Kecam Perusakan Rumah Doa di Padang Sumatera Barat, Anggota DPR: Merusak Kebhinekaan
GH News July 29, 2025 04:05 AM

Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) PDIP Komisi VIII DPR RI, Selly Andriany Gantina, mengecam aksi perusakan rumah doa yang juga dijadikan tempat pendidikan agama siswa Kristen milik jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat.

Padang adalah ibu kota Provinsi Sumatera Barat dan merupakan kota terbesar di pesisir barat Pulau Sumatera.

Selly berpendapat, peristiwa perusakan tersebut menciderai prinsip Kebhinekaan di Indonesia, salah satunya toleransi dan jaminan kebebasan beragama.

Kebhinekaan adalah konsep yang mencerminkan keberagaman dalam masyarakat—baik dari segi suku, agama, budaya, bahasa, maupun adat istiadat. Di Indonesia, kebhinekaan menjadi fondasi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Peristiwa yang menimpa GKSI di Padang benarbenar merusak prinsip Bhineka dan toleransi beragama," kata Selly kepada wartawan, Senin (28/7/2025).

Peristiwa tersebut terjadi pada Minggu (27/7/2025) sore di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. 

Dalam video yang beredar di media sosial, sejumlah orang terlihat melempari rumah doa dengan batu dan kayu hingga memecahkan kacakaca jendela.

Rumah doa adalah tempat ibadah yang digunakan oleh jemaat untuk berdoa, berkumpul, dan melakukan kegiatan keagamaan secara sederhana dan nonformal.

Perempuan dan anakanak yang berada di dalam bangunan itu berhamburan keluar sambil menangis.

Kepolisian Daerah Sumatera Barat pun telah menangkap sembilan orang yang diduga terlibat dalam perusakan rumah doa tersebut.

Selly mendesak aparat keamanan agar segera bertindak tegas dalam menangani kasus ini. 

“Negara harus hadir secara tegas dalam menjamin keamanan tempat ibadah dan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat, khususnya anakanak yang turut menjadi korban dalam peristiwa ini,” tegas Legislator Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat VIII itu.

Dia juga meminta agar semua pihak, khususnya masyarakat, tokoh agama, dan pemangku kebijakan menahan diri dan tidak terprovokasi. 

Selly pun mendorong masyarakat bersamasama menjaga ruang damai antarumat beragama dengan menjunjung sikap menghormati dan saling menjaga.

“Kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa harmoni sosial tidak terjadi begitu saja, melainkan perlu dibangun terus melalui dialog, edukasi, dan komitmen kolektif untuk menjaga ruangruang hidup bersama,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia meminta agar anakanak yang menjadi korban dalam kejadian tersebut harus mendapatkan pendampingan. 

Selly menegaskan, pemulihan secara fisik dan batin harus dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan terhadap trauma. 

Termasuk, kata dia, meminimalisir kejadian tidak terulang. Sebab, sejauh ini kejadian perusakan maupun serangan terhadap kelompok agama kerap terjadi, tidak hanya di Padang, melainkan beberapa wilayah di Indonesia.  

“Sudah saatnya kita memperkuat kembali nilainilai pluralitas dan keberagaman sebagai kekayaan, bukan ancaman. Para pemimpin dan seluruh stakeholder bangsa harus mampu bersikap bijak, tidak terpancing oleh provokasi, serta bersamasama memperkuat komitmen kebangsaan yang menjamin rasa aman dan adil bagi semua warga negara, tanpa terkecuali," imbuh Selly.

Peristiwa memilukan terjadi di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, di mana sebuah rumah doa milik jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) dirusak oleh sekelompok warga pada Minggu (27/7/2025).

Rumah doa tersebut juga digunakan sebagai tempat pendidikan agama bagi anakanak Kristen.

Saat kegiatan berlangsung, massa datang dan melakukan perusakan: memecahkan kaca, menghancurkan kursi, dan melempar batu.

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.