Jakarta (ANTARA) - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz menyatakan kisah dari Babad Diponegoro membawa pesan-pesan tentang kejujuran bagi generasi muda dan masih relevan hingga saat ini.
"Kalau saya melihat dari catatan di Babad Diponegoro, beberapa bagiannya adalah cerita tentang kejujuran, kerja keras, dan gigih dalam berjuang. Itu yang paling penting (bagi generasi muda) dari catatan-catatan yang ada," katanya pada pembukaan pameran 200 Tahun Perang Jawa di Perpusnas, Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan, terdapat banyak catatan dari Babad Diponegoro yang dituangkan dalam ribuan halaman, dan catatan-catatan tersebut dapat menjadi pembelajaran berharga bagi anak-anak bangsa.
"Kami dari Perpusnas secara hati-hati, cermat, dan penuh ketekunan mencoba mengungkapkan apa yang sebetulnya menjadi hakikat dari perlawanan Pangeran Diponegoro. Ini bukan hanya catatan sejarah untuk masa lalu, melainkan yang lebih penting adalah mengungkap kebenaran dari sejarah itu untuk dijadikan bahan pelajaran kini demi menyongsong masa depan," ujar dia.
Untuk itu, Perpusnas kini menghadirkan bentuk dokumentasi primer dan bisa dipertanggungjawabkan secara akademik, yang menjadi pembuktian bahwa Pangeran Diponegoro adalah pahlawan yang tumbuh dengan jiwa kepahlawanan dan patriotisme luar biasa.
"Beliau bersama masyarakat bahu-membahu memperjuangkan martabat yang dicita-citakannya itu. Pameran ini adalah wujud dari tanggung jawab kami di Perpusnas untuk memberikan informasi kepada seluruh khalayak. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk berduyun-duyun datang ke sini, menyaksikan dan membaca sejarah masa lalu untuk dijadikan bahan renungan dan gerakan guna membangun Indonesia lebih jaya," ucapnya.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengemukakan, ke depan kisah-kisah dalam Babad Diponegoro akan ditayangkan dalam bentuk film sebagai salah satu ekspresi budaya.
"Saya kira kita akan mengarah ke sana. Kita berharap bahwa cerita-cerita sejarah dan juga tokoh-tokoh pahlawan diangkat di dalam film karena film adalah platform ekspresi budaya yang paling lengkap mulai dari seni peran, tari, musik ada di situ. Sastra juga ada di situ, bahkan sampai busana, hingga kuliner bisa masuk di situ," ucap Fadli.
Ia mengemukakan, cuplikan kisah dari Babad Diponegoro akan dibuat secara lebih aktual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan menggaet produser-produser ternama dari Indonesia.
Perpusnas mengangkat kisah-kisah dalam warisan naskah Babad Diponegoro untuk memperingati dua abad perang Jawa (1825-2025), yang menjadi sebuah peristiwa monumental dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dalam pameran bertajuk Martabat.
Pameran tersebut pertama kalinya menghadirkan berbagai artefak dan versi-versi Babad Diponegoro mulai naskah-naskah kuno, surat pribadi, sketsa, serta koleksi literatur langka yang mengungkap sisi kepribadian, intelektual, dan spiritual Diponegoro.
Pengunjung diajak menelusuri babak-babak penting seperti Mustahar (masa kecil sang pangeran), Perang Sabil, Muslihat, hingga Lentera Bangsa. Pameran itu juga akan dihadirkan dalam versi digital melalui platform Google Arts and Culture, memungkinkan akses yang lebih interaktif terhadap warisan sejarah bangsa.
Rangkaian kegiatan "200 tahun Perang Jawa" menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan internasional yang berperan penting dalam bidang sejarah, budaya, seni, dan kebangsaan. Tokoh-tokoh budaya, seperti Sri Sultan Hamengku Buwono X, sejarawan Peter Carey, turut hadir dalam sesi gelar wicara untuk meninjau relevansi Perang Jawa bagi Indonesia masa depan.