Kisah 2 Gen Z Punya Jabatan Penting di Usia 20 Tahun, Tetap Fokus Bikin Gebrakan Meski Diremehkan
Musahadah July 25, 2025 07:32 AM

SURYA.CO.ID - Baru-baru ini dua pemuda dari generasi (gen) Z menggemparkan jagat maya.

Gen Z merupakan penyebutan bagi kelompok orang yang lahir antara tahun 1997-2012.

Para Gen Z juga mendapat sebutan sebagai generasi internet, karena lahir dan tumbuh pada era teknologi yang berkembang pesat. 

Di sisi lain, Gen Z juga kerap mendapat julukan sebagai generasi strawberry karena terkesan manja dan mudah ditekankan.

Namun, dua pemuda asal Jakarta ini mematahkan pandangan negatif terkait Gen Z.

Pasalnya, dua pemuda ini justru memilih turun langsung mengurus masyarakat dengan menjadi Ketua RT dan RW. 

Siapa mereka?

Tri Krisna Mukti Jadi Ketua RW

Tri Krisna Mukti terpilih sebagai Ketua RW 02 Pademangan Barat, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.

Dia terpilih sebagai Ketua RW di tengah kesibukan sebagai mahasiswa.

Kondisi ini pun membuat Krisna harus pintar membagi waktu.

Dari pagi hingga sore ia berada di kantor RW, kemudian kuliah hingga malam.

Tentu bukan perkara mudah. Apalagi, sejak terpilih menjadi ketua RW pada Mei 2025 lalu, Krisna harus menghadapi keraguan, cibiran, bahkan dianggap sebagai "anak kemarin sore" oleh sebagian warga.

"Memang ada simpang siur saya mendengar bahwasannya, oh (ketua) RW muda nih, apa sih lu anak baru lahir, anak kemarin sore," ungkap Krisna, dikutip SURYA.CO.ID dari Tribun Jakarta.

"Ya itu coba kami buktikan dengan program-program yang akan kami lakukan ke depannya," ungkap Krisna.

Krisna mengaku awalnya tidak berencana maju sebagai ketua RW.

Namun, adanya desakan keluarga dan warga yang ingin perubahan setelah 10 tahun kepemimpinan RW lama, membuatnya tergerak untuk mencoba.

Setelah terpilih, tantangan tidak berhenti.

Ia harus memimpin 11 ketua RT yang sebagian besar diketuai oleh orang-orang jauh lebih tua.

Karena itu, Krisna harus bisa beradaptasi dan berdiplomasi, mencocokkan kepentingan semuanya agar satu suara, antara yang tua dan yang muda.

"Saya memberanikan diri aja dan menyatukan pikiran dengan mereka yang lebih tua, bertukar pikiran."

"Apa aja sih keluhan mereka sebagai RT selama ini, itu yang akan kami tampung dan akan kami jadikan program ke depannya," ucapnya.

Bicara soal program, di bawah kepemimpinan Krisna, RW 02 Pademangan Barat kini memiliki dua program unggulan yakni Posyandu Remaja dan pembatasan jam malam.

Posyandu Remaja adalah program yang berfokus pada kesehatan fisik dan mental anak muda, termasuk pengecekan kesehatan dan kerja sama dengan BNNP DKI untuk tes urin.

Krisna juga membuat aturan pembatasan jam malam untuk remaja, demi mencegah tawuran. 

"Dulu daerah sini sempat rawan, tapi sekarang sudah jauh lebih tertib," ungkapnya.

Tak hanya itu, jumlah petugas keamanan di wilayahnya ditambah dari dua menjadi enam orang.

Ia juga berencana memasang CCTV di setiap RT.

Lebih lanjut, Krisna mengaku bercita-cita menjadi anggota dewan di masa depan.

Krisna pun mengajak generasi muda lainnya untuk tidak ragu terjun ke dunia kepengurusan wilayah.

Ia berharap anak-anak muda seusianya bisa mengikuti jejaknya menjalankan hal-hal positif dan menjauhi hal-hal negatif

Sahdan Arya Maulana Jadi Ketua RT

Selain Krisna, ada pula sosok Sahdan Arya Maulana, yang menjadi Ketua RT RT 07 RW 08 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.

Sosok Sahdan viral di media sosial setelah dirinya menjadi inisiator pembangunan jalan permukiman yang dilakukan hasil swadaya masyarakat.

Tanpa adanya bantuan pemerintah, warga yang tinggal di Jalan Kelapa Hijau, RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, bergerak secara mandiri memperbaiki ruas jalan permukiman mereka yang rusak.

Di umurnya yang baru 19 tahun, Sahdan sudah dipercaya masyarakat setempat sebagai ketua RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan.

Meski masih muda, Sahdan ternyata sangat visioner. Ia ingin belajar melakukan pembangunan kewilayahan, dan hal itu bisa ditempuhnya lewat keputusan awal mencalonkan diri sebagai ketua RT.

"Jadi kenapa mau menjadi ketua RT karena dorongan hati saya, ingin bermanfaat bagi warga. Karena saya kecil di sini ya pengen sekali lah berkontribusi untuk wilayah, seperti itu," kata Sahdan.

Menjelang pemilihan ketua RT pada Mei 2025 lalu, Sahdan mulai mengulik bagaimana caranya agar ia bisa mendaftar.

Segala persiapan pun telah dilakukannya secara matang-matang, termasuk memastikan bahwa persyaratan maju sebagai ketua RT sudah lengkap.

Singkat cerita, pemilihan ketua RT pun berjalan dan Sahdan menang telak dari calon lainnya.

"Waktu itu alhamdulillah saya menang dengan suara yang jauh ya. Lawan saya itu suaranya cuma 17 dan saya total suara itu 126 suara," ungkap dia.

Sahdan menganggap, dirinya bisa menang dari calon lainnya karena sosoknya sebagai pemuda dari kalangan Generasi Z alias Gen Z.

Kekinian, sambung Sahdan, masyarakat di sekitar tempat tinggalnya sudah mulai menghilangkan stigma terhadap usia pemimpin wilayah.

Hal itu lah yang dimanfaatkan Sahdan untuk mulai bersilaturahmi lebih giat lagi kepada masyarakat setempat untuk meminta dukungan maju sebagai ketua RT.

Silaturahmi itu disambut baik oleh warga setempat. Warga pelan-pelan menaruh rasa percaya mereka kepada Sahdan tak peduli usianya yang masih sangat muda.

"Alhamdulillah warga ya support kepada. Sekarang sudah dua bulan jadi ketua RT," ungkap dia.

Dua bulan menjabat ketua RT, tentunya ada sejumlah tantangan yang dihadapi Sahdan, terutama ketika mendengar keluhan dan permintaan warga soal pembangunan wilayah.

Sahdan pun membuat gebrakan yang akhirnya viral di media sosial, di mana ia memperbaiki jalan rusak di lingkungan tempat tinggalnya hasil musyawarah dan swadaya masyarakat.

Jalan permukiman yang diperbaiki itu berlokasi di Jalan Kelapa Hijau, RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan.

Menurut Sahdan, perbaikan berupa pengecoran jalan yang rusak sepanjang 100 meter itu hasil swadaya masyarakat.

Merogoh kocek Rp 20 juta, biaya perbaikan jalan dihasilkan dari patungan warga dan biaya operasional sebagai RT yang sama sekali tak digunakannya untuk hal lain.

"Ada yang sebagian dari swadaya dan dari kita. Nah dari kita itu, biaya operasional kita itu semua kita alihkan ke pembangunan semua. Jadi kita selama dua bulan ini tidak pernah ngambil biaya BOP sepeser pun," ucap dia.

Pengerjaan perbaikan jalanan ini berlangsung dua hari.

Ini juga menjadi salah satu upaya untuk mencegah banjir lantaran di belakang pemukimannya terdapat sebuah aliran kali, yang kerap meluap bila hujan lebat datang.

Menurut Sahdan, perbaikan jalan ini harus segera dilakukan karena memang ruas jalan itu menjadi akses utama masyarakat.

Apalagi, selama ini belum ada langkah apapun dari pemerintah soal jalan rusak di sana meski berulangkali telah disampaikan dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).

Dalam menjalankan perannya sebagai ketua RT, Sahdan dibantu Vemmas dan Riski.

Tiga pemuda sekawan itu memang terbilang masih muda.

Namun, mereka memilih menghabiskan masa mudanya untuk menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat.

Ketiganya memutuskan untuk maju sebagai pengurus wilayah setempat dalam rangka melakukan pembangunan dari tempat yang terdekat, yakni permukiman tempat tinggal mereka sendiri.

Adapun Sahdan Sahdan masih berstatus sebagai mahasiswa semester 5 di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Sama seperti Sahdan, Vemmas kini masih berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Jakarta.

Di sisi lain, Riski Saputra kini telah bekerja sebagai karyawan swasta.

Namun, di tengah kesibukan mereka masing-masing, tiga pemuda itu bertekad untuk benar-benar serius dalam hal pembangunan wilayah.

"Kita pengen bermanfaat dan mengabdi kepada wilayah. Karena kita lahir di sini. Kecil bareng. Dan kita sebagai manusia harus berkontribusi dan bermanfaat bagi wilayah," tutup Sahdan.

Klik di sini untuk untuk bergabung 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.