Grid.ID- Seorang ajudan Gubernur Kaltim diduga lakukan intimidasi kepada wartawan. Pihak pemerintah provinsi minta kasus tersebut tidak dibesar-besarkan.
Baru-baru ini, sebuah video viral menunjukkan momen ajudan perempuan berupaya menghentikan pertanyaan seorang wartawan kepada Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas'ud setelah acara resmi, dengan nada yang dinilai intimidatif. Insiden ini diketahui terjadi pada Senin (21/7/2025) sekitar pukul 17.20 Wita.
Saat itu, Gubernur Kaltim diketahui telah menandatangani kerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Yayasan Laut Bitu Kepulauan Dermawan. Selesai acara, para wartawan berkumpul di depan pintu ruangan untuk melakukan doorstop wawancara.
Para wartawan kemudian mulai menanyai sang Gubernur seputar agenda kegiatan. Namun, mereka kemudian memberikan pertanyaan lain di luar agenda dan tetap dijawab oleh Gubernur pada saat itu.
Kemudian seorang ajudan perempuan yang mendampingi Gubernur berusaha menyela dan menghentikan pertanyaan sang wartawan. Namun, karena Gubernur Kaltim itu tetap menjawab, wartawan yang bernama Fatih itu akhirnya tetap melanjutkan wawancara.
Selanjutnya, ajudan tersebut mengucapkan kata "tandai-tandai" yang dinilai sebagai bentuk intimidasi dan tekanan terhadap wartawan itu. Setelah Gubernur itu bergerak menuju lift, ajudan perempuan itu kembali mendatangi Fatih dan menanyakan nama serta media.
Melansir dari TribunKaltim.co, wartawan Fatih pun langsung menyampaikan permintaan maafnya. Video tersebut kemudian menjadi viral dimedia sosial dan mendatangkan kritik dari warganet atas kelakuan ajudan perempuan tersebut.
Atas kecaman itu, ajudan Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas'ud, itu kemudian memberikan tanggapannya. Dalam sebuah video, ajudan yang bernama Senja itu menyampaikan permohonan maafnya.
"Mungkin kemarin ada kesalahpahaman antara saya dan teman-teman semua, mohon maaf jika memang kesalahpahaman itu membuat berita-berita di luar sana menjadi cukup viral," kata ajudan Gubernur Kaltim itu.
Selanjutnya, Senja juga memberikan klarifikasi. Dia mengatakan bahwa sikapnya yang diduga mengintimidasi wartawan saat seni doorstop dengan Gubernur Kaltim itu, tidak terlepas dari latar belakang militer yang membuatnya bersikap tegas.
"Karena background saya ada di militer, sehingga memang mungkin agak cukup tegas ya, jadi ya saya sesuai dengan pekerjaan saya, protap saya, melindungi gubernur saya. Sehingga memang kalau dilihat cukup agak tegas, mohon pahamlah," ujar Senja.
"Saya itu guru militer, kurang lebih 10 tahun saya sebagai guru militer dan memang saya lebih sering menghadapi beberapa jenderal-jenderal dan lain-lain untuk memang ada beberapa kepentingan di militer, terutama untuk pendidikan," tambahnya.
Sementara itu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Samarinda dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim menilai bahwa kata "tandai-tandai" merupakan bentuk intimidasi. Ketua Dewan Kehormatan PWI Kaltim, Intoniswan mengatakan bahwa diksi tersebut dinilai bisa bermakna negatif dan dapat dianggap sebagai ancaman.
“Senja harus menjelaskan maksud dan tujuannya mengucapkan ‘tandai-tandai’ dan kepada siapa kata-kata tersebut ditujukan. Karena ucapan itu punya konotasi negatif dan bisa ditafsirkan sebagai bentuk ancaman terhadap wartawan atau medianya,” ucap Intoniswan, dilansir dari Kompas.com.
Atas kasus ajudan Gubernur Kaltim diduga lakukan intimidasi itu, Rudy Mas'ud kemudian menyampaikan permintaan maafnya. Dia menegaskan bahwa peristiwa itu berlangsung di luar kendalinya dan terjadi secara spontan.
“Pertama-tama, saya ingin menyampaikan permohonan maaf. Apa yang terjadi di luar kendali saya karena sifatnya spontan. Namun yang jelas, tidak ada sedikit pun niatan untuk membuat hal itu terjadi,” kata Rudy saat memberikan keterangan pers pada Rabu (23/7/2025).
Selanjutnya, Kepala Biro Administrasi Pimpinan Pemprov Kaltim, Syarifah Alawiyah mengatakan bahwa pihaknya meminta agar bisa memahami kejadian tersebut lantaran menurutnya, Senja hanya menjalankan tugasnya sebagai ajudan. Dia menilai bahwa Senja berusaha menjaga situasi tetap kondusif, mengingat kondisi Gubernur yang sangat lelah dan terburu-buru.
"Mungkin di saat itulah, karena namanya Tim Sespri maupun tim gubernur itu kan tugasnya adalah menjaga pimpinan. Nah mungkin di saat itulah dia tidak sengaja agak tegas ya, agak emosional menyampaikannya," jelasnya.
"Saya minta jangan diperbesarlah masalah ini," kata Syarifah.