Grid.ID - Dedi Mulyadi kini sedang usut kasus siswa SMA di Garut yang bunuh diri usai dibully. Sang Gubernur Jabar bocorkan isi chat ibu korban dan guru sekolah.
Kasus dugaan bunuh diri seorang siswa SMAN 6 Garut yang diduga tak kuat menanggung tekanan akibat perundungan masih menjadi sorotan masyarakat. Apalagi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi telah turut campur tangan untuk menangani persoalan ini.
Usut kasus siswa SMA di Garut bunuh diri usai dibully, Dedi Mulyadi bocorkan isi chat ibu korban dan guru sekolah. Sang Gubernur Jabar sampai gemas gegara hal ini.
Hal itu bisa dilihat melalui akun Instagram pribadinya @dedimulyadi71. Dedi Mulyadi secara aktif terus membagikan informasi terkini terkait dugaan kasus bunuh diri siswa SMAN 6 Garut yang diduga akibat perundungan.
Dalam unggahan terbarunya, muncul bukti baru yang membuat Dedi Mulyadi semakin geram. Bukti tersebut berupa tangkapan layar percakapan antara ibu korban dan salah satu teman sekelas anaknya melalui aplikasi WhatsApp.
Dari isi pesan tersebut terungkap bahwa selama di kelas, korban dikucilkan oleh seluruh teman-temannya hingga seolah-olah dianggap tak terlihat. Bahkan, dalam pengerjaan tugas kelompok, nama korban tidak pernah dicantumkan oleh rekan-rekannya.
"Dikelas tuh emang bener bener di jauhi banget bahkan sampai mereka ga nganggep priya sama sekali," tulis salah seorang yang diduga temen sekelas korban.
"Jadi kalo ada kerja kelompok atau apa tu kadang ngga di tulis bu namanya di kelompoknya," lanjutnya.
Yang lebih mengejutkan lagi, bukan hanya teman-teman sekelas yang melakukan perundungan terhadap korban, tetapi juga ada oknum guru yang turut bersikap tidak adil dan memperlakukan korban secara berlebihan.
"Waktu itu teh bu ditanya di depan kelas, bu **** ngemarahin priya di depan banyaknya anak anak kelas, mungkin priya ga suka bu sama cara **** negur, karna emang di depan banyak orang banget dan itu juga **** bener bener marah ngeritiknya kelewatan..," ungkap teman korban di chat tersebut.
Menurut keterangan dari temannya, korban kerap dipersalahkan meskipun bukan dia pelaku kesalahannya. Guru yang bersangkutan justru tampak lebih memihak kepada siswa yang bersalah daripada membela korban.
"Soal tugas tugas priya juga paling cuma yang smester 1 bu yang bermasalah, masuk akal juga kalo memang gara gara kasus itu, guru guru juga seharusnya memaklumi, malah sama sama benci juga bu," isi chat tersebut.
Korban yang sebelumnya dikenal sebagai pribadi ceria dan mudah bergaul di lingkungan tempat tinggalnya, mulai menunjukkan perubahan perilaku yang mencolok menjelang akhir semester pertama. Ibunya mengungkapkan bahwa sang anak tidak pernah menceritakan apa pun dan enggan menjawab saat ditanya mengenai sikapnya yang semakin pendiam dan murung.
"Pernah cerita apa ke ibu?," tanya Dedi Mulyadi. "Gak pernah cerita jadi taunya dari temennya," jawab ibu korban.
"Jadi ibu sendiri tidak tau bahwa anak misal diduga mengalami perundungan," kata Dedi.
"Iya, mengalami perubahan sifat aja," ungkap sang ayah korban.
Usut kasus siswa SMA di Garut bunuh diri usai dibully, Dedi Mulyadi bocorkan isi chat ibu korban dan guru sekolah. Sang Gubernur Jabar sampai lakukan hal ini.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menonaktifkan kepala sekolah serta membentuk tim investigasi guna menyelidiki kasus dugaan bunuh diri seorang pelajar berusia 16 tahun di Kabupaten Garut. Langkah ini diumumkan langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyusul viralnya unggahan dari ibu korban di media sosial yang menyebut anaknya diduga mengalami perundungan di sekolah. Korban ditemukan meninggal dunia pada Senin (14/7/2025), bertepatan dengan hari pertama tahun ajaran baru.
“Kasus ini tidak sesederhana seperti yang kita kira. Variabelnya sangat banyak, dan untuk membuktikan seluruh latar belakang serta problem yang terjadi, kami mengambil dua langkah utama,” kata Dedi dalam keterangan video, Jumat (18/7/2025), dikutip dari Kompas.com.
Langkah pertama yang diambil, jelas Dedi, adalah menonaktifkan kepala sekolah tempat korban menimba ilmu.
“Kepala sekolahnya kami nonaktifkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses investigasi,” tegasnya.
Langkah berikutnya adalah membentuk tim investigasi yang terdiri dari berbagai pihak, antara lain Inspektorat Jawa Barat, Badan Kepegawaian Daerah (BKD), aparat kepolisian, dan para psikolog. Ia pun berharap langkah yang diambil oleh pemerintah provinsi dapat meredakan kekhawatiran masyarakat yang tengah dirundung duka atas insiden ini.