Mental yang masih belum cukup kuat akan berdampak kepada pekerja migran jika mengalami sedikit tantangan di dunia kerja adalah cepat merasa putus asa

Semarang (ANTARA) - Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani mengingatkan para pekerja migran Indonesia (PMI) agar bermental tahan banting dalam menghadapi tantangan di dunia kerja yang sudah menjadi pilihannya.

"Satu hal yang saya tadi juga angkat adalah banyak dari ini (pendaftar) kan kebanyakan anak-anak muda sekali ya, yang masih semangatnya tinggi, tetapi mentalnya kadang-kadang masih belum cukup kuat," katanya saat meninjau "Skill Test Calon PMI Program G to G ke Korsel", di Semarang, Sabtu.

Menurut dia, mental yang masih belum cukup kuat akan berdampak kepada pekerja migran jika mengalami sedikit tantangan di dunia kerja adalah cepat merasa putus asa.

Yang paling parah, kata dia, jika pekerja migran tersebut akhirnya memutuskan untuk berhenti begitu saja dari perusahaan yang telah merekrutnya, padahal mereka masih terikat kontrak.

Akibatnya, kata dia, status pekerja migran tersebut yang tadinya terdata legal di suatu perusahaan menjadi ilegal dan akan kehilangan segala hak dan perlindungan sebagaimana didapatkan pekerja migran legal.

"Istilahnya 'kaburan' ya. Ini menjadi jelek sekali. Kenapa? Pertama, mereka menjadi tidak terproteksi lagi. Semua asuransi, segala perlindungan itu gugur dengan status mereka yang menjadi ilegal di negara tersebut," katanya.

Kemudian, kata dia, perilaku semacam itu akan memberikan dampak negatif, yakni citra buruk bagi Indonesia, termasuk pekerja migran lain asal Indonesia yang akan berangkat.

Di sisi lain, ia menyebutkan banyak calon pekerja migran Indonesia yang menggantungkan harapan bisa bekerja di luar negeri, termasuk dalam program G to G ke Korea Selatan itu.

Pendaftar program G to G ke Korsel tersebut mencapai lebih dari 10.000 orang, dan sementara ini telah tersaring menjadi 2.200 orang atau sekitar 21 persennya untuk maju ke tahap berikutnya, yakni pengujian kemampuan yang berlangsung di Semarang.

Oleh karena itu, ia mengimbau para pekerja migran jika mengalami permasalahan pekerjaan untuk bisa berkomunikasi dan berkonsultasi dengan Kementerian P2MI agar bisa dicarikan solusi yang terbaik.

"Kalaupun misalnya mengalami masalah kan bisa didiskusikan. Jangan sampai gara-gara kesalahan sedikit atau ketidaksesuaian sedikit, kemudian (pekerja migran, red.) langsung memutuskan untuk berhenti," katanya.