Sejarah Pasar Taman Puring yang Dilalap Si Jago Merah
Pravitri Retno W July 29, 2025 08:32 AM

TRIBUNNEWS.COM - Terjadi kebakaran di Pasar Taman Puring, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (28/7/2025).

Dari video, terlihat api membumbung hebat membakar kios pasar yang beralamat di Jalan Kyai Maja No. 37–42, RT 7 RW 1, Kelurahan Gunung, Kecamatan Kebayoran Baru. 

"Kejadian 18.02 WIB, 20 unit mobil pemadam kebakaran meluncur ke TKP," kata Yoga, Petugas Damkar Jakarta Selatan, Senin, saat dikonfirmasi Tribunnews.com.

Lantas, seperti apakah sejarah Pasar Taman Puring?

Kawasan Taman Puring di Kebayoran Baru dikenal sebagai pangkalan oplet dan tempat pedagang pikulan mangkal

Ini menjadi cikal bakal pasar informal di area taman seluas ±5.400 meter persegi.

Kemudian, pada 1983, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalokasikan sekitar 2.000 meter persegi di kawasan ini untuk menampung pedagang barang bekas sebagai upaya penataan kegiatan ekonomi informal 

Saat terjadi krisis moneter pada 1997-1998, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga banyak orang mengambil kesempatan untuk berdagang di Taman Puring.

Namun, izin berjualan hanya diberikan pada Sabtu–Minggu sehingga pasar ini dikenal sebagai "Pasar Tunggu".

Pasar ini terkenal sebagai pasar yang menjual barang hasil tadahan. Para pencuri terbiasa langsung bertransaksi di sana setelah menjarah. 

Singkatnya, suasana Taman Puring menjadi seram dan kumuh sampai akhirnya pada 1999, para pedagang dipindahkan ke Kebayoran Lama.

Pada 2002, terjadi kebakaran besar di pasar Taman Puring hingga tak menyisakan sesuatu apa pun. 

Akhirnya, pasar ini kembali dibangun sehingga kondisinya lebih modern dengan bangunan dua lantainya.

Kini Pasar Taman Puring difungsikan sebagai sentra barang murah, termasuk sepatu, baju, hingga tas yang disebut memiliki kualitas satu tingkat di bawah original.

Cerita Pedagang Alami Kebakaran

Ruslan (42), seorang pedagang minuman di Pasar Taman Puring, menyebut dirinya bukan hanya sekali menjadi korban kebakaran di pasar tersebut, melainkan sudah tiga kali.

"Kebakaran saya ngalamin tiga kali, ini yang paling parah, ini abis semua," kata Ruslan kepada wartawan di lokasi, Senin.

Berdasarkan penelusuran, pasar ini mengalami kebakaran pada 2002, 2005, hingga terakhir 2025.

Awalnya, Ruslan mengetahui adanya kebakaran saat azan Magrib berkumandang. Ia pun langsung lari menyelamatkan diri.

"Saya ngeri ketiban tiang mau roboh. Awalnya asap dulu pas lagi azan Magrib banget. Abis itu gede apinya," ungkapnya.

Sambil meratapi lokasi dagangannya, Ruslan menyebut jika dirinya sudah tak sempat menyelamatkan dagangannya yang sudah ia lakoni sejak tahun 1994 itu.

"Enggak sempat nyelamatin dagangan. Itu (payung dagangan) sampai hancur," tuturnya.

(Deni/Abdi)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.