SURYAMALANG.COM, MALANG - Masa penjajahan Jepang di wilayah Indonesia hanya berlangsung selama 3,5 tahun. Meski terbilang singkat, namun menyimpan banyak cerita dan jejak sejarah.
Salah satunya, berupa keberadaan bangunan kuil yang didirikan oleh Jepang di sejumlah daerah di Indonesia termasuk Kota Malang.
Jejak sejarah ini nyaris terlupakan hingga akhirnya terungkap dan ditemukan fakta baru.
Pemerhati sejarah Kota Malang, Agung Buana mengatakan, jejak sejarah keberadaan kuil di Kota Malang itu terungkap di tahun 2018.
Bermula dari kedatangan peneliti dari Kanagawa University Jepang.
"Peneliti ini datang ke Kota Malang untuk melakukan penelitian sejarah tentara Jepang termasuk salah satunya pembangunan kuil. Jadi, saat Jepang masuk di tahun 1942, mereka membangun delapan kuil di beberapa daerah di Indonesia yaitu di Medan, Jakarta, Bogor, Bojonegoro termasuk Kota Malang," ujar Agung Buananya, Senin (28/7/2025).
Saat melakukan riset tersebut, peneliti dari Jepang membawa berbagai bukti dokumentasi mulai peta hingga potongan berita surat kabar lawas.
Di dalam dokumentasi peta, menunjukkan posisi atau letak keberadaan kuil Shinto tersebut.
Dari hal tersebut, juga diketahui bahwa tempat ibadah orang Jepang di Kota Malang itu bernama kuil (jinja) Chiang Nan.
Diperkirakan, kuil itu dibangun pada bulan Mei 1942.
"Untuk dokumentasi potongan halaman koran, tertulis berita bahwa ratusan tentara Jepang berbaris dan berjalan dari Stadion Gajayana menuju ke kuil. Para peneliti itu juga membawa bukti foto satu-satunya, yang menunjukkan pimpinan tentara Jepang berfoto di depan pintu gerbang kuil,"
"Melihat vegetasi tanaman cemara pada latar belakang foto serta kondisi lokasi yang luas, terlihat bahwa kuil itu diperkirakan berada di sekitar Jalan Pahlawan TRIP," bebernya.
Namun setelah melakukan penelusuran lebih lanjut, ternyata ditemukan fakta baru.
Ternyata, kuil itu tidak terletak di sekitar Jalan Pahlawan TRIP, melainkan di lapangan yang kini telah berubah menjadi Taman Makam Pahlawan (TMP) Untung Suropati di Jalan Veteran.
"Informasi ini saya dapatkan dua tahun yang lalu, saat saya menemui pelaku sejarah juga pejuang bernama Pak Hilal. Sebelum meninggal di usia 90 tahun, saya sempat mewawancarai dan beliau bilang lokasi kuil berada di lahan yang sekarang menjadi TMP Untung Suropati Jalan Veteran," ungkapnya.
Informasi itu juga diperkuat dari seorang nenek yang menjadi sesepuh dan tinggal di Jalan Mayjen Panjaitan atau tak jauh dari kawasan TMP Untung Suropati.
Menurut nenek tersebut, kuil itu terletak tak jauh dari tempatnya tinggal dan pernah berkembang cerita untuk menakuti anak kecil yang nakal.
"Di dalam cerita itu, apabila ada anak kecil yang nakal maka akan ditakut-takuti diancam dibawa ke jinja atau kuil. Apabila diperhatikan, lokasi TMP itu memanjang dari timur ke barat dan sesuai dengan penempatan kuil yang juga menghadap ke arah timur atau ke arah matahari terbit sebagai bentuk memuja Dewi Matahari Amaterasu," terangnya.
Agung Buana mengaku, keberadaan kuil itu sangat suci dan dijaga ketat oleh tentara Jepang. Sehingga, warga pribumi tidak boleh melintas di area kuil.
"Apabila terpaksa melewati, maka warga harus menunduk dan tidak boleh mendongak. Kalau mendongak, maka akan dipukul memakai tongkat kayu, sehingga warga pun ketakutan. Saking menakutkannya, sehingga disampaikan secara turun temurun dan akhirnya menjadi suatu cerita lokal seperti yang disampaikan oleh sesepuh nenek tersebut," jelasnya.
Namun sayang, sisa-sisa keberadaan kuil Chiang Nan sudah tidak dapat ditemui.
Pasalnya, kuil itu telah dibumihanguskan oleh warga Malang pada periode September 1945.
"Tepatnya sekitar periode September 1945, kuil itu dibakar oleh rakyat Malang setelah sebelumnya melucuti dan merampas senjata tentara Jepang. Tentu kenapa bisa langsung habis terbakar, karena 95 persen material kuil terbuat dari kayu dan kayunya itu berasal dari Bojonegoro," tandasnya.