Target BGN untuk MBG yakni nol kejadian keracunan, oleh karena itu, setiap kali ada laporan, BGN langsung menindaklanjuti dengan menghentikan sementara penyaluran MBG di tempat kejadian
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyampaikan penyebab keracunan di SMPN 8 Kota Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) bukan dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG), setelah melalui pengecekan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Ketika mengunjungi ANTARA Heritage Center, Jakarta Pusat, Rabu, Dadan memaparkan kronologi kejadian keracunan tersebut. Pada hari Senin (21/7), BGN membagikan makanan ke delapan sekolah, termasuk ke SMPN 8 Kupang, dan di hari itu, ada sembilan siswa yang dilarikan ke rumah sakit. BGN langsung merespons dengan menghentikan sementara penyaluran MBG sejak hari Selasa (22/7).
"Nah, siang ini kami dapat berita dari SMPN 8 Kupang itu, bahwa ada 15 anak yang keracunan, tetapi kan perlu diketahui, dari tanggal 22 Juli itu, MBG untuk SMPN 8 itu sudah kami hentikan. Jadi kan (siswa yang keracunan) tidak mungkin dari MBG, maka penyebab keracunan akhirnya kita bisa tahu bahwa itu bukan dari menu MBG," katanya.
Ia menjelaskan, pada Selasa (22/7) MBG tetap disalurkan ke tujuh sekolah lain di Kupang, dan dari sekolah-sekolah tersebut, tidak ada satupun siswa yang keracunan.
"Kemudian kami juga selalu menyimpan sampelnya selama tiga hari di SPPG, dicek oleh BPOM apakah ada dari sumber MBG atau tidak, ternyata tidak, namun saya juga tidak tahu apakah itu berasal dari sumber makanan lain atau bagaimana," ujarnya.
Ia menegaskan, target BGN untuk MBG yakni nol kejadian keracunan, oleh karena itu, setiap kali ada laporan, BGN langsung menindaklanjuti dengan menghentikan sementara penyaluran MBG di tempat kejadian.
Selain itu, BGN juga memastikan ada peningkatan standar operasional prosedur (SOP) mulai dari pembelian bahan baku, mempersingkat pengolahan dan penyajian agar makanan sampai kepada siswa maksimal 30 menit setelah disiapkan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"Target kami kan zero accident, karena setiap kali ada yang sakit pasti orang tua yang khawatir, kemudian kalau anak-anak tersakiti, ada kepercayaan publik yang tergores, oleh karena itu kami tingkatkan SOP-nya," paparnya.
Sebelumnya pada Selasa (22/7) lalu, ratusan anak sekolah SMPN 8 Kota Kupang mengalami muntah-muntah, nyeri perut yang hebat dan lemas. Mereka diduga kesakitan usai mengonsumsi MBG di sekolahnya pada Senin (21/7) pagi.
Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang, NTT, memastikan penanganan medis optimal bagi 140-an siswa SMPN 8 Kupang yang mengalami gangguan kesehatan karena diduga keracunan makanan Program MBG.
“Yang paling utama sekarang adalah keselamatan anak-anak kita. Jangan dulu sibuk mencari siapa salah, siapa benar, sementara anak-anak sedang butuh pertolongan medis. Mereka butuh infus, butuh stabilisasi. Itu yang paling penting saat ini,” kata Wali Kota Kupang Christian Widodo.
Sebelumnya, anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan tersebut dirawat di tiga rumah sakit terdekat, antara lain RSUD SK Lerik, RSU Mamami, dan RS Siloam. Adapun gangguan kesehatan berupa diare dan muntah-muntah.
Wali Kota Kupang bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) melakukan peninjauan secara langsung para siswa di sejumlah rumah sakit tersebut.