Bagaimana Anda Selama Ini Menjadi Guru? Apakah Anda Sudah Memahami Experiential Learning dan Menerapkannya?
Moh. Habib Asyhad July 19, 2025 10:34 AM

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Seorang guru dituntut untuk terus berkembang dan menyesuaikan dengan keadaan baru, dengan teknologi baru, dengan kurikulum baru, dan dengan model pembelajaran baru. Termasuk model pembelajaran experiential learning.

Bagaimana Anda selama ini menjadi guru? Apakah Anda sudah memahami experiential learning dan menerapkannya?

Experiential learning adalah pembelajaran berbasis pengalaman. Ia adalah metode pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung sebagai sumber utama pengetahuan dan keterampilan.

Pembelajaran ini melibatkan siswa dalam aktivitas nyata dan mendorong mereka untuk merefleksikan dan mengaitkan pengalaman tersebut dengan konsep-konsep yang dipelajari.

Mengutip Gramedia.com, experiential learning (EL) adalah metode pembelajaran melalui pembentukan pengalaman peserta didik. Metode ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai keberhasilan dengan memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan pengalaman apa yang akan mereka fokuskan, keterampilan apa yang ingin mereka tingkatkan, dan dari situ, bagaimana mereka membuat suatu konsep dari pengalaman yang telah mereka alami itu.

EL adalah sebuah proses pembelajaran, proses melakukan perubahan yang memanfaatkan pengalaman sebagai media pembelajaran atau belajar. Experiential learning fokus pada proses belajar yang dilakukan tiap-tiap individu. Experiential learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan menempuh proses refleksi, dan juga menempuh suatu proses pembuatan makna dari pengalaman nyata.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan experiential learning, di antaranya adalah:

1. Harus ada perencanaan yang matang

EL tak bisa dilakukan secara spontan, ia harus dipersiapkan dengan matang, semata-mata peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang mengesankan. Selain itu, dengan perencanaan, materi bisa diberikan dengan tepat sasaran.


2. Harus punya tujuan yang jelas

Jika sudah ada perencanaan, artinya ada tujuan yang jelas. Bagaimanapun juga, metode EL tanpa tujuan yang jelas juga akan percuma. Dengan tujuan yang jelas, proses belajar akan menjadi kegiatan yang menyenangkan sekaligus memberikan dampak pembelajaran yang berarti.

3. Guru harus terlibat aktif

Metode EL tak bisa dilakukan oleh siswa sendiri, tetap harus ada peran guru di dalamnya. Tugas guru tentu saja sebagai instruktur, pembimbing, dan temat diskusi yang bisa diandalkan.

Setidaknya ada tiga langkah dalam metode pembelajaran experiential learning:

1. Kegiatan Persiapan

- Pendidik merumuskan sebuah rencana pengalaman pembelajaran yang memiliki target tertentu dan bersifat terbuka atau open minded.

- Pendidik memberikan motivasi dan rangsangan kepada peserta didik.

2. Kegiatan Inti (Eksplorasi dan Elaborasi)

- Para peserta didik bekerja secara individu atau ditempatkan dalam sebuah kelompok, lalu mereka akan belajar dari pengalaman yang mereka alami.

- Para peserta didik ditempatkan pada berbagai situasi nyata, artinya para peserta didik mampu memecahkan masalah yang nyata terjadi, bukan dalam peristiwa lain atau pengganti.

- Peserta didik aktif terlibat dalam pengalaman yang ada, lalu mereka akan membuat sebuah keputusan, dan menerima konsekuensi atas keputusan yang mereka buat.

3. Kegiatan Penutup

- Pada kegiatan yang terakhir ini, seluruh peserta didik akan menceritakan kembali pengalaman mereka yang terkait dengan teori atau hal yang menjadi materi pembelajaran, untuk memperluas pengalaman dan pemahaman pembelajaran peserta didik.

Kembali ke pertanyaan di atas, Bagaimana Anda selama ini menjadi guru? Apakah Anda sudah memahami experiential learning dan menerapkannya?

Ada beberapa jawaban yang bisa Anda sampaikan, di antaranya:

Selama ini, saya berusaha menjadi guru yang tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membimbing murid untuk belajar melalui pengalaman nyata. Saya mulai memahami bahwa pembelajaran tidak selalu harus bersifat satu arah.

Setelah mengenal konsep experiential learning, saya semakin sadar bahwa belajar melalui keterlibatan aktif, refleksi, dan pengalaman langsung jauh lebih efektif untuk membentuk pemahaman dan karakter murid.

Dalam praktiknya, saya mulai menerapkan metode ini secara sederhana, seperti diskusi kasus, simulasi peran, proyek kolaboratif, atau kegiatan lapangan. Meskipun belum sempurna, saya terus belajar dan mengevaluasi agar pendekatan ini bisa semakin terintegrasi dalam pembelajaran yang saya rancang.

Saya percaya bahwa experiential learning membantu menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna, kontekstual, dan menyenangkan bagi murid.

Selain itu, selama ini, selama saya menjalani peran sebagai guru tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator dan pendamping tumbuh kembang siswa. Saya berusaha menciptakan suasana kelas yang aktif, menyenangkan, dan memberi ruang bagi siswa untuk berekspresi serta menemukan sendiri makna dari apa yang mereka pelajari.

Saya percaya bahwa pembelajaran yang bermakna terjadi bukan hanya saat siswa mendengarkan, tetapi saat mereka terlibat langsung, mencoba, merasakan, dan merefleksikan pengalaman mereka. Oleh karena itu, saya mulai menerapkan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa, termasuk metode diskusi kelompok, proyek kolaboratif, kunjungan lapangan, dan simulasi peran.

Mengenai experiential learning, saya semakin memahami bahwa metode ini sangat relevan untuk membantu siswa membangun pemahaman yang utuh dan mendalam, terutama dalam aspek karakter dan keterampilan hidup. Saya memang masih terus belajar untuk menerapkannya secara lebih sistematis, termasuk dalam hal tahapan refleksi yang menjadi inti dari experiential learning.

Namun, saya sudah mulai melibatkan siswa dalam pengalaman nyata dan membimbing mereka untuk mengambil pelajaran dari situasi tersebut. Saya menyadari bahwa pendekatan ini membutuhkan kreativitas, kesiapan mental, dan keberanian untuk berubah, tapi hasilnya sangat positif bagi perkembangan siswa. Ke depan, saya ingin terus memperdalam pemahaman saya tentang experiential learning agar dapat menciptakan pembelajaran yang semakin bermakna dan transformatif.

Saya juga memahami dengan cukup mendalam konsep experiential learning (pembelajaran berbasis pengalaman) menurut David Kolb, termasuk keempat tahap siklusnya (pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen.

Setelah saya mempelajari dan mendalami materi experiential learning saya mencoba menerapkan dan merancang pengalaman belajar yang sesuai prinsip experiential learning seperti simulasi peran, studi kasus, refleksi tertulis atau lisan, proyek sosial dan pembelajaran berbasis masalah nyata.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.