Mahasiswa Ini Tekuni Usaha Konveksi Dekati Komunitas sebagai Pangsa Pasar
July 24, 2025 01:30 AM

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berawal dari tugas organisasi di kampus,  Rama, mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip angkatan 2016, buka usaha konveksi. 

Ide itu muncul ketika melihat peluang banyaknya kebutuhan seragam organisasi. Tahun 2018 ketika banyak UKM kesulitan mencari vendor konveksi yang terjangkau dan terpercaya, Rama melihat peluang tersebut.

"Berangkat dari kebutuhan UKM fakultas tentang kewirausahaan, kita melihat 2018 itu masih sulit nyari konveksi, dan kita melihat peluang di situ," kata Rama.

Dari sana, ia mulai membangun usaha konveksi yang diberi nama Vendor Murah Tembalang (VMT). Awalnya kecil dan berbasis pesanan terbatas dari rekan kampus, kemudian bertahap VMT tumbuh menjadi brand lokal yang mengandalkan efisiensi dan kedekatan dengan komunitas.

"Tahun-tahun awal itu kita banyak melayani pesanan dari anak-anak organisasi kampus, lalu lama-lama makin luas," ungkap Aditya mitranya.

Namun, perjalanannya tidak selalu mulus. Pandemi COVID-19 menjadi ujian berat. “Tantangan besar itu pas COVID, sempat turun 80 persen,” jelasnya. Penurunan drastis membuat VMT harus memutar strategi agar tetap bertahan. Salah satu langkah yang diambil adalah memperluas pasar hingga ke segmen pelajar SMA.

“Awalnya nggak ada anak SMA, tapi berjalannya waktu ada anak SMA seperti pensi dan acara lainnya. Dari situ kita harus tetap relevan dengan kebutuhan pasar,” tuturnya.

Untuk menjaga kualitas dan efisiensi, VMT mendirikan rumah produksi di Boja pada tahun 2022, sehingga seluruh proses produksi dapat dilakukan secara mandiri. “Yang membedakan vendor kami itu produksi satu atap. Sejak itu kami jadi bisa kontrol dari awal,” kata Aditya.

Sistem ini memungkinkan VMT mengawasi langsung pemilihan bahan, proses jahit, hingga finishing produk. Ia pun secara aktif mencari bahan-bahan yang sesuai tren, termasuk corduroy yang sedang banyak diminati akhir-akhir ini. 

“Update terhadap bahan itu penting, seperti corduroy yang lagi diminati dan kita harus cari supplier yang terpercaya,” tambahnya.

Saat ini, orderan terbanyak berasal dari jaket KKN dan kaos panitia PKKMB/Ospek. Dengan harga kaos mulai dari Rp50.000 dan kemeja Rp105.000, estimasi pengerjaan berkisar antara 14–31 hari, tergantung jenis produk. 

Keuntungan yang didapat relatif, mengikuti volume pesanan dan efisiensi produksi. Langkah ekspansi pun dimulai. Saat ini VMT telah membuka cabang di Malang. “Arah konveksi kita berharap jadi yang pertama,” Aditya menegaskan dengan optimisme. “Karena kita melihat Semarang lumayan besar, jadi kita buka di Malang. Harapannya kita bisa buka di setiap kota di Indonesia.” harapnya.

Meski belum merambah pasar luar negeri, VMT memiliki visi untuk menunjukkan mimpi besar yang dijahit dengan penuh ketekunan. Di sisi lain, usaha ini juga memberikan dampak sosial langsung. Dengan 15 orang pekerja di rumah produksi dan 12 staff kantor, VMT turut memberi kontribusi bagi masyarakat sekitar. "Secara tidak langsung, dengan adanya rumah produksi, kami mempekerjakan banyak orang,” kata Aditya.

Vendor Murah Tembalang bukan sekadar usaha mahasiswa, tapi wujud nyata bagaimana ide sederhana dapat tumbuh menjadi gerakan ekonomi lokal yang dinamis, menjahit impian dan peluang menjadi kenyataan. (Christian Caesar Yona Azriel/Mahasiswa Undip magang Tribunjateng.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.