihat kondisi Bogor sekarang.

Tangis Dedi Mulyadi itu pecah saat hadir di kegiatan Abdi Nagri Nganjang Ka Warga. Di hadapan warga Parungpanjang, Kabupaten Bogor itu, Dedi mengaku kerap menangis setiap kali menyaksikan kondisi alam di Bogor.

Dedi mengaku tak bisa menahan kesedihannya saat melihat kondisi alam di Bogor yang sudah mulai rusak. Ia juga sedih lantaran gunung di Bogor yang digali dan dihancurkan demi proyek-proyek properti di Jakarta dan Tangerang.

Mirisnya, aktivitas tambang itu justru lebih menguntungkan para pemodal ketimbang masyarakat sekitar. Hal itu lah yang membuat hati Dedi Mulyadi sakit.

"Kang Dedi kunaon ceurik wae, lain ceurik teu boga pamajikan, tapi ceurik nyengceurikan ieu lembur (Kang Dedi kenapa terus menangis, bukan menangis karena tak punya istri, tapi menangisi ini kampung)," ujar Dedi dikutip dari TribunJabar pada (15/07/2025).

"Gunung Rentul, batu sing gulutuk, jadi wangunan di Tangerang, jadi wangunan di Jakarta, ngalahirkeun properti, (gunung, batu menjadi bangunan di Tangerang, Jakarta, melahirkan properti), " ungkapnya.

"Jelema nu baleunghar ti gunung batu nu aya didieu," tambah Dedi.


Lebih lanjut, Dedi menyentil para konglomerat yang paling diuntungkan dari proyek tambang tersebut. Ia juga menyinggung soal kondisi rakyat yang menderita karena proyek tersebut.

"Ngalahirkeun konglomerat-konglomerat, ari rakyatna masyarakat lebu ngebul, unggal poe jalan renyul,(melahirkan para konglomerat, sedangkan rakyatnya hanya menerima debu, tiap hari jalan rusak)," kata Dedi dengan nada getir.

"Nu maot unggal usik, penyakit Ispa kuring ceurik, teungteuingeun ieu nagara, ngakaya ka rakyatna sorangan, (yang meninggal banyak, penyakit ISPA saya menangis, tega nian ini negara, membuat rakyat menderita)," tambahnya.

Lihat Dedi Mulyadi nangis lihat kondisi Bogor, masyarakat sekitar pun ikut memberi keluhan. Mereka mengeluhkan kondisi jalan di Parungpanjang yang rusak parah akibat lalu lintas truk tambang.

Mendengar keluhan itu, Dedi mengaku mengalokasikan anggaran Rp 100 miliar guna memperbaiki jalan tersebut. Ia memperbaiki jalan itu bukan untuk aktivitas tambang, namun untuk masyarakat.

"Barusan saya sempat menelepon kepala Bappeda. Saya paksa perubahan anggaran masuk dari Rp100 miliar untuk membenahi jalan Parung Panjang," katanya dilansir dari Kompas.com.

"Saya tidak rela rakyat saya yang tergilas ditindas. Saya tidak rela rakyat saya menderita, napasnya sesak menghirup debu dari aktivitas pertambangan di sini."

"Saya menangis karena rakyat saya hanya dijadikan keset oleh penguasa," ucapnya Dedi Mulyadi.

Terakhir, ia mengingatkan pejabat agar menjadikan rakyat sebagai tujuan dari kekuasaan, bukan sekadar alat untuk mengejar jabatan.

"Tapi jadikan rakyat sebagai tujuan dari jabatan kita. Kita punya jabatan bukan untuk diri kita. Kita punya jabatan untuk rakyat kita," tegas Gubernur Jawa Barat tersebut.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.