Gibran Rakabuming Raka Ingin Hilirisasi Kemenyan, Bagaimana Sejarah Kemenyan di Nusantara?
Moh. Habib Asyhad July 20, 2025 01:34 PM

Kemenyan sudah menjadi komoditas penting Nusantara sejak dulu. Dalam khasanah rempah-rempah, kemenyan menempati posisi istimewa.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Dalam pidatonya di Istana Wakil Presiden di hadapan Peserta Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pemimpin Nasional pada Senin, 14 Juli 2025 tempo hari, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyinggung soal hilirisasi kemenyan.

Apa sejatinya yang dimaksud oleh putra mantan presiden Joko Widodo itu? Lalu bagaimana sejarah kemenyan di Nusantara sendiri?

Gibran menyinggung, alih-alih dalam bentuk yang sudah "jadi", kemenyan Indonesia kebanyakan dijual atau diekspor dalam bentuk mentah. Padahal, menurutnya, kemenyan bisa diolah menjadi produk parfum kelas atas.

"Saya pernah bicara itu, masalah hilirisasi kemenyan, banyak yang ketawa, 'wong kemenyan buat dukun bla bla bla...' Salah. Kemenyan sama berharganya dengan nikel," ujar Gibran.

Terkait manfaat kemenyan, peneliti botani fitokimia dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andria Agusta, membenarkan pernyataan Wapres Gibran. Dia bilang, kemenyan memiliki banyak manfaat. Selain digunakan sebagai bahan parfum, kemenyan juga berfungsi sebagai bahan kosmetik, dupa untuk acara keagamaan, serta sebagai bagian dari formulasi obat-obatan tradisional.

"Kemenyan diambil dengan cara menyadap getahnya dari pohon kemenyan," ujar Andria.

Dia juga menambahkan bahwa jenis tanaman penghasil kemenyan seperti Styrax benzoin dan Styrax sumatrana. Dari getah inilah senyawa aromatik diekstraksi dan diolah menjadi berbagai produk turunan bernilai tinggi.

Untuk menjadikan kemenyan sebagai parfum, mula-mula kita harus mengambil senyawa aromatik dari getah pohon kemenyan terlebih dahulu. Senyawa itu harus dimurnikan terlebih dahulu hingga mencapai tingkat tertentu untuk kemudian dicampur dengan senyawa lain. Dari senyawa itu, lewat proses yang dikenal sebagai blending, akan menghasilkan wewangian yang khas dan unik.

Seperti disebut di awal, kemenyan tak hanya digunakan untuk bahan parfum. Ia juga bagus untuk kesehatan. Kemenyan menghasilkan senyawa yang bersifat menenangkan dan karena itulah sering digunakan sebagai bahan aromaterapi. Kemenyan juga dipercaya dapat membantu mengatasi masalah pernapasan dan meredakan stres.

Pohon kemenyan (Styrax) yang menghasilkan getah kemenyan berasal dari beberapa wilayah di dunia, termasuk dari Sumatera, Indonesia. Ada juga dari Afrika Utar dan Jazirah Arab dan wilayah Asia Tenggara lain.

Secara umum, kemenyan adalah getah atau resin yang dihasilkan oleh tumbuhan yang dikenal sebagai Styrax benzoin atau benzoin saja. Kemenyan kerap dijadikan dupa, aromaterapi, parfum, dll.

Jenis-jenis kemenyan yang biasa diperdagangkan adalah kemenyan dari Sumatera (kemenyan sumatra) dan kemenyan siam yang berasal dari wilayah Indocina. Konon, kemenyan sudah menjadi komoditas perdagangan sejak era Jalur Sutra.

Selain kemenyan sumtra dan kemenyan siam, ada juga kemenyan turki dan kemenyan arab. Kemenyan turki atau balsam storaks adalah resin setengah padat yang melengket dan berwarna cokelat yang dihasilkan dari batang Liquidambar orientalis Mill. yang dilukai. Sementara emenyan arab adalah wewangian berbentuk hablur yang digunakan dalam dupa dan parfum yang diolah dan diperoleh dari getah pohon Boswellia dari suku Burseraceae, di antaranya dari Boswellia sacra, B. frereana dan B. serrata (kemenyan india).

Jenis pohon ini tidak didapati di Indonesia. Konon, kemenyan arab sudah diperdagangkan jauh sebelum kemenyan sumatra dikenal sejak 5000 tahun yang lalu. Orang-orang Arab membawanya melalui Jalur Sutra hingga ke Eropa dan Cina. Kemenyan inilah yang diyakini diceritakan dalam Alkitab sebagai kemenyan yang dibawa oleh orang-orang Majusi untuk persembahan atau hadiah bagi kelahiran Yesus.

Dalam khasanah rempah-rempah nusantara, kemenyan, sebagaimana ditulis oleh Kompas.ID, menempati posisi yang istimewa. Tak sekadar komiditas, kemenyan juga dipakai dalam aneka tradisi dan kebudayaan, terutama yang berkaitan dengan ritus-ritus keagamaan -- dan karena itulah ia sering disalahpahami.

Di Sumatera Barat, tepatnya di Kecamatan Aur Malintang, kita bisa menemukan kemenyan terselit di peci hitam para tuanku, sebutan untuk ulama setempat. "Sebelum menggelar doa untuk acara selamatan, tuangku terlebih dulu membakar kemenyan. Asap kemenyan membumbung. Lalu, doa-doa dilangitkan," tulis Kompas.ID, 22 Oktober 2018.

Sementara di Pulau Samosir, Sumatera Utara, kemenyan digunakan oleh masyarakat Batak untuk pelengkap upacara adat boneka sigale-gale.

Menurut Ary Prihardhyanto Keim, peneliti di BRIN, kemenyan adalah kristal padat yang berasal dari getah pohon kemenyan. Ketika dibakar, kristal ini akan menghasilkan bau harum. Kemenyan dihasilkan dari jenis Sytrax benzoin, Sytrax paralleloneurus, Sytrax sumatrana, Sytrax tonkinensis. "Tiga di antaranya merupakan endemik Sumatera,” kata Ary.

Dari tiga jenis kemenyan endemik Sumatera itu, kata Ary, Sytrax sumatrana atau kemenyan toba menjadi terbaik dan paling mahal. Pada abad ke-7 Masehi, kemenyan ini sudah diperdagangkan di Barus, Sumatera Utara. Pembelinya adalah para pedagang dari Jazirah Arab.

Di Sumatera sendiri, kemenyan dikenal sebagai haminjon, dan ia sudah menjadi bagian penting dari ritual dan tradisi masyarakat Batak di sekitar Danau Toba. Menutip Kompas.com, pada era 1960-an, kemenyan asal Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, harganya setara emas.

Dengan kemenyan, para petani bahkan bisa menyekolahkan anak-anak mereka hingga perguruan tinggi. Menurut Kompas.com, surat kabarImanuel yang diterbitkan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada 24 Oktober 1920, menampilkan grafik hasil bumi yang dikeluarkan dari Tapanuli Utara pada 1919, yang didominasi oleh karet, kopi, kopra, dan kemenyan.

Saat itu produksi kemenyan sebanyak 1,8 ton lebih dengan nilai jual 1,5 juta gulden. Lalu pada 14 November 1920 dilaporkan bahwa pedagang besar meraup untung besar dari kemenyan. Harga belinya 70 sen per kilogram dan dijual 2,22 gulden. Konsumen-konsumen kemenyan toba adalah bangsa Eropa dan Timur Tengah.

Bagi orang-orang Eropa, Tanah Batak adalah penghasil kemenyan terbaik. Pohon kemenyan biasanya tumbuh di area perbukitan dengan ketinggian 900-1.200 meter di atas permukaan laut, bersuhu antara 28-30 derajat celsius. Berbeda dengan karet, penyadapan getah tak perlu wadah. Setelah dicungkil, getah akan keluar dari batang pohon, meleleh seperti lilin dan lengket di kulit pohon.

Cukilan pertama akan menghasilkan getah putih (sidukabi) yang baru bisa diambil sekitar tiga bulan kemudian. Getah menempel di kulit pohon sehingga harus mencongkel kulit pohon untuk memanennya. Getah ini dihargai paling tinggi, sekitar Rp 300.000-an per kilogram.

Selanjutnya, bekas cukilan akan menghasilkan tetesan getah kedua yang disebut jurur, bisa dipanen dua sampai tiga bulan setelah memanen sidukabi. Setelah itu muncul getah ketiga yang disebut tahir, harganya lebih murah.

Haminjon paling banyak tumbuh di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbahas, Pakpak Bharat, Toba dan Samosir. Juga dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah, meski tidak terlalu banyak. Namun, tetap daerah penghasil terbesar masih dirajai Tapanuli Utara dan Humbahas.

Di Sumatera, kemenyan punya istilah-istilah tertentu yang hanya dikenal di kalangan petani dan tengkulak.Adaarit bakat, ada samsam, dan ada jurur. Arit bakat atau diarit maksudnya getah kemenyan dipisahkan dari kulit pohon. Sementara samsam adalah percampuran getah yang kecil dan besar, yang harganya paling mahal. Yang paling murah adalah jurur, bentuknya seperti serpihan atau sisa-sisa kikisan.

Begitulah riwayat kemenyan di Nusantara yang lumbungnya berada di Sumatera Utara.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.