Angka ini diprediksi akan terus meningkat menjadi 20 persen pada tahun 2045
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya mempromosikan pentingnya menjaga kesehatan lansia guna menjaga produktivitas mereka, karena fenomena populasi yang menua (aging population) bisa dijadikan bonus demografi kedua apabila proporsi lansia yang semakin banyak dapat diberdayakan.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes Imran Pambudi ketika ditemui di Jakarta, Selasa, mengatakan guna menyambut Bulan Peduli Alzheimer Sedunia dan memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN), pihaknya menyelenggarakan pemeriksaan dan edukasi kesehatan lansia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan sebagai upaya menjaga produktivitas dan martabat lansia.
Imran menjelaskan jumlah lansia Indonesia mencapai di atas 10 persen sejak tahun 2021 dan pada tahun 2024 BPS mencatat jumlah lansia Indonesia mencapai 12 persen dari penduduk Indonesia.
"Angka ini diprediksi akan terus meningkat menjadi 20 persen pada tahun 2045," kata Imran.
Sebaliknya, kata dia, fenomena populasi yang menua dapat menjadi tantangan pembangunan ketika lansia tidak produktif dan menjadi bagian dari penduduk rentan akibat berbagai masalah kesehatan.
Dalam kesempatan itu dia menyebutkan sejak Februari 2025 ada sekitar satu juta lansia yang mengikuti Cek Kesehatan Gratis (CKG). Dari jumlah tersebut, masalah yang paling banyak ditemukan adalah masalah gigi serta mobilitas.
Kedua masalah tersebut, kata Imran, dapat memperburuk kondisi lansia, karena mengurangi kenyamanan dalam mengonsumsi makanan bernutrisi serta mengurangi aktivitas fisik sehingga tubuh kurang kuat.
Kemudian, katanya, sebanyak sekitar 30 persen lansia peserta CKG ditemukan mengalami penurunan kemampuan kognitif.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, ada enam masalah kesehatan utama yang diderita lansia di antaranya stroke, ginjal kronis, kanker, jantung, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Selain itu data Alzheimer Disease International, tahun 2021 lebih dari 55 juta atau 65 persen orang hidup dengan demensia dan angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 78 juta pada tahun 2030.
Dia berharap kegiatan itu dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan lansia secara menyeluruh, termasuk skrining untuk deteksi dini penyakit menular, penyakit tidak menular, masalah gizi, gangguan mental emosional, termasuk gangguan kognitif seperti Alzheimer atau demensia.
Imran juga menyebutkan dalam kegiatan ini diadakan skrining TBC bagi para lansia. "Menjadi tua adalah sebuah keniscayaan. Tetapi menjadi tua yang sehat, mandiri, aktif, dan produktif adalah pilihan," katanya.