Cloudflare, perusahaan penyedia konektivitas cloud global, merilis laporan Ancaman DDoS Kuartal II 2025, yang mengungkap lonjakan signifikan dalam intensitas serangan siber global meskipun terjadi penurunan volume secara kuartalan.
Salah satu sorotan mencolok, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai sumber utama serangan DDoS.
Cloudflare mencatat rekor serangan DDoS terbesar yang pernah mereka tangani, dengan kekuatan mencapai 7,3 Tbps dan 4,8 miliar paket per detik.
Meski jumlah serangan turun menjadi 7,3 juta (dibandingkan 20,5 juta pada Q1), angkanya tetap 44% lebih tinggi dibandingkan Q2 tahun lalu.
Serangan HTTP (lapisan aplikasi) meningkat pesat, dengan total 4,1 juta serangan — naik 9% dari Q1 dan melonjak 129% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, serangan pada lapisan jaringan (L3/L4) turun drastis sebesar 81% dari kuartal sebelumnya.
Target Utama: Asia Mendominasi
China naik dua peringkat menjadi negara yang paling banyak diserang, disusul oleh India, Korea Selatan, dan Hong Kong. Vietnam masuk 10 besar target serangan, melesat 15 peringkat dari sebelumnya.
Indonesia mencatatkan diri sebagai sumber serangan DDoS terbanyak secara global, menggeser posisi negara-negara lain seperti Singapura dan Hong Kong.
Meski demikian, Cloudflare menegaskan bahwa lokasi "sumber" ini mengacu pada lokasi teknis node botnet, proxy, atau titik VPN, bukan lokasi pelaku kejahatan yang sebenarnya.
Industri yang paling terdampak adalah telekomunikasi dan penyedia Layanan Internet. Menariknya, sektor Pertanian melonjak 38 posisi menjadi salah satu target utama serangan di Q2.
Dengan lebih dari 330 titik kehadiran data center global, Cloudflare mengklaim mampu melakukan geolokasi dan mitigasi serangan DDoS dengan tingkat akurasi tinggi.