Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) siapkan pengembangan literasi digital untuk mengajak masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam di kaki Gunung Halimun-Salak, Sukabumi, Jawa Barat, tidak hanya sebatas menggunakan internet tapi juga memanfaatkan teknologi tersebut untuk kesejahteraan.

“Saya kira dengan melihat kondisi yang ada di Kasepuhan Gelar Alam, terutama antusiasme masyarakat untuk menggunakan internet, tepat sekali kalau program literasi digital ini bisa masuk ke sini. Bukan hanya berhenti di tingkat bagaimana menggunakan, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya untuk menyejahterakan,” kata Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, literasi digital yang dimaksud bukan hanya soal kecakapan teknis, tapi tentang menggunakan internet dengan bijak, menjaga nilai-nilai adat, dan menghindari benturan budaya di tengah derasnya informasi global.

“Internet membuat masyarakat adat tersambung dengan dunia luar, dan tentu saja ada banyak nilai-nilai yang mungkin akan berbenturan. Karena itu dibutuhkan literasi digital agar masyarakat sadar bagaimana cara menggunakan internet yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan mereka,” tuturnya.

Masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam memanfaatkan kehadiran akses internet untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan kekayaan adat serta tradisi mereka. Langkah ini menjadi upaya pelestarian budaya dengan membuka pintu bagi promosi pariwisata berbudaya, dan menjadi jembatan edukasi penting bagi masyarakat luas tentang kearifan lokal yang mereka junjung tinggi.

Nezar melihat potensi besar dalam pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Ia mendorong agar masyarakat adat diberikan pelatihan lanjutan, termasuk dalam mengakses teknologi seperti tiny AI, machine learning pertanian, atau mikrohidro untuk energi.

“Tentu saja kita akan tingkatkan juga dengan upskilling. Teknologi harus tepat guna dan punya makna di kehidupan sehari-hari masyarakat adat,” tandasnya.

Nezar mengapresiasi langkah yang dilakukan masyarakat adat Kasepuhan Gelar Alam. Jauh dari hiruk pikuk kota, mereka mampu menarik kabel fiber optik menembus hutan bukan untuk mengubah jati diri, tapi untuk membuka peluang.

“Coba bayangkan, di tengah hutan ini ada seutas fiber optik yang menghubungkan ribuan warga dengan informasi terbaru,” ungkapnya.

Nezar juga menyampaikan penghormatan kepada Ketua Adat Kasepuhan Gelar Alam Abah Ugi Sugriana Rakasiwi, yang memimpin warga mengelola internet secara mandiri, selaras dengan nilai adat.

“Kami memberikan apresiasi tinggi kepada Abah Ugi. Di sini, internet dijalankan sebagai internet sehat, karena warga menyaring informasi sesuai batasan adat. Ini bisa menjadi contoh bagi komunitas lain,” kata dia.

Abah Ugi menyambut baik dukungan pemerintah. Menurutnya, internet bukan musuh adat, melainkan alat memperluas suara masyarakat adat hingga ke dunia internasional tanpa kehilangan jati diri.

“Dulu orang mungkin tidak tahu kami ada. Sekarang, dengan internet, keberadaan masyarakat adat dikenal luas. Komunikasi lebih mudah, dan kegiatan adat terbantu,” tegasnya.

Ia juga menyebut Kasepuhan tengah mencoba teknologi baru seperti tiny AI. Salah satu langkah awalnya adalah memasang alat pengukur kelembapan dan stasiun air untuk mendukung pertanian tradisional.

“Kami punya perhitungan adat, seperti kalender musim tanam. Ke depan kami ingin kolaborasikan dengan teknologi supaya bisa saling melengkapi,” terangnya.