Berjaya Tahun 1990-an, Kini STIBA Malang Hanya Terima 2 Mahasiswa Baru
Zainuddin July 30, 2025 05:32 AM

SURYAMALANG.COM, MALANG - Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Malang menjadi pionir lembaga pendidikan tinggi bahasa asing di Malang. Kampus yang berdiri pada tahun 1971 ini sempat menjadi rujukan belajar bahasa asing pada tahun 1990-an.

Kini kondisi STIBA sangat kontras. Tidak begitu terlihat aktivitas kampus yang berlokasi di Jalan Terusan Danau Sentani, Kota Malang tersebut. "Awalnya kampus ini bernama Akademi Bahasa Asing (ABA) Malang," kata Arie Wibowo, Ketua STIBA Malang kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (22/7).

Kampus ini berubah nama menjadi STIBA Malang pada tahun 1987. Perubahan nama ini membuat STIBA berkembang pesat sampai akhir dekade 1990-an. Kala itu, kelas tidak pernah berhenti mulai pagi sampai malam. Ribuan mahasiswa menjejali ruang-ruang belajar.

Masa keemasan STIBA berakhir secara mendadak pada awal 2000. Kisruh internal akibat penunjukan pimpinan yang dinilai tidak memenuhi kualifikasi akademik memicu demonstrasi mahasiswa. Aksi itu berujung pada perusakan fasilitas kampus, dan proses pembelajaran dihentikan. "Itu titik balik. Sejak saat itu banyak yang menganggap STIBA mati," tambahnya.

Situasi semakin terdesak ketika universitas-universitas baru bermunculan dengan jurusan bahasa asing dan fasilitas lebih lengkap. Kebijakan pemerintah yang memberi keleluasaan bagi perguruan tinggi negeri memperparah kondisi. STIBA pun tergerus.

Tahun 2023 menjadi puncak keterpurukan bagi STIBA. Saat itu tidak ada satu pun mahasiswa baru yang masuk ke STIBA. Setahun kemudian, hanya dua orang yang mendaftar ke STIBA.

Semangat untuk bangkit muncul setelah STIBA akhirnya diambil alih oleh Yayasan Pendidikan Soepraoen, menggantikan pengelola lama yang berbentuk perkumpulan. "Ada napas baru. Orang-orangnya baru, dan yayasannya juga baru. Kami sedang berproses untuk membangkitkan kembali STIBA," terang Arie.

Sebagai langkah awal, STIBA menggandeng Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) Soepraoen Malang, baik untuk operasional, promosi, sampai pendaftaran mahasiswa baru secara daring. Proses yang dulu serba manual kini perlahan terdigitalisasi.

Secara operasional, STIBA hanya memiliki empat dosen tetap dan dua dosen luar. Mahasiswanya kurang dari 30 orang. Aktivitas perkuliahan dilakukan secara hybrid dengan menyesuaikan kondisi mahasiswa. "Kondisi ini berat, tapi yayasan baru menyatakan siap menanggung dana operasional," terangnya.

Program studi yang tersisa hanya S1 Sastra Inggris. Program D3 Bahasa Jepang dan D3 Bahasa Inggris terpaksa ditutup akibat rendahnya minat. Saat ini STIBA sedang merancang penambahan program studi yang lebih 'marketable', seperti jurusan di bidang ekonomi dan bisnis.

Stigma bahwa STIBA telah tutup masih menghantui. Bahkan, plang nama di depan kampus pun tidak menunjukkan identitas STIBA. "Banyak yang ragu saat mau masuk kampus," ujar Arie.

Arie yakin STIBA bisa bertahan, dan masih bisa tumbuh. Di era teknologi saat ini minat terhadap pendidikan formal bahasa memang menurun. Banyak yang merasa cukup belajar dari aplikasi. Apalagi, jurusan Sastra Inggris kerap disalahpahami hanya melahirkan penyair. "Padahal kami mengajarkan berpikir kritis, analitis, dan logis. Itu penting di dunia kerja," terangnya.

Arie mengatakan Alumni STIBA banyak yang sukses di sektor pariwisata, menjadi penerjemah, bahkan menjadi diplomat di kedutaan besar. Dalam semangat menjaga asa, Arie mencoba menghidupi kembali STIBA.

Kini STIBA menjadi satu-satunya sekolah tinggi yang khusus mengajarkan bahasa asing di Kota Malang. "Saya hanya berharap STIBA tidak benar-benar mati," ucap Arie.

Meredupnya STIBA berdampak ke kawasan sekitarnya. Sejak aktivitas akademik di STIBA meredup dan jumlah mahasiswa menurun drastis, denyut ekonomi warga pun ikut melambat.

Rumah besar berlantai dua di Jalan Simpang Wisnuwardhana tampak kosong. Tidak ada aktivitas yang terlihat dari depan rumah. Pagar rumah kos yang berada di dekat pos satpam itu terkunci rapat. "Rumah kos itu sudah lama kosong. Pemiliknya tidak tinggal di sini," ujar satpam yang mau menyebutkan namanya, Senin (28/7).

Tidak jauh dari tempat tersebut juga ada rumah berlantai dua yang menjadi indekos. Tidak ada penghuni di rumah kos tersebut. Meskipun besar dan menyediakan puluhan ruang kamar, namun tidak terlihat seorang mahasiswa pun di dalamnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.