Orang-orang yang hidup di negara maju memiliki penguasaan sains teknologi, leadership, dan integritas

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mendorong penguasaan sains dan teknologi yang seiring dengan integritas, kerja keras, dan orientasi kebangsaan sebagai fondasi untuk menjadikan Indonesia negara maju dan mandiri.

Hal tersebut disampaikan dalam kuliah umum strategis di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), Selasa (29/7).

"Orang-orang yang hidup di negara maju memiliki penguasaan sains teknologi, leadership, dan yang ketiga, integritas. Itu yang selalu dan harus dicari di bangsa kita. Orang-orang yang betul-betul tahu, bisa kerja keras, punya integritas. Jarang ketiga hal ini menempel pada satu individu," kata Mendiktisaintek melalui keterangan di Jakarta, Rabu.

Menteri Brian mengatakan hal ini sejalan dengan pentingnya pembangunan sumber daya manusia unggul sebagai bagian dari penguatan Asta Gatra—delapan aspek kehidupan nasional yang terdiri atas kondisi geografi, demografi, kekayaan alam (trigatra), serta ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan (pancagatra).

Ia juga menekankan bahwa iptek harus menjadi kekuatan pengungkit dalam memperkuat seluruh gatra tersebut.

Menteri Brian menyoroti urgensi penguatan kapasitas teknologi dan talenta nasional sebagai fondasi transformasi menuju ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy).

"Dengan potensi sumber daya alam strategis seperti nikel dan tembaga, Indonesia memiliki peluang besar untuk melakukan hilirisasi dan lompatan industrialisasi bernilai tambah tinggi," ujarnya.

Mendiktisaintek optimistis transformasi ini merupakan langkah kunci memperkuat daya saing bangsa dalam upaya mewujudkan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.

Untuk mendukung arah tersebut, ia menyerukan pentingnya penguatan karakter nasional melalui pendidikan yang berorientasi substansi, bukan sekadar formalitas.

Menteri Brian juga menyoroti pentingnya sinergi antara kampus, industri, dan pemerintah dalam mendorong riset serta hilirisasi teknologi, serta penumbuhan budaya ilmiah, literasi membaca, dan kemampuan berpikir analitik di kalangan generasi muda.

"Dalam ketidakpastian global, kita tidak boleh pasif. Kita harus tampil sebagai kekuatan sains dan teknologi baru," tutur Mendiktisaintek.

Sebagai langkah konkret untuk mengkonsolidasikan seluruh kekuatan nasional dalam menghadapi tantangan global yang kompleks dan memanfaatkan posisi geostrategis Indonesia secara maksimal, Kemdiktisaintek akan menyelenggarakan Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025.

Forum ini diharapkan menjadi ajang strategis untuk memperkuat sinergi lintas sektor, menyelaraskan arah riset nasional, serta mempercepat hilirisasi hasil inovasi.