Inilah sejarah Mobil Timor, digadang-gadang sebagai mobil nasional, yang adalah rebadge dari KIA Sephia 1500 cc buatan Korea Selatan.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Berbicara tentang mobil nasional, tentu saja mobil Timor harus dibahas juga. Beroperasi sejak 1996, mobil Timor yang disebut-sebut sebagai mobil nasional saat itu nyatanya adalah rebadge dari KIA Shepia yang dikeluarkan oleh pabrik KIA di Korea Selatan.
Bagaimana sejarah mobil Timor? Bagaimana mobil "milik" Tommy Soeharto itu akhirnya menghilang dari peredaran?
Mengutip Kompas.com, mobil Timor adalah proyek milik PT Timor Putra Nasional (TPN) yang sahamnya dipegang oleh Tommy Soehaerto, sang pangeran Cendana. PT Timor beroperasi dari 1996 sampai 2000. Tenggelam karena terhempas krisis moneter 1998.
PT Timor maujud setelah terbit Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 1996 tentang Pembangunan Industri Mobil Nasional yang diteken Presiden Soeharto. Inpres ini meminta Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal untuk secepatnya mewujudkan industri mobil nasional.
Lewat Inpres itu, perusahaan milik Tommy Soeharto ini diberikan fasilitas pembebasan PPnBM, pajak yang berkontribusi besar pada tingginya harga mobil di Indonesia. Menurut Harian Kompas 1 Maret 1996, terbitnya Inpres Nomor 2 Tahun 1996, sebagaimana diklaim pemerintah Orde Baru, adalah demi kepentingan nasional dalam upaya membangun industri mobil nasional, memiliki merek sendiri dan 100 persen sahamnya dikuasai warga negara Indonesia.
"Pemerintah menerapkan serentetan syarat yang amat sulit atau bahkan tak mungkin dapat dipenuhi oleh mereka yang berstatus ATPM, yang selama ini hanyalah bagian dari pemilik saham pabrik mobil itu sendiri. Kecuali bagi seorang pendatang baru, yang tidak tergantung pada prinsipal dan bermodal kuat untuk membangun pabrik mobil," tulis Kompas.com, 17 September 2023.
Nah, perusahaan mobil yang mampu memenuhi semua kriteria itu adalah PT Timor Putra Nasional yang adalah milik putra bungsu Presiden Soeharto. Perusahaan tersebut disebut mampu menjual mobil dengan merek Timor, dengan harga separuh dari harga jual mobil Jepang sekelasnya yang berkisar antara Rp70 sampai Rp80 juta.
Tapi sebagaimana disebut di awal, walaupun diklaim sebagai mobil nasional, mobil Timor nyatanya adalah mobil KIA Sephia 1500 cc yang diproduksi oleh KIA asal Korea Selatan yang diimpor ke Indonesia dan kemudian di-rebadge.
Terkait berdirinya PT Timor, ternyata sempat ada protes dari berbagai pihak. Mulai dari Kadin, para ATPM, pengamat otomotif, hingga anggota dewan di PDR RI. Mereka menuntut ketentuan itu berlaku umum, tidak hanya untuk satu perusahaan.
Menurut Harian Kompas 9 Juli 1996, Tommy Soeharto menyebut kalau ada banyak perusahaan menggarap mobnas, maka hal itu justru akan jadi masalah di kemudian hari. "Industri otomotif harus ditangani secara seksama, dan tidak bisa kalau satu ikut yang lain ikut-ikutan.... Nanti justru akan menyulitkan daripada industri otomotif tersebut," tegas Tommy Soeharto.
Sejatinya dia mau bilang, jika ada lebih banyak perusahaan yang mengembangkan mobil nasional, industri otomotif nasional akan "layu sebelum berkembang". Sehingga Inpres dan Keppres tentang mobil nasional, yang telah dikeluarkan pemerintah menjadi tidak ada gunanya.
Menurut Tommy, pada tahap awal, mobil yang ada diimpor utuh dari Korsel. Sedangkan kendaraan yang akan dijual, baru akan diserahkan bulan Oktober 1996. Mobil Timor kini tengah dikerjakan di Korsel oleh tenaga kerja dari KIA Motors dan tenaga kerja Indonesia.
PT Timor merupakan satu-satunya perusahaan nasional yang ditunjuk pemerintah untuk mengembangkan mobil nasional. Untuk membuat mobil Timor, PT TPN bekerja sama dengan KIA Motors dari Korsel. Perusahaan ini bisa menjual mobil dengan harga murah, karena mendapat kemudahan dari pemerintah, yakni insentif berupa Pajak Penjualan Barang Mewah (PPPnBM) dan pembebasan bea masuk impor komponen.
Di luar itu, mobil Timor ternyata membuat Tommy Soeharto harus bersaing dengan kakaknya sendiri, Bambang Trihatmojo. Sejatinya, perusahaan Bimantara divisi otomotif yang dimiliki Bambang Trihatmodjo telah mengajukan proposal untuk mendapatkan fasilitas yang sama seperti PT TPN, namun pemerintah tidak memberikan fasilitas serupa Timor.
Bambang ketika itu bahkan sudah bilang, pihaknya juga siap memproduksi mobil sedan bermerek 'Bimantara' pada akhir 1996, dengan harga sekitar Rp35 juta, asal diberi fasilitas yang sama dengan PT TPN, perusahaan milik adiknya itu. "Dalam pengembangan Mobnas, sampai sekarang pemerintah hanya memberikan fasilitas kepada PT TPN," ujar Tunky Ariwobowo, Menteri Perindustrian dan Perdagangan saat itu.
Dalam Inpres tersebut, PT TPN diizinkan membuat mobil nasional di pabrik KIA di Korsel dengan menggunakan tenaga kerja Indonesia, untuk kemudian dikirim ke Indonesia dalam kondisi utuh dengan merek Timor sebanyak 45.000 unit. Fasilitas ini hanya diberlakukan mulai Juni 1996 hingga Juni 1997.
Hingga kemudian, PT Timor bangkrut. Ada beberapa faktor. Salah satunya adalah krisis moneter yang menghantam Asia dan Indonesia sejak 1997. Krisis itu membuat KIA Motors, perusahaan yang menjadi pemasok utama Timor, mengalami kebangkrutan.
Tak hanya itu, Timor juga menghadapi gugatan dari WTO terkait kebijakan pemerintah yang memberikan fasilitas khusus kepada Timor sebagai "mobil nasional", yang dianggap tidak adil oleh negara lain. Krisis ekonomi juga berdampak pada daya beli masyarakat dan kepercayaan terhadap produk Timor, yang pada akhirnya menyebabkan penutupan proyek mobil nasional ini.
Selain itu, PT Timor juga dikaitkan dengan utang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Satgas BLBI juga sempat menyita sejumlah aset yang dimiliki PT Timor Putera Nasional (PT TPN) milik Tommy Soeharto pada pekan ini.
Aset itu berupa tanah seluas 124 hektare (Ha) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat senilai Rp600 miliar. Upaya penagihan terhadap kewajiban PT TPN berasal dari kredit beberapa bank. Total, utang Tommy Soeharto yang harus dibayarkan ke kas negara dalam kasus BLBI adalah sebesar Rp2,61 triliun.
Begitulah sejarah mobil Timor yang digadang-gadang sebagai mobil nasional Indonesia yang ternyata adalah rebadge dari KIA Sephia 1500 cc.