Pemerintah lewat Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memperbolehkan siswa SMA yang bekerja atau atlet mengikuti sekolah Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program tersebut akan berlaku mulai tahun 2027 dan akan dikembangkan bagi siswa rentan lain.
Di pendidikan layanan khusus ini kita mau melakukan pendekatan baru dalam pendidikan jarak jauh (PJJ). PJJ ini untuk merespons berbagai situasi dan aspek geografis, juga masalah ekonomi, masalah lintas negara serta kewarganegaraan," kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Tatang Muttaqin di Hotel Goodrich Suites, Jakarta Selatan pada Jumat (18/7/2025).
Tatang melihat saat ini masih banyak siswa yang bekerja memilih putus sekolah. Dengan PJJ, maka siswa dengan kesibukkan lain dapat tetap belajar.
Kasus anak tidak sekolah karena masalah keterbatasan satuan pendidikan ini banyak terjadi di luar negeri. Contohnya anak-anak Kalimantan yang orang tuanya bekerja di Malaysia.
Mereka tinggal di daerah perbatasan dan punya kendala jarak sulit bersekolah. Termasuk karena ketidaksesuaian administrasi.
"Jadi di perkebunan perkebunan itu ada, tapi mereka tidak bisa sekarang di jenjang SMA. Karena regulasinya untuk SMA itu di Malaysia juga agak sangat ketat ya," kata Tatang.
"Mereka bisa tetap membantu orang tuanya di kebun sawit tetapi mereka mendapatkan pembelajaran jarak jauh dengan bahan-bahan yang kita siapkan," sambung Tatang.
Sistem Belajar Hybrid, Daring, dan Luring
Tak cuma bagi anak-anak yang harus bekerja, PJJ bisa diikuti oleh anak yang sibuk berlatih sebagai atlet. Mereka akan menempuh sekolah kurang lebih satu hari dalam satu minggu.
Nantinya akan ada guru berkunjung ke sekolah terdekat siswa. Namun, jika jarak guru dan siswa masih jauh, pembelajaran akan digelar secara daring.
"Maka dia belajar satu minggu sekali di sekolah terdekat di sana, nanti ada guru kunjung. Ketika yang lain lima hari sekolah, ini hanya satu hari," kata Tatang.
Siswa Akan Diberi Modul yang Bisa Diakses Offline
Pendidikan Jarak Jauh juga ditujukan bagi siswa yang terbatas jarak atau berasal dari daerah 3T. Untuk mengatasi kendala koneksi, Kemendikdasmen akan menyediakan modul pembelajaran yang bisa diakses tanpa koneksi internet.
"Disediakan juga modul-modul yang mempermudah pembelajaran sehingga betul-betul bisa nantinya sepadan dengan yang lainnya," kata Tatang.
Salah satu lulusan SMAN 2 Padalarang yang telah menyelenggarakan PJJ yakni Afifa menceritakan bahwa pendidikan jarak jauh memberikan keleluasaan. Menurutnya pembelajaran tetap berjalan efektif meski tak sering bertemu guru.
"SMA terbuka itu menjadi solusi untuk daerah terpencil dan masih terbatas akses ke sekolahnya atau sibuk bekerja karena banyak dari teman saya mereka ada tulang punggung keluarga," kata mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut.
Selain rencana program PJJ yang akan secara masif diterapkan pada 2027, saat ini Kemendikdasmen telah menyediakan beasiswa ADEM untuk siswa dari daerah 3T. Mereka bisa bersekolah di daerah pulau Jawa secara gratis dan ditanggung biaya hidupnya.
"Harapannya mereka nanti bisa lulus SMA, melanjutkan ke perguruan tinggi. Karena di Malaysia sendiri tentu mereka tidak bisa melanjutkan kuliah," kata Tatang.
Bagi siswa yang tertarik dengan program belajar seperti ini, mereka bisa mendaftar ke sekolah terbuka. Pada tahun ajaran baru 2025/2026, Tatang mengatakan sudah ada 93 siswa yang daftar PJJ.
"Ya mereka posisinya mendaftar, jadi kita tawarkan kepada adik-adik kita tadi, dan saat ini kan sudah ada CLC ya, Community Learning Center, itu sebagai akses kita kepada lulusan SMP tadi," kata Tatang.