TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Seorang siswi SD di Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, terpaksa menyusuri pinggiran sungai untuk berangkat ke sekolah.
Dengan ditemani orang tuanya, bocah kelas 2 SD itu turun ke sungai lewat belakang rumah, menyusuri sungai, dan naik di jembatan.
Hal itu terjadi lantaran akses ke rumahnya ditutup secara sepihak oleh orang lain.
Video siswi SD ditemani orang tuanya menyisir pinggiran sungai di Kota Semarang viral di media sosial.
Keluarga tersebut beralamat di Jalan Lamongan Selatan 2 RT 07 RW 01 Kelurahan Bendanngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang.
Siswi SD itu merupakan anak Juladi Boga Siagian (54).
Juladi menyampaikan, anaknya terpaksa turun ke sungai demi berangkat ke sekolah, sejak Kamis (24/7) pekan lalu.
Hal ini karena rumah tempat tinggal mereka ditutup oleh Sri Rejeki, yang diwakili oleh pengacara Alberto Sinaga.
Dengan penutupan itu, kata Juladi, satu-satunya jalan yakni turun melewati pinggiran sungai.
Menurut dia, permasalahan ini terjadi karena adanya sengketa atas klaim kepemilikan tanah tempat tinggal kami dengan Sri Rejeki.
Istri Juladi, Imelda Tobing (55), mengaku, atas kejadian ini membuat mereka kesulitan untuk bepergian keluar rumah, termasuk ketika mengantarkan anak mereka pergi ke sekolah.
"Saya antar dulu anak turun ke bawah, kemudian naik lewat jembatan. Pulang (sekolah) juga begitu. Kalau mau ke warung atau belanja tetap lewat situ juga," kata Imelda kepada Tribun Jateng, Senin (28/7).
Imelda menyebut, anaknya yang duduk di bangku kelas 2 SD, saat ini tidak dapat bermain ke luar rumah di lingkungan tempat tinggalnya.
"Anak saya sering bilang, ‘Adik pengin main.’ Tapi mau bagaimana lagi, intinya saya sampaikan untuk sabar,” kata Imelda.
Dia menambahkan, anaknya juga sering mengatakan bahwa takut kalau ada orang yang berniat jahat. “Depresi mental anak saya yang saya khawatirkan, apalagi dia perempuan," kata Imelda.
"Anak saya kalau main sekarang sudah tidak bisa lagi semenjak ditutup ini," kata dia.
Kejadian ini menjadi sorotan tersendiri warga setempat, apalagi klaim dari warga menyebutkan bahwa Juladi memang kurang bersosialisasi dengan baik di lingkungan tersebut.
Sementara itu, perwakilan warga dan pemilik tanah, Sri Rejeki, telah melakukan mediasi.
Hadir pada kesempatan itu, Camat Gajahmungkur, Puput Widhiatmoko Hadinugroho, dan perwakilan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang.
Kabid SD Disdik Kota Semarang, Aji Nur Setiawan menyampaikan, kehadirannya untuk memastikan anak yang bersangkutan tetap mendapat pendidikan yang layak.
“Kami di Dinas Pendidikan hanya memastikan bagaimana menjamin sekolah anaknya yang layak. Dan sepertinya permasalahannya bukan sekolah anaknya,” kata Aji.
“Kalau untuk sekolah, insyaallah, kami akan coba bantu semampunya agar anaknya tetap sekolah, walaupun orang tuanya sedang ada masalah hak akses,” lanjutnya.
Lebih jauh, Aji berharap, permasalahan orang tua tersebut tidak berefek ke anaknya.
“Jangan sampai anaknya terpaksa berhenti sekolah atau terganggu sekolahnya," imbuhnya. (arl)