Cirebon (ANTARA) - Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, memperkuat pelaksanaan aksi konvergensi sebagai strategi mengatasi stunting yang menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan sumber daya manusia.

Wakil Wali Kota Cirebon Siti Farida Rosmawati, di Cirebon, Minggu, mengatakan strategi tersebut mencakup pelibatan kader posyandu, edukasi gizi bagi ibu hamil dan menyusui, serta pemantauan tumbuh kembang anak secara terpadu.

"Penanganan stunting tidak hanya bertumpu pada aspek ekonomi, tetapi juga menyentuh soal kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi, ASI eksklusif, serta sanitasi yang layak," katanya.

Ia menjelaskan keluarga memegang peran penting, dalam mewujudkan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas karena merupakan pondasi awal kehidupan seseorang.

"Keluarga adalah tiang pertama yang menentukan ke arah mana kita melangkah. Dari keluarga yang sehat dan sejahtera lahir masa depan yang penuh harapan," ujarnya.

Menurut dia, tantangan terbesar saat ini adalah stunting, yang bukan sekadar isu kesehatan, melainkan juga persoalan kemanusiaan yang menyangkut masa depan anak.

Ia menyebutkan, berdasarkan data e-PPGBM, prevalensi stunting di Kota Cirebon tercatat menurun dari 12,83 persen pada 2022 menjadi 11,66 persen pada 2023.

Namun, kata dia, data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan kenaikan dari 17 persen pada 2022 menjadi 19,9 persen pada 2023, yang mencerminkan masih adanya tantangan di lapangan.

"Ini menyadarkan kita bahwa masih terdapat persoalan struktural yang belum tuntas, baik dari sisi edukasi keluarga, akses gizi, air bersih, maupun layanan kesehatan dasar," katanya.

Ia menekankan pentingnya peran perempuan dalam penanganan stunting karena ibu merupakan sumber utama pengetahuan dan penjaga kehidupan sejak awal.

"Mari jadikan setiap rumah tangga sebagai benteng pencegahan stunting dan setiap ibu sebagai pelopor gizi keluarga," ucap dia.